
B A G I A N - 5
Pada malam itu, badai menghantui hutan ini, hujan yang terus menerus jatuh perlahan mengkiis tanah dibawahnya hingga membentuk genangan air yang dalam, suara gerumuh terus bersenandung bersamaan dengan suara hembusan angin yang kencang, kilat - litas terus menyinari hutan ini, sudah 5 hari lamanya hutan ini tidak diterangi dengan matahari membuat tumbuhan menjadi layu, kilat dan hembusan angin yang besar membuat banyak pohon - pohon kokoh menjadi tumbang yang diakibatkan oleh kilat dan angin tersebut, hewan - hewan yang hidup didalam hutan menjadi tidak memiliki pasokan makanan membuat mereka klaparan, tidak jarang dari mereka yag akhirnya mencari makanan di pemukiman penduduk, hal ini juga yang membuat kerajaan Lotus memerintahkan penduduknya untuk tetap di dalam rumah pada saat - saat tertentu.
Di tengah hutan itu, beridi kokok seuah istana yang beriskan makhluk - makhluk yang manusia angap tidaklah nyata, didalam istana terebut terdengar jeritan seorang anak gadis, orang - orang disekitarnya bersusah payah mencari cara untuk menenangkan anak tersebut, orang - oran berlalu lalang memberikan bantuan yang mereka dapat beirkan sembari menunggu Raja mereka untuk menemukan jawaban yang dapat menghentikan penderitaan anak gadis tersebut.
Terlihat buih - buih keringat diseluruh tubuhnya, kulitnya yang memerah dan rambutnya yang mulai rontok, teriakannya pun lambat laun tidak terdengar, hanya terdengar suara serak yang diakibatkan berteriak berhari - hari lamanya juga karena hanya bisa meneguk sedikit air yang kemudian akan ia muntahkan kembli bersama dengan cairan tubuhnya, tidak ada makanan yang dapat ia keluarkan karena ia tidak mampu menelan makanan yang diberikan. Terlihat seorang wanita disebelah anak ganis itu menyeka keringat yang ada ditubuh mungil itu, sambil menangis, ia memohon pada segala dewa, tuhan dan makhluk lainnya untuk menghentikan penderitaan puterinya, ia tidak tahan melihat puterinya menderita seperti ini, jika perlu ia akan menggantikan posisi puterinya dan menanggung rasa sakit itu.
Sementara disisi lain, suara hentakan kaki kuda berpacu dengan suara hujan, gerumuh dan angin, adai yang melanda hutan tersebut membuat jarak pandang para penunggang kuda terbatas, mereka hanya mengandalkan insting dan lampu minyak yang mereka miliki untuk menerobos gelapnya hutan ini, saat mereka melihat gerbang istana yang sangat familiar untuk mereka, mereka memacukan kudanya lebih kencang. Ketika mereka telah melewati gerbang terebut dan berada di pintu utama, mereka bergegas turun dari kuda mereka danmemasuki istana tersebut, istana Princeps Silvarum, istana bagi mkhluk - makhluk mitos menurut kepercayaan manusia namun mereka adalah makhluk yang sangat nyata.
Derap kaki mereka menggema ke penjuru istana, mereka bergegas menuju ke ruangan tersebut, ruangan dimana anak gadis tersebut berada, mereka membuka puntu kamar tersebut dan melihat pemandangan didepan mereka, pria dengan warna mata emas tersebut meingis aat melihat keadaan anak gadis didepannya, yang ia ingat, berhari - hari sebelum ia mencari jawaban bagi penderitaannya, anak gadis tersebut tidak separah saat ini, hatinya terasa sakit melihatnya, segera ia meminta perempuan yang ikut bersamanya untuk melihat keadaan anak gadis tersebut.
Perempuan tersebut melangkah mendekati anak gadis tersebut dan menatuh telapak tanganya diatas kening anak gadis itu, perempuan dengan mata violetnya berubah menjadi putih, kembusan angin menerpanya, cahaya bersinar dari dirinya, di punggung tangannya terlihat ukiran - ukiran cantik berwarna emas, setelah beberapa saat perempuan tersebut menarik tangannya dari kening anak gadis tersebut, ia membalikkan tubuhnya menatap pria bermata emas tersebut.
"Zacchaeus, Xylia tidak dapat menahan ini lebih lama lagi, jika kita biarkan, akan membahayakan nyawanya, ini harus segera di sembuuhkan." Kata perempuan tersebut, Zacchaeus menatap wanita terseut dan Xylia secara bergantian.
''Bagaimana? Apa yang sebenarnya terjadi pada Xylia?' Tanya Zacchaeus.
"Ia terkena kutukan, apa kau ingat pada saat kau menaklukan bangsa penyihir merah? Pemimpinnya menaruh kutukan bahwa pada saat kau menemukan belahan jiwa mu, saat itu pula kau tidak dapat bersamanya tanpa menimbulkannya rasa sakit, semakin lama ia berada disisi mu, rasa sakit itu akan bertambah, pada saat ini, karena ia berada di dalam istana mu, membuat keadaannya semakin parah. Cara menembuhkannya adalah dengan memutuskan ikatan mu dengannya dan membuatnya menjauh dari kehidupan disini, ia tidak lagi dapat memasuki wilayah ini." Terang wanita terebut, terlihat dengan jelas bahwa Zaccheaus tidak menyukai ini.
"Bagaimaa mungkin aku memutuskan ikatan ku dengannya! Ia adalah belahan jiwa ku, tidak akan aku lepaskan, dan bagaimana caranya membbuat ia tidak datang lagi ke istana ini saat dimulai dari kehidupannya saja ia sudah berada disini, tumbuh besar dan berkembang di wilauah ini." Jelas Zacchaeus dengan lantang, helaan napasnya terasa berat dikarenakan perasaan yang bercampur aduk seperti ini, disatu sisi ia ingin bersama belahan jiwanya namun disisi lain, berada didekatnya membuat belahan jiwanya tersiksa seperti ini.
"Hanya itu cara yang dapat dilakukan Zacch, jika tidak, Xylia tidak akan bisa sembuh dan terus - terusan merasa sakit." Jelas perempuan tersebut.
"Tidak, jangan putuskan ikatan kami, ku mohon, cari cara lain untuk menyembuhkannya, Fee." Kata Zaccheaus dengan rintih, Fee menatap raja didepannya itu dengan tatapan sedih, memutuskan ikatan dengan belahan jiwa mu adalah hal yang sangat dilarang dalam dunia manusia serigala, itu dapat membunuh salah satu bahkan keduanya.
"Akan ku cari caranya, namun, waktu kita tidak banyak Zacch." Kata Fee sambil menepuk punggung Zaccheaus.
Aku menatap Ibu tidak percaya, jadi sejak kecil aku telah mengetahui tempat ini, bahkan aku sering bermain disini, terlebih aku sering berain dengan Alpha Zacchaeus? Lalu mengapa aku tidak memiliki ingatan sama sekali mengenai tempat ini? Selama Ibu menceritakan kejadian itu, tidak ada satupun kilasan - kilasan yang ku lihat, seakan, aku tidak pernah mengenal mereka, semuanya kosong.
"Kalau memang apa yang Ibu katakan itu benar, lalu mengapa aku tidak memiliki ingatan apapun mengenai tempat ini, bermain disini, mengahbiskan waktu disini dan terlebih, tidak mengingat Alpha Zacchaeus sama sekali?" Tanya ku heran, Ibu menghela napas dan menggenggam tangan ku, aku merasakan sebuah kursi ditarik kearah kiri ku, aku dan Ibu sedang duduk berhadapan, aroma itu, aroma seperti sesaat setelah hutan basah terkena hujan, Ibu menata kearah kiri ku.
"Apa kau ingat saat Fee mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kau adalah belahan jiwanya? Apa kau tahu arinya itu, Xylia?" Tanya Ibu, aku menggelengkan kepala ku.
"Bagi bangsa manusia serigala, mereka di anugerahi belahan jiwa dari dewi mereka, dewi bulan, setiap insannya sudah di pasangkan dengan belahan jiwa mereka, mereka adalah segalanya bagi manusia serigala, satu sama lain mereka aan saling mlengkapi, jika seseorang menganggap bahwa memiliki belahan jiwa merupakan sebuah kelemahan, mereka salah, justru mereka akan semakin kuat, bagi bangsa manusia serigala mereka tidak bisa melepaskan ikatan dengan pasangannya, jika hal itu dilakukan, maka akan menimbukan kematian bagi satu sama lain, dan kau Xylia, adalah belahan jiwa dari Alpha Zacchaeus." Jelas Ibu, aku terdiam, berusaha memproses semua informasi yang ku terima, kepala ku berputar, jadi, aku adalah belahan jiwa Alpha Zacchaeus, aku tersiksa karena aku adalah belahan jiwanya dan aku kehilangan ingatan ku karena kutukan itu? Aku mengarahkan tubuhku kearah Alpha Zacchaeus, menatapnya sungguh - sungguh, tetap saja aku tidak dapat mengingatnya, tidak ada sedikitpun ingatan yang terlintas dipikiranku, yang kurasakan hanya perasaan, nyaman, aman dan tenang saat berada didekatnya.
"Jika memang benar aku adalah belahan jiwa mu, maka apa yang kau inginkan saat ini Alpha?" Tanyaku kepada Alpha Zacchaeus.
"Jika kau berkenan, aku ingin mengenal mu kembali, aku ingin membuat kenangan dengan mu, aku ingin kau berada didekat ku kembali, aku ingin menghabiskan waktu ku dengan mu, jika kau mengijinkan itu." Katanya. Aku memikirkannya.
"Akankah aku merasakan siksaan itu lagi?" Tanya ku, Alpha menghela napas.
"Hal itu, belum pasti, namun selama ini, aku dan Fee berusaha mencari solusi dari ini sesemua, dan kita sudah semakin dekat." Katanya dan tersenyum lembut kepada ku. Kepala ku kembali berputar, huh sungguh, ini semua sangat sulit untuk di cerna.
"Bolehkah aku memikirkanya terlebih dahulu?" Tanya ku, Alpha Zacchaeus pun mengangguk, aku tersenyum.
.
.
.
Menurut kalian gimana? Apakah Xylia akan tersiksa lagi? Komen yaa!!
Enjoy.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro