EPISODE 3 - Pertanda
Holla~~
Sebelum baca main tebak-tebakan dulu, kuy!
Langit, langit apa yang pendek dan bisa digapai?
Jawabannya? Cek postingan Instagram @expertmate_ ! Nanti kita posting di sana jawabannya ><
Okey, Readers Mate! Selamat menyelami alur Expert Mate
~Happy Reading~
Jabat tangan, keajaiban apa yang bisa terjadi karenanya? Bila aku yang menjawab, itu adalah langkah awal menjalin koneksi dengan roh kecerdasan, seperti yang biasa kulakukan. Seperti yang kali ini terjadi, kontak pertamaku dengan Kevinez pun berawal.
"Halo! Aku juga bisa melihatmu! Kita bisa bicara lebih banyak lain waktu! Kamu tidak keberatan kupanggil Kevinez? Hai, Kevinez! Jawab aku bila kamu setuju! Aku dan Kevin berteman! Aku dan kamu juga!" ujarku percaya diri.
Namun, tidak seperti respons roh kecerdasan lain yang senang setengah mati saat kusapa, Kevinez hanya membalasku dengan geming, juga tatapan dingin sebagai bonus.
"Kevinez?"
"Bella-aja?" ujar Kevin menyadarkanku lebih dulu. Waktu di sekitarku yang sempat melambat kembali berjalan normal.
"Bella-aja, maaf, tangan ..."
"Oh, aduh, maaf! Ah, aku kenapa, sih, akhir-akhir ini?!" ujarku buru-buru melepas jabat tangan tadi, lumayan salah tingkah karena Kevin harus menegurku dulu.
"Haha, modus ya, Bell?!" goda Vivi.
"Tapi kamu harus maklum sama cewek satu ini, Vin! Hobi melamun dan kadang suka ngobrol enggak jelas sama teman-teman hantunya ...."
"Ros!" potong Vivi melempar tatapan tidak suka. Cewek ceplas-ceplos yang ditegur itu meminta maaf padaku.
"Enggak apa-apa, kok! Lagi pula udah bukan rahasia!" jawabku mengangkat bahu tak acuh. Sungguh, aku tidak peduli soal rumor-rumor miring yang beredar kalau aku ini anak indigo aneh yang suka bicara dengan udara kosong atau apalah.
Biarkan saja, memangnya harus kusangkal bagaimana? Itu tidak benar dan aku sejatinya hanya bisa melihat roh kecerdasan, mengambil keuntungan dari mereka? Oh, itu harus jadi rahasiaku selamanya!
"Eh, omong-omong, kamu les bahasa Inggris di mana, Bell?" tanya Kevin lagi.
"Les? Aku enggak ikut les atau bimbel mana pun!" jawabku sambil masih mengunyah nastar Vivi.
"Serius?"
"Seriuslah, Vin!" sahut Ros lagi-lagi asal nyambar seperti api ketemu bensin. Tolong, deh, Rosalita Ningrum! Jangan rebut jatah ngobrol aku sama Kevin seenak dengkul!
"Satu-satunya yang minus otak di antara tiga sekawan ini cuma aku! Vivi juara satu di kelas, kutu buku, enggak bisa diajak main tiap akhir pekan karena sibuk di tim pelatihan olimpiade kimia.
Terus si Bella ini, cewek ajaib yang enggak pernah ikut bimbel apa-apa, enggak terlalu lengket sama buku, partner rebahanku, tapi tetap bisa juara dua. Bayangkan betapa aku ini cuma kentang!"
Aku tidak bisa menahan tawa karena narasi Ros. Cewek ajaib katanya? Sepertinya mulai sekarang aku harus bekerja keras untuk (terlihat) rajin.
"Jangan salahkan otak kamu, Ros! Kamu cuma kurang termotivasi aja!" jawab Vivi.
"Wah, tapi Bella bikin penasaran, deh! Kupikir kamu udah terlatih sampai bisa fasih ngomong bahasa Inggris. Cara belajar otodidakmu bagaimana, sih?" tanya Kevin memaksaku harus mengarang. Oke, ada yang mau kasih aku ide?
"Anu ... dari film, Vin!" jawabku asal.
"Oh, iya, belajar dari film emang seru ya! Suka nonton film apa, nih?"
Aduh, Kevin malah tanya-tanya terus! Boro-boro film luar, tontonanku paling banter juga cuma FTV baper-baperan.
"Itu, lho, Vin! Frojen! Iya, Frojen! Do you want to build a snowman ...?"
Sumpah, andaikan ada tembok terdekat, aku tidak bakal mikir dua kali buat membenturkan kepalaku di sana. Pasti terdengar kekanakan kalau aku bilang suka nonton film animasi! Mau bagaimana lagi? Hanya itu lirik cuplikan film berbahasa Inggris yang kuhafal! Tapi anak TK juga hafal, 'kan?! Ah, entahlah!
"Oh, maksud kamu Frozen?" ralat Kevin terlihat menahan tawa sungguhan. Eh? Memangnya lidah Jawa Timuranku tadi bilang apa ya?
"Iya ... Yang itulah pokoknya! Yang putri Elisa nyanyi muter-muter di salju!" imbuhku, yang entah kenapa semakin membuat Ros ngakak lepas.
"Penggemar film garapan Disney, nih? Pantas saja kamu cantik kayak putri-putri Disney!" jawab Kevin.
Eh? Hehhh? Apa katanya tadi?!
"Woaa, Kevin! Jago gombal ya! Asal kamu bukan buaya enggak apa-apa, sih!" komentar Ros sementara aku berusaha keras kembali menapak lantai setelah diterbangkan seperti tadi.
"Me ... memangnya kamu sendiri suka film apa? Suka bahasa Inggris juga, enggak?" tanyaku cepat-cepat meluruskan topik. Awas saja kalau dia bilang lebih suka aku! (Aaamiin).
"Um, bahasa Inggris? Enggak terlalu, sih!" jawabnya. Yah ... Belum beruntung!
"Terus ... kamu pintar apa, dong?" tanyaku tak ingin menebak-nebak lagi. Kevin sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum kecil.
"Aku enggak pintar apa-apa, kok!" jawabnya. Eh? Masa, sih? Tapi roh kecerdasan dia keren begitu! Merendahkan diri ya?
"Halah, Vin! Ngaku aja, deh! Kamu pintar bikin baper, 'kan? Iya, 'kan?" sahut Vivi menyambung ledekan Ros.
Oh, terlepas yang satu itu ... aku juga bisa, tanpa harus pinjam roh kecerdasan siapa-siapa. Ahaha!
***
Oke, kalem ... Semua ini sesuai ekspektasiku. Meski sejatinya Kevin lumayan bersahabat, kenyataannya Kevinez tidak mau membuka diri padaku. Kenapa? Apa aku belum mendapat kepercayaannya? Sejak kapan ada roh kecerdasan semacam dia?
Sepanjang yang kutahu, roh kecerdasan hanya makhluk kesepian yang ingin disadari dan diajak bicara pemiliknya. Mereka selalu berbinar riang tiap kali kusapa untuk pertama kali. Lantas apa yang membuat Kevinez berbeda? Pertanda apa yang tak sengaja dibocorkan semesta?
Dinding toilet sekolah tempatku bersemedi tidak banyak membisikkan petunjuk. Tidak seperti biasa, kali ini lebih bising, seolah ada gelombang kerisauan yang mengacau di sekitar sini. Ah, tak apalah, sesekali aku ingin terdengar keren seperti paranormal indigo Rio Kimichi itu.
Namun, sungguh tak kuduga candaanku tadi terbukti detik berikutnya, saat aku keluar dari toilet, seseorang yang risau menabrakku. Tak ayal tubuh mungilku terpental ditabrak perawakan bongsor itu.
"Ma ... maaf!" gumamnya segera balik kanan, tapi aku tidak terlambat meraih kupingnya, sekalian menarik paksa cowok itu keluar dari area toilet cewek.
Yang benar saja! Siswa panutan macam dia? Sekarang baru kupercaya kalau kiamat memang sudah dekat.
"Demi apa, Ketua OSIS yang terhormat? Kamu masuk-masuk ke toilet cewek? Udah bosen jadi siswa sini, ha?!" semburku kesal.
"Ka ... kamu salah paham! Aku enggak ada niatan aneh-aneh, sumpah! Kamu masih ingat aku, 'kan?" ujarnya malah bertanya balik, membuatku sebal setengah mati.
Apa-apaan pertanyaannya tadi?! Sengaja mengujiku? Oke, namanya Ibrahim Ali Rido, biasa dipanggil Baim, tapi hanya aku yang berhak menyebutnya mantan. Lihat, aku masih ingat, 'kan?
Tentu saja, bagaimana aku bisa lupa dengan cowok cupu yang suka bawa-bawa ensiklopedia dan dengan teledornya menimpakan buku itu ke kepalaku?
Ya, aku memang harus berterima kasih karena setelah itu keajaiban datang. Imba, roh kecerdasan Baim yang sama kuatnya seperti Vivian juga menjadi roh kecerdasan pertama yang kukenal. Sayang sekali, Imba malah menghilang beberapa bulan terakhir, tak bisa kupanggil lagi setelah kami putus.
Itu menjadi pelajaran berharga bahwa roh kecerdasan akan berhenti membantu bila hubunganku memburuk dengan pemiliknya, tapi ... oh, sudahlah! Aku sudah dapat banyak gantinya. Vivian, Rianez, dan sebentar lagi Kevinez.
Bila Imba sendiri tidak memberiku kesempatan memperbaiki keadaan, aku tidak berhak ambil pusing, 'kan?
"Jadi, kenapa kamu keliaran di sekitar toilet cewek?" selidikku.
"Habisnya ... kalau ngumpet di toilet cowok pasti bakal ketahuan," jawabnya mengalihkan tatapan lesu.
Apa? Ngumpet katanya? Oh, ternyata tak banyak yang berubah dari Baim, bahkan setelah dia bukan lagi si cupu. Ya, dia memang tidak terlalu cakep, tapi urusan menangani organisasi lumayan cakap.
Bayangkan saja, Baim juga memegang jabatan penting di Paskibra dan PMR di samping terpilihnya menjadi Ketua OSIS. Jangan ragukan jiwa kepemimpinan dan keramahan yang membuatnya mudah akrab dengan siapa saja. Itu memang keahlian khusus Imba.
Namun, mengetahui kalau ternyata sampai detik ini Baim masih saja kekanakan ... itu cukup mengejutkan. Melarikan diri dengan ngumpet-ngumpet seperti ini, dia pikir itu bisa menyelesaikan masalah?
"Sebel, ah! Padahal aku yang jadi ketua, tapi aku yang dimusuhi juga!" dengus Baim setelah kutanya perihal masalahnya. Ini lebih mengejutkan karena ternyata aku tidak bisa berhenti memedulikan Baim.
"Anak-anak OSIS pasti punya alasan buat musuhin kamu, 'kan?"
"Iya, sih! Aku enggak sengaja ngilangin kunci lemari yang ada dokumen penting, proposal kerja sama sponsor buat Festival Budaya tahun ini," jelas Baim ... dan aku hanya ingin menabok jidatnya. Oh, ya ampun, padahal cuma gara-gara itu.
"Gampanglah! Tinggal tanyakan, apa ada kunci cadangan?"
"Iya, ternyata ada, tapi lemari itu terlanjur kujebol duluan ...."
Ya Tuhan, tolong maafkan Baim, hanya itu yang bisa kubatin.
"Urusan lemari bisa dibenerin lagi, kok. Yang penting dokumennya ketemu, 'kan?" hiburku.
"Enggak ketemu ... soalnya udah kukasih ke Pak Hakim dari seminggu lalu. Aku lupa soal itu."
OH? YA TUHAN, HUKUM SAJA DIA, AKU IKHLAS!
"Padahal dokumennya enggak jadi hilang, tapi aku tetap ditimpuk kertas rame-rame sama anak OSIS. Keterlaluan, 'kan?" kata Baim masih saja murung dengan muka sok polosnya.
"Baim ...," balasku hanya bisa menepuk pundak tingginya, sekaligus menancapkan kuku-kuku di sana, "harusnya kamu ditimpuk lemari aja!"
"Ha?"
Ya! Sepertinya mulai tahun depan seleksi Ketua OSIS bakal pakai tes IQ, deh!
~Bersambung~
[This is She]
Hola, Readers Mate! Satu orang lagi yang kita kepoin dari awal pun nongol juga! Gimana kesan kalian sama Baim? Lebih ship Bella sama Kevin atau Baim, nih? Atau malah ke Bebeb Yud-yud? :D
Enggak terasa juga episode 3 harus jadi update terakhir minggu ini, tapi Hari Minggu nanti Readers Mate bisa simak update dari satu Crew Mate lain, yang mendukung Bella dkk. dibalik layar. Siapa lagi kalau bukan Kak Ai, partner publisis She! Yuhuu!
Selain ninggalin jejak dukungan berupa vote, Readers Mate juga boleh share kesan-kesan atau kasih kritik-saran buat Crew Mate. Kami berterima kasih banget buat Readers Mate yang setia baca sampai detik ini. Tetap dukung Expert Mate sampai akhir ya!
Crew Mate juga mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang mendukung BWM 4 berikut ini:
@wattpad_storyyyy
@catatanwattpad_id
@wattpad.diary
@wattpadandmovie
@wattpadquotes_id
Okay, sampai ketemu episode selanjutnya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro