
32. H-Pad
Jeongwoo membuat sebuah jurnal, jurnal khusus untuk mengenang semua hal yang dilaluinya sejak kemarin, dengan tujuan berjaga-jaga jika saja dia tidak kembali dengan selamat dan tidak bisa memberikan salam perpisahan dengan orang-orang tercintanya, maka jurnal ini adalah peninggalan sakral bersejarah miliknya yang akan menceritakan kisah heroiknya. Jeongwoo pikir, setidaknya jurnal itu bisa mengabadikan kisah-kisah keren yang mengerikan nan menakjubkan--- sekaligus sulit diterima oleh nalar---yang akan Jeongwoo alami.
Dimulai dengan judul besar: Catatan Para Wadah; Persembahan Istimewa Dari Wadah Athena. Lalu dengan judul di tiap bab: perjalanan misi hari ke-1; Hestia---atau sebut saja Jisoo, datang dengan memberitahu segala hal tentang wadah dewa-dewi, menceritakan kejadian buruk yang terjadi, dan meminta manusia fana untuk membantu mereka menyelesaikan masalah tersebut dengan tujuan mencegah musnahnya eksistensi mereka para dewa-dewi dari muka bumi.
Perjalanan misi hari ke-2; benar-benar hari yang sangat melelahkan. Semua orang harus menghadapi ancaman monster dan fakta baru yang mereka hadapi bahwa bukan hanya Erebos yang akan mereka hadapi, tetapi para antek-anteknya juga, entah itu wujudnya monster ataupun dewa-dewi yang menjadi sekutu. Lalu setelah penyelamatan heroik dari dua tokoh yang mendadak jadi pandai bertarung (Hyunsuk dan Jihoon), telah diputuskan bahwa mereka semua akan melakukan misi berbahaya permintaan dari dewa-dewi.
Perjalanan misi hari ke-3; semua orang berkumpul di tempat Jihoon dengan membawa tas sedang, kecuali Asahi yang sedang sedikit kumat jiwa Aphrodite-nya (dia membawa banyak sekali produk perawatan kulit, dengan alasan agar tetap tampil bersinar di medan perang). Singkat cerita, Jisoo memberikan arahan jika mereka harus menemukan paket milik Hephaestus yang jatuh di sekitar sebuah sekolah. Pihak pengiriman paket, THE HERMES, melakukan kesalahan sewaktu phk karyawan besar-besaran dan menyebabkan banyaknya paket dewa ataupun dewi yang tidak sampai ke tangan pemiliknya. Apa isi paket milik dari Hephaestus? Tidak ada yang tahu, (bahkan Jisoo pun tidak tahu tujuan dari pencarian paket itu) sebab sampai saat ini paket itu masih dicari, dan lokasinya ada di sekolah tempat si galak menimba ilmu---kalau-kalau lupa siapa itu si galak, dia adalah orang yang masih terbaring di rumah sakit karena Jihoon (insiden penyerangan di kantin sekolah), kurang lebih itulah kabar terkini yang bisa diketahui sekarang.
"Kenapa kau tidak memakai dari sudut pandang orang pertama saja?" Haruto bertanya. Dia membaca tulisan Jeongwoo.
Mereka semua saat ini sedang berada di kantin. Di tempat ini sepi. Sekolah si galak sedang mengadakan acara festival di lapangan outdoor. Festival yang meriah, sangat meriah, sampai-sampai kantin kosong tanpa penghuni bahkan bibi ataupun paman yang menjaga stand makanan kantin.
Lalu di saat semua orang sedang sibuk mencari keberadaan paket, Jeongwoo malah sibuk menulis di meja kantin, dan Haruto duduk manis di sebelahnya membaca tulisan tersebut. Mereka adalah contoh nyata dua orang yang malas bekerja dan hanya mau menunggu hasilnya saja.
"Entahlah, aku tidak tahu. Hanya ingin saja seperti ini," begitu kata Jeongwoo.
Sementara itu, Asahi mendengus, yang entah sudah keberapa kalinya dia mendengus hari ini. Mereka sudah melakukan pencarian lebih dari setengah jam dan itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Asahi mencari di beberapa tempat, dia melihat berkali-kali dan berharap barang itu akan secara ajaib mendadak muncul. Tapi nyatanya mau mencari selama apapun, barang sialan itu sama sekali tidak muncul.
Tim pencari sungguh-sungguh: Asahi, Jisoo, Hyunsuk, Jihoon, Yoshi, Mashiho, Yedam, dan Junghwan. Selebihnya mereka hanya bergerak-gerak saja seolah sedang mencari, lalu Jeongwoo dan Haruto sama sekali tidak berguna.
Mendengus kembali, Asahi rasa ada yang salah dalam metode pencarian ini, dia yakin dengan firasatnya itu. Dia sempat bertanya beberapa saat yang lalu pada Jisoo tentang apakah memang barang itu ada di sekitar sini, di kantin---sebab jika saja boleh jujur dan mengemukakannya di depan umum, Asahi sudah hampir menyerah dalam pencarian barang ini.
Mungkin saja barang itu tidak ada di sini, mungkin saja barang itu ada di tempat lain, dan mungkin saja mencari di tempat ini hanyalah buang-buang waktu saja. Tapi ternyata Jisoo malah memberikan jawaban yang tidak dikendaki oleh Asahi. Dewi itu bilang, "Kordinat yang diberikan sudah benar, ada di kantin ini, tapi kita tidak tahu letak pastinya."
Aish... Asahi benar-benar sudah tidak tahan dengan semua ini.
"Bisakah kita semua kompak dalam pencarian ini?" Asahi melontarkan pertanyaan dengan nada yang tidak enak didengar. Matanya memincing pada Jaehyuk dan Doyoung. "Dengar kalian berdua, wadah bangsat! Sebagian dari kita mencari dengan serius dan kalian hanya berpura-pura saja mencari, padahal barang yang dicari ini ada kaitannya dengan dewa yang menumpang di tubuh kalian."
Hm... mendengar itu Jeongwoo jadi terpikir satu hal. Berkaitan, ya?
Lalu di sisi lain, Jaehyuk memberikan respon yang berlagak seolah-olah dia adalah korban kekerasan dari Asahi. "Wauw, tenang dan jangan berkata kasar. Aku sudah tahu hubungan antara Hephaestus dan Aphrodite tidaklah bagus, tapi jangan bawa-bawa itu ke kehidupan nyata---maksudku kehidupan kita... sampai-sampai kau berkata seperti itu, yang jujur saja itu terdengar seperti semua pencarian yang tidak kunjung selesai ini adalah karena kesalahanku," katanya. "Aku juga mencari, hanya saja belum terlihat juga di mana barang itu."
Itu hanya alasan saja.... Asahi mengolok-olok di dalam hati. Asahi memilih untuk tidak mendengar. Aksinya pun menjadi lebih agresif.
Sebenarnya apa yang dikatakan Jaehyuk bukanlah hal yang terdengar buruk, tapi mungkin saja Asahi sedang dalam mood yang jelek, jadi Asahi pun maju mendekat dan mencengkram kerah Jaehyuk: menariknya dengan kasar. "Diam kau, dasar pembual keparat!" geramnya. "Aku lebih memilih mengunyah kakiku sendiri dari pada percaya kau benar-benar mencari!"
Sontak keadaan jadi pecah, orang-orang berhenti dari kegiatan sebelumnya sejenak dan sibuk melerai Asahi yang sedang bad mood versus Jaehyuk yang pasrah saja menerima takdir.
Jeongwoo---yang lagi-lagi hanya duduk saja dengan jurnalnya, hanya menonton pertunjukan dadakan yang disuguhkan. Matanya melihat dan menjadi saksi Asahi hampir melayangkan tinju dengan mata menggila yang penuh sarat emosi, tapi pikirannya aktif mencoba menemukan jalan keluar dari permasalahan yang sedang mereka alami ini.
Berkaitan... Jeongwoo berkali-kali mengucapkan kata itu dalam batinnya.
Firasat Jeongwoo mengatakan bahwa kata itu bisa menolong dalam pencarian ini, dan kalaupun beruntung Jeongwoo juga bisa menginterupsi adegan hampir-baku-hantam yang dilakoni Asahi pada Jaehyuk. Benar-benar akan jadi win-win solution.
Mari otak, Jeongwoo membatin. Berpikir cepat, jangan sampai wajah rupawan Jaehyuk bonyok karena dihantam kepalan batu tangan milik Asahi.
Lalu, seruan sakral itu seketika terucap lantang.
"AHA!" Jeongwoo sontak berdiri dari duduknya. Jurnalnya hampir jatuh karena tersenggol tapi dengan sigap Jeongwoo menangkapnya dan menaruhnya di atas meja.
Berhasil, adegan hantaman tinju terhenti dan atensi semua orang beralih pada Jeongwoo. Ha... Jeongwoo tidak mengira semudah itu menghentikan mereka---dia kira akan sedikit susah, atau paling tidak mungkin ada perhitungan keliru yang Jeongwoo buat sebelumnya. Lalu anehnya lagi, Asahi melepas Jaehyuk dengan mudah dan tersenyum lebar. Wajahnya terlihat lega sekaligus menanti-nanti kata-kata selanjutnya dari Jeongwoo.
Tunggu dulu---apa Asahi melakukan itu sengaja untuk memaksa Jeongwoo berpikir cepat? Maksudnya... menggunakan kepintaran dan segala hal kemampuan Athena yang terciprat pada diri Jeongwoo---walau Jeongwoo tidak yakin itu benar atau tidak, tapi Jeongwoo merasa demikian.
Astaga... Adahi terlalu menghayati.
"Tunggu apa lagi?" tanya Asahi. "Kau mau berkata sesuatu, kan?" Matanya berbinar dengan penuh harapan.
Tuh, kan... sepertinya dugaan Jeongwoo benar.
Sementara itu Jaehyuk malah memandang Asahi heran. Beberapa menit yang lalu Asahi bertingkah seperti anjing liar yang belum makan berhari-hari, lalu sekarang Asahi mendadak berubah menjadi anjing peliharaan yang sangat ramah. Apa itu tadi hanya mood swing saja? Itu lumayan mengerikan.
Jeongwoo pun lantas berdeham sejenak. Kemudian dia berkata, "Karena ini berkaitan dengan Hermes dan juga Hephaestus, karena pengantar paket ini berasal dari pihak Hermes dan pemilik paketnya adalah Hephaestus, jadi aku pikir akan lebih baik jika Doyoung dan Jaehyuk yang mencarinya---atau mungkin lebih utama Doyoung, karena dia wadah dari Hermes yang melakukan pengantaran."
Asahi dengan cepat mengangguk setuju.
Tapi tidak dengan Doyoung yang menyerngit tidak terima. "Oh, jadi maksudnya aku harus bekerja dua kali lebih keras dari yang lain, lalu sisanya kalian hanya akan santai-santai saja? Begitu? Itu yang kau maksud?"
Jeongwoo meringis. Kenapa hari ini teman-temannya sensitif sekali? "Bukan begitu, hanya saja kupikir insting Hermes ada pada dirimu dan---,"
"Tapi itu yang aku rasakan!" potong Doyoung. "Lagi pula, di mana aku harus mencarinya?" Dia bergesar, berpindah tempat. "Di sini?" lalu berpindah lagi. "Atau di sini?" lalu berpindah kembali. "Atau di sini?" Doyoung melompat-lompat kecil ditempat, matanya menjadi liar memandang ke segala tempat. "Bahkan dari sudut pandang ini pun tidak bisa aku menemukan paket milik Hephaestus!"
Lalu---krak, BUK! Mendadak lantai tempat Doyoung berpijak ambruk.
"Auch..." Doyoung terjerembab masuk ke dalam sebuah lubang yang lebarnya empat kali lebih besar dari badannya, lalu memiliki kedalaman sedalam enam kaki. Dan yang mengejutkannya lagi, di lubang tersebut penuh dengan beragam macam kotak paket yang belum sempat dikirim oleh perusahaan jasa pengantar barang: THE HERMES.
"Itu kau menemukanya," celetuk Junkyu, wajahnya berusaha mempertahankan wajah yang serius tapi bisa dilihat ujung bibirnya berkedut menahan tawa karena menyaksikan Doyoung jatuh ke dalam lubang.
Doyoung mendengus. "Jaehyuk, yang mana paket milik Hephaestus?" tanyanya.
Jaehyuk lantas menggidikan bahu. "Mana aku tahu. Kau yang di bawah sana coba saja periksa paketnya satu per satu."
Doyoung pun menggeram kesal. Meskipun begitu, Doyoung tetap memeriksa paket satu per satu, hingga akhirnya mendapatkan paket milik Hephaestus---yang ternyata berukuran kurang lebih hanya sebesar kepalan tangannya saja---lalu memberikannya pada Jaehyuk.
Doyoung keluar dari lubang dengan dibantu teman-temannya. Dia pun menghela napas. Matanya melirik pada lubang tersebut. "Lalu bagaimana dengan lubang itu? Kerusakannya terlihat jelas."'
Mendengar itu, semua tampak berpikir.
Kemudian Yedam pun berkata. "Serahkan saja pada Hyunsuk dan uangnya?" Ya... itu terdengar seperti ide yang bagus walaupun penyampainnya tidak lugas.
Kini, Hyunsuk yang menghela napas, lelah. Tapi tetap saja hal tersebut dikerjakannya. Dia dengan cepat menghubungi seseorang untuk memperbaiki lantai tersebut. "Perbaiki saja lantainya dan jangan usik barang yang ada di bawahnya, paham?" Begitulah isi perintahnya.
Jisoo mendekat pada Jaehyuk, matanya penuh sarat akan penasaran dengan barang yang ada dalam genggaman jaehyuk.
Tanpa banyak bicara Jaehyuk pun membuka paket tersebut. Isinya adalah benda bentuk persegi dengan tiap sisi sepanjang sepuluh senti serta terdapat sebuah selipan kertas buram bertuliskan angka 56. Benda itu datar dan lumayan tipis, mirip seperti ponsel pintar yang dipakai di jaman sekarang. Di belakangnya terdapat logo bertuliskan H-Pad, dan di bawahnya tertulis lagi: From H-TECH. Tampaknya ini adalah barang yang dibuat Hephaestus dari perusahannya sendiri.
"Bagaimana cara menggunakannya?" Jisoo bertanya.
Jaehyuk melirik Jisoo sejenak, lalu terfokus kembali pada barang berlogo H-Pad tersebut. Dan entah bagaimana, rasanya jari jemari Jaehyuk jadi bekerja lebih cepat dari pada otaknya. Jaehyuk mengotak-atik barang itu sebentar, layar datar tersebut pun menyala dengan pencahayaan yang agak redup. Kemudian jemarinya mulai menari-nari kembali di atas layar, dan tiba- tiba---
SAT!
Sebuah portal ajaib, seperti hologram berwarna emas, muncul beberapa kaki dari permukaan lantai di hadapan Jaehyuk.
"Kurasa... begitu cara menggunakannya..." kata Jaehyuk, tidak terlalu yakin.
Semua orang tampak terkagum pada penampakan portal tersebut.
Lalu Mashiho menyeletuk, "Eh... jika itu sebuah portal, kemana tujuannya saat ini?"
Jaehyuk menggidikan bahu, tidak tahu. Tapi dirinya bergerak kembali tanpa berpikir lebih dahulu dan masuk ke dalam portal.
"Oh, tidak!" Junkyu mulai mendramatisir. "Jaehyuk, katakan kau baik-baik saja di dalam sana!"
"Iya, aku baik-baik saja," balas Jaehyuk. Kemudian dia menambahkan, "Masuk ke sini, bawa barang-barang kalian juga."
Dan mereka pun melakukan apa yang Jaehyuk katakan.
Lalu ketika semuanya sudah masuk ke dalam portal, portal tersebut pun secara ajaib pula menghilang, dan saat ini mereka berada di tempat yang berbeda. Mereka ada di depan sebuah motel yang tampak sepi penghuni, berlatar waktu di malam hari.
Sejenak semuanya tampak bingung dengan kondisi saat ini, seperti bertanya-tanya: apa yang akan mereka lakukan di motel ini, menginap?
Dan Jisoo, satu-satunya yang tampak paham. Tentu saja, dia adalah dewi, pastinya kemampuan otaknya lebih dan jauh sangat baik dari manusia biasa---walaupun sempat tidak tahu apa-apa sebelumnya, tapi kini dia sudah paham. Hephaestus membawakan mereka pada barang temuan ajaibnya dan membuat mereka berada di motel ini. Artinya, ada sesuatu di tempat ini.
Hephaestus ingin bertemu dengan semua wadah dewa-dewi, begitulah yang bisa Jisoo simpulkan. []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro