15. Empousa
Sebuah laporan berita terkini seputar keadaan di dalam bak sampah. Kabar baik: Mashiho dan Haruto sudah masuk ke dalam tempat persembunyian dengan mudah karena isi sampah yang sedikit, jadi tidak perlu ada acara dadakan pengeluaran sampah terlebih dahulu. Kabar buruk: keadaan di dalam bak sampah sangat gelap karena Mashiho menutup baknya, jadi mereka harus menyalakan ponsel sebagai penerang. Dan kabar buruk lainnya, Haruto terlihat sulit untuk menahan bau sampah hingga berkali-kali hampir muntah, tapi untungnya Mashiho dapat menangani itu.
Well... bagaimana cara Mashiho mengatasi Haruto yang hendak muntah? Jawabannya adalah Mashiho memelototinya dan mengancam Haruto akan dilempar keluar bak sampah jika sampai muntah.
Sumpah demi segala hal baik dan hal buruk... Sumpah demi black card milik Hyunsuk yang punya sejarah panjang... Dan sumpah demi celana dalam merah muda milik Jihoon... Haruto harus mati-matian menahan mual demi tidak dilempar keluar oleh Mashiho.
Ini menyiksa, sungguh. Tapi jika Haruto muntah dan dilempar keluar, kemungkinan paling buruknya adalah Haruto akan bertemu duo monster betina itu lagi dan akhir ceritanya dia menginap dalam lambung monster itu.
Mengabaikan sejenak Haruto yang mual, Mashiho mulai menjelaskan segala hal sebisanya.
Pertama, tentang kenapa mereka harus bersembunyi di dalam bak sampah. Mashiho mencoba menjelaskan dengan penuh logika, tapi Haruto menepis jika sudah tidak ada logika di dunia ini saat mosnter mengejar---baikah, Mashiho mengaku setuju untuk yang satu itu.
Mashiho sudah sangat kehabisan energi dan begitu juga dengan Haruto. Jika mereka memaksakan diri untuk tetap berlari tanpa istirahat, kemungkinan besar mereka akan tertangkap karena pacu lari yang berkurang akibat lelah. Oleh karena itu mereka berdua harus beristirahat. Tapi dikarenakan mereka berada di gang-entah-mana-itu dan keramaian orang-orang tak kunjung terlihat, maka opsi bersembunyi di dalam bak sampah mau tak mau harus dilakukan saat itu juga.
Untuk jawaban yang lebih detil, ada lebih baiknya penjelasan di lanjutkan ke sesi 'memberi edukasi' terlebih dahulu.
Kedua, alias sesi selanjutnya adalah tentang apa itu Empousa.
Secara singkat, Empousa itu adalah golongan monster: jenis, spesies monster. Secara lebih panjang, Empousa itu adalah monster yang merupakan pelayan Hecate sang dewi sihir. Sihir hitam membentuk Empousa dari hewan, perunggu, dan hantu. Lalu kesukaan mereka adalah menyantap darah khususnya dari para pria-pria muda.
Ciri-ciri Empousa adalah bertaring, bercakar, bertungkai kiri dari perunggu, bertungkai keledai di sebelah kanan, dan berambut api. Mereka punya kemampuan untuk merubah bentuk menjadi terlihat sangat cantik agar bisa menipu mata banyak orang. Mereka juga suka menawarkan ciuman, dengan harapan saat mangsa mendekat mereka bisa dengan mudah menghisap darah korban.
Hampir sebagian besar monster---atau mungkin seluruh monster diberkahi dengan kemampuan untuk mencium bau mangsa. Biasanya yang jadi mangsa mereka adalah manusia, hewan... tapi yang selalu jadi favorit adalah memakan demigod alias memakan manusia setengah dewa.
Mengerikan, sungguh. Pokoknya jangan sampai berjumpa dengan monster jika tidak ingin riwayat hidup tamat hari itu juga.
Dan sejujurnya... dari dalam otaknya dengan ilmu pengetahuan yang terbatas, Mashiho tidak tahu seberapa kuat indera penciuman dari para monster untuk melacak keberadaan mangsa. Tapi setidaknya untuk sekedar berjaga-jaga, Mashiho membutuhkan sesuatu dengan aroma yang kuat yang bisa menyamarkan bau manusianya. Lalu... ta-da! Ide untuk bersembunyi di dalam bak sampah terdengar begitu sangat menggoda.
Sampah itu bau, bahkan kadang bisa jadi super bau sampai-sampai parfum yang dipakai tidak bisa tercium sama sekali walau keberadaan sampah begitu jauh dari tempat berdiri. Dan itu sungguh sangat sempurna untuk menutup bau manusia.
Jadi kesimpulan yang bisa Mashiho berikan pada Haruto, mereka berdua berada di dalam bak sampah bukan hanya untuk bersembunyi tetapi juga untuk menyamarkan bau manusia agar tidak tercium oleh Empousa.
Hidung memang sangat tersiksa, tapi yang harus diingat adalah banyak sekali udara segar gratis di luar sana ketimbang nyawa gratis. Jadi pilihannya hanyalah bertahan jika masih mau menonton konser Big Bang selanjutnya.
Haruto menghela napas. "Mengerikan... Aku pernah tidak mau berurusan dengan monster tapi sekarang aku malah dikejar-kejar monster penggila ciuman."
Mashiho mengangguk. "Banyak daftar monster yang sangat aku benci, dan salah satunya merupakan Empousa. Mereka terdengar seperti monster cabul karena selalu menggoda korban dengan ciuman." Dia berdecak. "Ck! Aku tidak suka," katanya
"Aku juga tidak suka..." kata Haruto. Suaranya terdengar sangat lesu. "Kapan kita bisa keluar? Aku sudah hampir empat kali tidak jadi muntah, aku lelah menahan mual..."
Mashiho mendengar itu dengan saksama.
Keluhan Haruto sejatinya adalah keluhan Mashiho juga. Tapi Mashiho masih sanggup untuk menahan semuanya, sedangkan Haruto seperti sudah hampir mencapai batas. Jika saja sekarang ada di tempat terang, mungkin wajah Haruto sudah terlihat pucat---atau mungkin sangat pucat karena berada dalam bak sampah. Rasanya opsi untuk keluar dari dalam bak terdengar seperti lonceng surga sekarang ini, hanya saja Mashiho masih tidak yakin dengan keadaan di luar sana---entah sudah aman atau tidak.
Tapi rasanya sungguh seperti tidak ada pilihan lain lagi. Mashiho tidak tega melihat Haruto seperti itu. Dirinya harus membuat keputusan, dan keputusannya adalah keluar dari dalam bak sampah.
"Hah..." Menghela napas sejenak, Mashiho bersiap-siap membuka sedikit tutup bak agar bisa memeriksa keadaan sekitar.
Kiri... Kanan... keadaan masih sama seperti saat Mashiho dan Haruto belum masuk ke bak sampah.
Mashiho mulai berpikir: mungkin para Empousa sudah pergi jauh, mungkin para Empousa berhenti mengejar mereka dan mulai mencari mangsa lain, atau mungkin para Empousa tidak bisa menemukan mereka. Segala hal bisa terjadi, dan yang Mashiho pikirkan itu sudah mendekati pendekatan paling logis.
Tampaknya jika keluar dari bak sampah saat ini adalah pilihan yang tepat. Kondisi aman dan mereka berdua tinggal berusaha keluar dari gang kecil ini. Ya... begitu saja sudah bagus, tidak perlu berlari sembari merasa takut akan kehabisan darah sebab gigitan Empousa.
Mashiho menoleh pada Haruto. "Baiklah, ayo keluar!"
Haruto menyerngit. "Apa sudah aman?"
"Tidak tahu pasti." Mashiho menggidikan bahu. "Tapi ini patut untuk dicoba."
Haruto mangangguk. "Baiklah..." katanya. "Udara segar, aku datang!"
Mashiho pun membuka penutup dengan lebar. Dirinya dan juga Haruto beranjak keluar, dan meteka merasa ada sebuah kelegaan dalam diri masing-masing. Mual Haruto seketika hilang serta semangat dan energi dalam diri keduanya sudah kembali lagi.
Semua akan berjalan dengan baik.
Mashiho sangat yakin dengan itu.
"Wah, lihat siapa yang baru saja keluar dari tempat persembunyian..."
Deg!
Entah itu degup jantung milik siapa---entah milik Mashiho, entah milik Haruto, atau mungkin keduanya... Tapi pada intinya ketika mendengar suara tadi, keduanya degan cepat menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sesuatu yang sangat mengejutkan.
Para Empousa itu kembali dengan masing-masing membawa senjata, mereka kembali dengan membawa pedang! Dan sumpah demi celana dalam Jihoon yang selalu dipinjam bergilir, dari mana para Empousa itu mendapatkan pedang?!
Sungguh, hal seperti ini sama sekali tidak terprediksi.
"Kukira sudah lari jauh, rupanya sembunyi di bak sampah," kata Empousa dengan rambut api. "Hidungku sedang tersumbat, makanya tidak bisa mencium bau kalian."
"Hahaha!" Empousa berkuncir kuda tertawa. "Mereka ini jual mahal sekali, lari dari kita. Tapi tidak apa, yang jual mahal akan jadi mangsa termanis."
Empousa berambut api mengangguk menyetujui, kemudian sebuah seringai lebar yang menampakan gigi taring nan tajam dia berikan. "Nah, kalau begitu... Ayo, aku cium dulu!" []
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro