21. Perbincangan Orang-Orang Tampan
Di ruang musik sekolah.
Mulailah hari dengan yang bertampang menawan: seperti memandang wajah serius Jaehyuk dikala sibuk mengotak-atik bongkar-pasang pena, atau Junghwan yang serius membaca buku pelajaran, ataupun kolaborasi maut antara Junkyu dan Asahi yang memainkan piano lengkap dengan efek sinar matahari yang menyilaukan mata.
Sempurna…
Indah…
Mempesona…
Setidaknya begitu, sampai saat Junkyu tiba-tiba salah memencet tuts piano, dan mengeluarkan sebuah pertanyaan, “Jadi kita itu bukan demigod?” Dia pun jadi berhenti total bermain piano.
Set!--- Asahi mendelik tajam pada Junkyu, pandangannya benar-benar menusuk. Asahi merasa kesal. Karena ulah Junkyu, permainan piano mereka pun jadi terhenti. Konser mini terpaksa dibatalkan di tengah-tengah acara karena ketidak-profesional-an salah satu seorang personil. Kemudian hal terburuk yang terjadi: mereka tidak jadi jadi dapat pesangon dan penggemar marah besar.
Junghwan merasa sedikit terganggu dari bacaan bukunya. “Kenapa bertanya itu lagi? Kemarin malam kau juga bertanya itu juga, dan sudah dijawab: bukan.”
“Jadi manusia biasa itu membosankan, makanya dia mungkin mau jadi demigod,” celetuk Jaehyuk, dengan tangan yang masih aktif membongkar-pasang pena (yang entah apa tujuannya).
Junkyu tersenyum lebar. “Tentu saja! Itu ‘kan keren!” katanya. “Lagipula aku tampan, pasti cocok untuk jadi demigod!”
Junghwan memutar mata bosan. “Keren apanya?” Dia menutup buku bacaannya. “Jadi demigod itu artinya hidupmu tidak pernah tentram dan damai. Selalu ada tugas ke-demigod-an, dikejar monster, diincar untuk dibunuh---pokoknya tidak enak, dan tidak ada kerennya sama sekali.”
“Tapi pasti ada bagian dikerubungi cewek-cewek cantik, kan?” tanya Junkyu. Alisnya bergerak naik turun, tapi matanya tetap berbinar-binar tanpa dosa. Astaga, bagaimana bisa Junkyu melakukan itu?
Jaehyuk tertawa. “Hahaha! Aku suka bagian itu!” ungkapnya. “Kalau jadi demigod poin utamanya akan dikerubungi cewek-cewek cantik, aku berada di antrian pertama mendaftar jadi demigod.”
Asahi kembali mendelik tajam, kali ini tatapannya bukan hanya untuk Junkyu melainkan untuk Jaehyuk juga . “Kalian berdua menjijikan,” katanya mencela kedua orang itu.
Junghwan mengangguk setuju. “Aku heran, kenapa perempuan selalu saja dianggap sebagai objek? Padahal mereka lebih dari itu.”
Junkyu mengengir lebar. “Aku tidak menganggap mereka sebagai objek,” ungkapnya. “Ngomong-ngomong, Poseidon itu dewa apa, ya? Aku tidak tahu karena selamam juga tidak ada dibahas. Hanya disebut saja, tapi tidak dengan 'Dewa apa dia itu'.”
Jaehyuk berdecak. Fokusnya masih pada proyek pena. “Cari sendiri di internet!”
“Tidak mau, ah. Aku malas,” keluh Junkyu. "Ingat motto milikku: jika tidak bisa jadi yang terbaik, jadilah yang terburuk. Aku sedang ada di posisi yang terburuk karena malas mencari."
Asahi menghela napas. Junkyu selalu saja seperti itu. “Poseidon itu Dewa Laut, asal kau tahu,” jawabnya. “Setelah keadaan di apartemen Jihoon menjadi membingungkan dan runyam, jadi saat sampai di rumah hampir semalaman aku mencari informasi tentang Dewa-Dewi Yunani. Aku lumayan paham sekarang,” jelasnya.
“Oh, begitu rupanya.” Junkyu menoleh pada Junghwan. “Kalau kau? Artemis itu dapat bagian apa?”
“Perburuan dan Alam Liar,” jawab Junghwan. “Tapi pengaruhnya padaku sama sekali tidak ada yang menyangkut dengan hal ‘Dewi-nya’.”
“Bagaimana tentang Artemis yang jadi seorang perawan abadi? Dia berpikir laki-laki itu merepotkan,” celetuk Jaehyuk.
Kemudian Asahi melengkapinya dengan sebuah teori. “Kalau dalam kasusmu malah jadi kebalikannya. Kau tambah anti dengan perempuan.”
Junkyu menggeleng pelan. Wajahnya terlihat prihatin. “Kasian Junghwan. Sudah aslinya susah dekat dengan perempuan, sekarang malah jadi tambah susah.”
Ya… Junghwan pikir itu masuk akal juga. Penyebab dirinya merasa bertambah anti dengan perempuan karena bawaan dari Dewi yang menumpang dalam dirinya. Memang tidak ada perubahan yang sangat kentara kecuali rasa anti pada perempuan semakin meningkat, tapi Junghwan sedikit bersyukur dirinya tidak mengalami hal aneh seperti teman-temannya yang lain. Seperti Hyunsuk yang sudah menjelma jadi sumbu pendek, Jihoon yang mengalami hilang ingatan, Yedam yang berkeinginan minum anggur, ataupun Jaehyuk yang kini selalu melakukan aksi bongkar pasang serta modifikasi lainnya.
Tapi jika Junghwan anti dengan perempuan, lantas kenapa Junghwan malah merasa baik-baik saja saat Jisoo alias Hestia berada di sekitarnya? Bagaimana bisa?
Well, sepertinya hal itu disebabkan karena Artemis dan Hestia sama-sama seorang Dewi perawan, jadi sesama perawan tidak boleh saling takut.
“Benar juga,” kata Junghwan. “Tapi bagaimana kau bisa tahu soal perawan abadi itu?” dia bertanya pada Jaehyuk
Jaehyuk tersenyum pongah. Atensi dari proyek kerjaannya teralihkan sepenuhnya. “Aku harus bilang apa?” matanya melirik pada Asahi yang secara tiba-tiba menatapnya sangat tajam. “Bukan dia saja yang mencari tahu sejak pulang dari apartemen Jihoon kemarin.”
Asahi mendecih. “Dasar, tukang pamer.”
Jaehyuk turut mendecih juga. “Ini hanya perasaanku saja, atau kau memang bertambah ketus padaku? Kau jadi menyebalkan, tahu?” dia memberikan komplain atas perlakuan tidak ramah yang diberikan oleh Asahi padanya. “Kau tahu ‘kan Hephaestus dan Aphrodite itu suami-istri? Seharusnya kita bisa menjaga hubungan itu dengan bersikap baik satu sama lain. Jangan buat mereka bercerai saat keadaan semakin para Dewa-Dewi semakin runyam,” katanya.
Asahi mendengus. “Oh.. tampaknya ada yang kurang membaca buku di sini.” Nada suaranya terdengar sarkas. “Kau tahu juga ‘kan Aphrodite tidak menerima pernikahannya dengan Hephaestus, dan dia malah memilih berselingkuh berkali-kali dengan banyak Dewa---salah satunya Ares, dan bahkan demigod sampai manusia biasa dia kejar juga?”
Jaehyuk pun berkata, “Ya, aku tahu. Kalau begitu aku ralat: Aphrodite istri terburuk di dunia.”
Sungguh, Junkyu dan Junghwan merasa atmosfir di sekitar sudah berubah menjadi lapak pertengkaran rumah tangga tidak harmonis Dewa-Dewi dalan tubuh Jaehyuk dan Asahi.
Junkyu tidak tahan dengan adegan pertarungan verbal. Dia mengalihkan atensi pada Junghwan, dan berniat bertanya lagi. “Apa semua yang jadi wadah akan mengalami perubahan sifat?” kepalanya dimiringkan sedikit. Matanya berkedip pelan dengan lagak yang sengaja di-imut-kan. “Aku sama sekali tidak merasakan ada yang berbeda dari diriku yang sebelumnya.”
Junghwan memberikan jawaban pertama dengan gidikan bahu. Kemudian untuk jawaban selanjutnya, “Mungkin reaksi pada tiap wadah berbeda?”
Junkyu memajukan bibir. “Mungkin?” Sepersekon selanjutnya dia menghela napas. “Aku mau ke luar, mau ke kelas.”
Jaehyuk yang masih bertengkar dengan Asahi menginterupsi sebentar. Jaehyuk berpesan. “Bisa ambilkan susu pisang di tas ku?”
Junkyu berpikir sejenak. Katanya, “Aku berniat tidak kembali ke sini. Jadi ambil saja sendiri.” Dia pun berdiri dari duduknya, berjalan menuju pintu.
Junkyu baru saja berpikir untuk melakukan kegiatan tidur sejenak sebelum kelas di mulai, dan memastikan tidak akan korupsi waktu saat tidur. Tapi baru saja pintu terbuka setengah, Junkyu dengan cepat menutupnya kembali.
Brak!
Semua temannya yang ada di sana terkejut.
Junkyu berbalik, bersender di pintu dengan wajah pucat pasi dan sedikit gemetar.
“Ada apa?” tanya Junghwan, mewakili dari wajah penasaran teman-temannya.
Junkyu mencoba mengatur pernapasan. Tubuhnya tampak kaku seperti orang yang baru bertemu dengan setan. “Kita harus kunci pintu ini. Ada wanita ular di luar sana,” kurang lebih, begitulah katanya. []
A/N:
Aku kembali!!!
Kasin kesan dong...
atau saran...
atau kritik juga kalo bisaa:))
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro