Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Adegan Kekerasan

“H-Hyunsuk… kenapa pistol, ha?” Mashiho memberikan tatapan horor.

Menurut Mashiho secara pribadi, aksi Hyunsuk mengambil pistol merupakan suatu tindakan paling bodoh di dunia.

Penjelasannya, Hyunsuk tidak paham bagaimana cara menggunakan pistol. Hyunsuk tidak mengerti apakah pistol itu jenis yang harus di kokang dulu atau tidak, apakah persediaan peluru ada atau tidak, dan yang terpenting adalah tentang bagaimana cara memegang pistol dengan baik dan benar sehingga tidak membahayakan diri sendiri serta orang lain. Hyunsuk benar-benar tidak tahu itu.

Keadaan saat ini sungguh sangat genting. Mereka diserang dengan dua Empousa: kaca jendela tempat Yoshi terus dihentak oleh si kaki kambing hingga hampir pecah, Haruto yang diam membeku di tempat tanpa berkata apa-apa tapi pikirannya berkelumit serta wajahnya jadi pucat pasi, Paman Kim yang tampaknya tidak tahu apapun tapi harus tetap memacu mobil dengan kecepatan penuh, Mashiho yang tidak tahu harus berbuat apa---dan Hyunsuk malah mengambil pistol tanpa tau cara menggunakannya.

Bagus, bagus sekali. Tinggal siapkan saja lima kuburan untuk memakamkan semua orang yanga ada di mobil nanti.

“ARGH! LAKUKAN SESUATU!” Yoshi berteriak panik.

Dak!

Dak!

Prang!--- kaca jendela pecah.

Mashiho melotot kaget.

Waktu seolah-olah jadi berjalan lambat.

Yoshi serta Mashiho mengoyangkan bahu Hyunsuk.

“Hyunsuk…! Gunakan pistolnya!”

“Tapi dia tidak tahu cara pakainya?!”

Sementara itu Hyunsuk hanya diam. Tangannya yang memegang erat pistol bergetar panik, matanya terpejam dengan penuh gelisah, dan tubuhnya membungkuk ke bawah serta mendadak jadi sangat berkeringat.

“Hyunsuk! Bantu kami!”

“Jangan tembak! Kau tidak tahu caranya!

"Bantu saja!!"

ARGH! Sialan!

Suara-suara sialan!

Tubuh Hyunsuk berubah duduk tegap. Matanya terbuka---tapi seperti memancarkan kobaran api yang membara.

Yoshi dan Mashiho merasakan ada sesuatu yang aneh.

“Tentu saja aku tahu cara pakai pistol, idiot!”

Tidak, itu bukan Hyunsuk. Itu Ares. Hyunsuk sedang kerasukan Ares.

“Huwa! Mana makananku yang ganteng?” Empousa dengan rambut hitam dikuncir melesak masuk hendak menangkap Yoshi. Yoshi melesak mundur sambari takut terkena bilah pedang yang masih tertancap di atas mobil.

Set!---Ares dalam diri Hyunsuk bergerak cepat. “Dia bukan makanan, Jalang!”

Buk!

Satu kepalan kuat menghantam wajah si Emposa.

Lalu Ares mengarahkan pistol dengan satu tangan. Jarinya langsung menarik pemicu.

Dor!

Ares menembak kepala si Empousa. Sekali tembak si Empousa langsung mati, kehilangan keseimbangan, jatuh dan berguling di jalan, lalu berubah menjadi abu bakar.

Dor!

Ares menembak ke arah atas mobil.

“ARGH!” Suara teriakan nyaring memenuhi pendengaran. Si Empousa rambut merah mungkin histeris karena teman karibnya baru saja berpulang ke Sang Pencipta, atau mungkin teriakan si Empousa rambut merah di sebabkan oleh lesatan peluru yang mengenai tubuhnya.

“Sial, meleset.” Ares berguman.  

Oh, meleset. Itu berarti opsi pertama  jawaban kenapa si Empousa berteriak.

Srat!---pedang yang tertancap di atas mobil dicabut.

Hyunsuk yang sedang sepenuhnya dirasuki Ares bergerak cepat kembali.

Ares melepasakan magasin pistol dan membuangnya sembarangan. Tubuhnya bergerak maju ke depan, menggeledah jas Paman Kim.

“Tuan Muda---…”

“Diam dan tetap fokus ke jalan, Pak Tua.” Ares mendapatkan sesuatu yang dicarinya. Sebuah magasin berisi penuh peluru yang sengaja disiapkan untuk keperluan genting.

Ares memasang magasin tersebut. Pistol dikokang beberapa kali. Kemudian dirinya siap kembali beraksi.

Dor! Dor! Dor!

Tiga kali tembakan.

Dor! Dor!

“Ck! Aku tidak melihatnya dengan jelas!”

Ares bergerak maju ke depan. Matanya dengan cermat mengamati keadaan.

“Pak Tua, aku mau kau belok ke gang itu tanpa mengurangi kecepatan.” Ares menunjuk sebuah gang yang hanya bisa dimasuki satu buah mobil ada beberapa meter dari hadapan mereka. “Lakukan sekarang lalu tunggu perintahku untuk berhenti.”

Paman Kim tampak bingung. Itu sangat beresiko “E-eh? Baik Tuan muda.” Tapi sebagai kepala pelayan yang baik dengan rangkap tugas yang banyak, Paman Kim lantas melakukan apa yang Tuan Muda-nya mau.

Mobil berbelok memasuki gang. Kedua tangan Paman Kim bergerak gesit mengendalikan setir.

“Tambah kecepatan!” perintah Ares.

Paman Kim memenuhi perintah itu.

Yoshi, Mashiho, dan Haruto terduduk dengan jantung yang berdegup sangat kencang. Dalam hati serempak mereka bertiga berkata: sampai jumpa di Alam Sesudah, teman-teman.

“Tuan Muda, di depan jalan buntu.” Paman Kim memberi tahu.

Ares menyipitkan mata. Di depan jalan buntu berupa dinding tembok tebal berlumut. “Lanjutkan, berhenti sebentar lagi,” katanya.

Dalam hati Ares membuat perhitungan waktu.

Tahan…

Sebentar lagi…

Lalu saat jalan hampir tersisa lebih setengah dari satu meter, Ares berseru, “Berhenti!”

Paman Kim menginjak rem. Mobil terhenti.

Duk!

Tubuh penumpang lain tersentak ke depan dengan keras, bahkan sampai-sampai kening Haruto menghantam dasbor mobil.

“Aww…”

Sedangkan si Empousa terperosok ke depan, terguling, dan---

“Injak gasnya lagi!”

Paman Kim menuruti.

Brak!

Mobil menghantam tembok. Bagian depan mobil rusak, tapi tidak hancur parah.

Ares bergegas keluar mobil.

“Tuan Muda!”

Ares memeriksa bagaimana keadaan si Empousa. Terjepit antara mobil dan tembok serta tubuh yang menyilang, sempurna.

Si Empousa menggeram marah. “Ggrr! Kau bukan demigod? Kau wadah dari dewa busuk?!”

“Oh, jadi itu alasanmu mengejar anak-anak menyedihkan ini?” Ares bertanya dengan nada cemooh.

Si Empousa tampak sangat tidak terima. “Kau! Rencana konyolmu dengan dewa yang lain itu tidak akan pernah berhasil!”

Ares memberi tatapan bosan. Tangannya mengangkat tinggi pistol. “Diam kau, dasar pelacur murahan.” Tapi bukannya menembak si Empousa, Ares malah menghantamkan pistol itu ke wajah si Empousa, berkali-kali.

Bak!

Bak!

Bak!

Ares tidak berhenti menghantamnya.

Wajah si Empousa jadi rusak parah,  dia mati di tempat. Tengkorak retak, tulang hidung hancur, mata hacur, darah menyiprat ke mana-mana---keadaan yang mengerikan. Tapi walau begitu Ares tetap menghantam dan terus menghantam. Hingga sebuah tarikan napas panjang terjadi dan tubuh yang menghantam itu terdiam membeku untuk beberapa saat.

Apa?

Tidak ada kalimat kasar, tidak ada semangat membara mengunakan senjata, tidak ada sorot mata kobaran api membara---semua normal, Hyunsuk asli telah kembali. Dan saat dirinya yang asli melihat hasil karya tangannya, sebuah perasaan takut dan panik lantas tidak terelakan.

“A-apa yang sudah aku perbuat…?”

Hyunsuk melakukan pembunuhan. []









A/N:
Cerita yang lain belum pada selesai, tapi aku banyak dapat ide buat bikin judul baru. Hehe.

Silakan cek: Story | Treasure
(Lakukan bagi yang berminat)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro