Falling In Love With Twins
Request by : @anggitatiara
Happy reading~
Hope you like it!^^
===
AUTHOR POV
Hari ini adalah hari pertama Kim Jaen Dee memasuki sekolah ke jenjang yang baru. Yaitu 1 SMA. Dan ia sangat bersemangat akan hal itu.
Ia mengayuh sepedanya dengan kecepatan yang normal sambil bersiul kecil. Karena menggunakan earphone dan ia sedang asik-asiknya bersiul-siul, sepertinya ia tak sadar bahwa ia telah berjalan dengan tak melihat-lihat, lalu menabrak seorang namja.
Dan tak disangka-sangka namja itu dan sepedanya jatuh secara bersamaan.
"Akh!"namja itu mengerang kesakitan karena perutnya terkena stang sepeda Jaendee.
"Mianhaeyo. Perlu kuantar ke rumah sakit?"tanya Jaendee dengan cemas. Ia lalu melihat seragam namja itu. Namja itu memakai seragam yang sama dengannya.
Atasan kemeja putih, bawahan celana panjang kotak-kotak biru, lengkap dengan dasi yang senada dengan celananya.
"Apa kau bersekolah di XOXO High School?"tanya Jaendee lagi.
Namja itu hanya mengerang lalu berkata, "Bukan urusanmu."dengan dinginnya lalu pergi meninggalkan Jaendee.
===
JAENDEE POV
Gila! Baru pertama kali aku melihat dan bertemu namja sedingin dia. Aku tahu, aku tahu, aku memang salah tidak melihat-lihat saat berjalan dan menabraknya. Tapi kan aku sudah meminta maaf dan menawarkan apakah ia mau dibawa ke rumah sakit atau tidak(?)
Dengan kesal aku membangunkan sepedaku dari tidurnya lalu mengendarainya lagi menuju sekolah.
Sampai sekolah, aku terburu-buru berjalan ke arah papan pengumuman untuk melihat aku masuk kelas apa.
Dan ternyata aku masuk di kelas IPA 1. Masuk ke kelas, aku segera mencari tempat kosong, lega karena belum terlambat.
Sekitar 5 menit kemudian, bel berdering. Dan di saat yang bersamaan, seorang namja masuk dengan langkah malas dan duduk tepat di sebelahku. Aku bingung mengapa ia duduk di sini.
Tapi saat aku melihat sekitar, aku tertegun, tempat duduk memang sudah terisi semua.
Dengan malas ia melipat tangannya di atas meja lalu menaruh kepalanya di atasnya. Tanpa hitungan detik, sepertinya ia sudah tertidur.
Aish.. Benar-benar deh namja ini. Aku mengamatinya.
Rambutnya.. Kulitnya.. Gayanya.. Sepertinya namja ini familiar.
Saat ia mengangkat wajahnya, rasa curigaku sudah terbayarkan saat aku melihat wajahnya yang sinis dan dingin. Ia melirik ke arahku lalu air mukanya langsung berubah.
"Kau!"kami berbicara bersamaan.
"Kenapa kau bisa di kelas ini sih?!"tanyanya kesal.
"Ya mana kutahu. Kan aku hanya mengikuti yang ada di papan pengumuman."
Ia mendengus kesal. Tak lama kemudian, gurupun masuk.
Kamipun memulai pelajaran. Dan pelajaran berlangsung sangat membosankan.
Sampai pada saat, "Sekarang ada tugas kelompok. Bekerjalah dengan teman sebelah kalian."
Akupun menengok ke namja berkulit seputih susu dan rambut secoklat hazelnut. Mukanya langsung berubah masam dan kesal.
Akupun juga sama. Mukaku langsung berubah malas dan kesal.
"Kenapa aku harus satu kelompok dengan kau sih?!"katanya sambil mendengus kesal.
"Argh sial! Mana kutahu?! Aku hanya mengikuti guru itu saja kan?!"aku berkata dengan kerasnya.
Dan tanpa sadar, guru itu menengok ke arah kami berdua. Dan semua pasang mata di kelas ini bahkan melirik kami.
"Kalain berdua membicarakan apa?!"
"Ah.. A-Aniyo.. Kami hanya-"
"Ini peringatan pertama. Sekali lagi kalian berisik dan membicarakan hal diluar pelajaran, kalian berdua keluar."
"Ne."kataku dan namja disampingku bersamaan.
"Ini gara-gara kau!"katanya dengan kesal.
"Eh enak saja! Kau yang memulai!"kataku dengan tak kalah sebalnya.
"Sudah jangan banyak bicara! Cepat kerjakan tugasnya!"
"Kau juga bantu aku dong!"kataku dengan sebalnya.
"Aku malas. Kau saja. Aku mau tidur."ia memposisikan dirinya untuk berbaring lagi.
"Hei! Enak saja! Cepat bang-"
"KALIAN BERDUA! KELUAR!"
"Eh mianhae.. Tadi kami-"
"KELUAR!"
Dengan kesal aku bangkit dari kursiku lalu menendangnya. Lalu aku berjalan ke arah ruang hukuman.
Ia hanya mengikutiku dari belakang.
"Ini semua gara-gara kau!"katanya dengan nada yang membuat ingin sekali menonjoknya.
"Kau yang memulai!"kataku sambil membalikkan badanku.
Oh sial.. Benar-benar sial! Hari pertama masuk SMA seharusnya jadi asik, jadi seru, jadi hal yang mendebarkan, tetapi mengapa ini malah sebaliknya?
Aku bertemu dengan namja menyebalkan yang selalu menyalahkanku.
Sial, benar-benar sial!
===
Belum kesialanku habis, sial yang baru ternyata masih datang setelah aku pulang sekolah.
Ketika aku memasuki ruang tamu dan bertemu eommaku, ia berkata,
"Nanti jam 4 kau ada les. Aku sudah daftarkan. Jangan membantah oke?"
Dan tentu saja aku tak bisa membantah keputusan eommaku.
Sebenarnya bukan itu yang membuatku sebal, yang membuatku sebal adalah,
Saat aku memasuki kelas lesku, aku melihat namja yang sama dengan yang di sekolah, sedang menggunakan kacamata dan membaca buku dengan cermat.
Wajahnya memang wajah namja yang tadi, tetapi mengapa sifatnya jadi diam seperti itu?
Maksudku, namja yang di sekolah biasanya hanya tidur-tiduran, pakaiannya berantakan, rambutnya juga.
Tetapi yang ini, ia berpakaian rapih, memakai kacamata, dan sedang membaca buku. Benar-benar beda.
Tetapi.. Argh! Mengapa ada dia sih?
Aku membanting tasku di atas meja di sampingnya. Ia terkejut lalu melihat wajahku. Tatapannya benar-benar polos.
"Kenapa ada kau lagi sih?"aku bertanya dengan malasnya.
"Eh?"ia bertanya dengan bingung.
"Jangan pura-pura bodoh! Kau yang tadi kutabrak dengan sepeda, kau yang selalu mengganggu dan menyelaku di sekolah kan? Iya kan?"kataku dengan kesal.
Ia hanya seperti mengingat-ingat sesuatu. Tanpa sadar, guru les kami datang.
Dan jadilah aku, duduk lagi disampingnya dan memulai pelajaran yang benar-benar membosankan.
===
Keesokan harinya, lagi-lagi sikapnya berubah.
Saat di sekolah, ia bersikap menyebalkan dan selalu menggangguku.
Saat di tempat les, sikapnya menjadi ramah dan ceria.
Aku bertanya-tanya, apakah ia mempunyai dua kepribadian?
Molla~
Saat pelajaran, kakinya menendang-nendang kursiku, dan membuatku ingin sekali memotong kakinya.
Saat kupelototi, ia hanya memberiku smirk yang menyebalkan.
"Oh Tuhan! Bisakah kau diam hanya untuk sejenak?"
"Namaku bukan Oh Tuhan. Aku Oh Sehun."
Aku baru sadar, sampai saat ini, yang berarti hari kedua kami sekolah, kami belum saling mengetahui nama satu sama lain.
"Nama kau siapa?"ia balik bertanya.
"Kim Jaen Dee."aku berkata dengan datar.
"Nama yang jelek."katanya sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Namamu juga aneh."
"Namaku keren."katanya lagi.
"Namaku bagus."
Dan seperti itulah, kami mulai bertengkar masalah nama kami.
===
Sepulang dari sekolah, yang berarti aku harus les, dengan malas aku mengganti pakaianku dari seragam menjadi pakaian pergi.
Setelah pamit, aku berjalan ke halte bus menuju tempat lesku.
Dengan santai aku memasuki bus ketika datang.
Dan tanpa bisa kusangka-sangka, aku melihat Sehun berdiri di pojokan bus sambil mendengarkan musik. Sepertinya ia juga mau ke tempat les.
Aku tak mau menegurnya. Aku sudah malah berdebat dengannya. Jadi aku hanya diam dan pura-pura tak melihatnya.
Sampai di tempat les, aku dan Sehun turun bersamaan. Ia terkejut saat melihatku.
"Aku tak melihatmu di dalam."katanya.
"Aku melihatmu, tapi malas untuk menegurmu."kataku lalu berlalu.
Saat di kelas, lagi-lagi aku kebagian duduk di samping Sehun.
"Demi apapun! Kenapa kau duduk disampingku sih?!"kataku padanya.
"Apa aku pernah ada masalah denganmu? Sampai-sampai kau kesal seperti itu?"tanyanya dengan wajah tak berdosa.
"Banyak! Kau sudah selalu menyalahkanku! Kau menggangguku! Kau yang membuatku dihukum! Kau selalu menendang kursiku! Kau selalu menggangguku di sekolah! Dan sekarang kau juga les di sini? Bisakah sehari aku tak melihat wajahmu?!"kataku kesal bukan main.
Ia hanya tertawa kecil, "Mungkin kau punya masalah dengan adikku."
"Ha?"aku bertanya, tak mengerti apa maksudnya.
"Kau ada masalah dengan Sehun mungkin? Bukan aku."
"Jangan bicara aneh-aneh. Kau kan Oh Sehun!"
"Perkenalkan, aku Luhan. Saudara kembarnya Sehun."ia tersenyum hangat. Astaga.. Ja-Jadi ia bukan Sehun?! Dan aku memarah-marahinya yang tak bersalah? Jelas saja ia selalu bingung jika kuajak bicara dan saat kumarahi.
Benar-benar bodoh. Aku telah memarahi orang yang salah. Mau taruh di mana mukaku?!
Dan senyumnya yang barusan.. Andaikan saja Sehun bisa tersenyum sepertinya..
H-Hei! Apa yang kupikirkan sih?!
"Dan kau..?"ia bertanya balik kepadaku.
"Uhm.. A-Aku Kim Jaen Dee. Maaf telah memarahimu tanpa sebab. Kupikir kau Sehun."kataku sambil menunduk malu.
Ia tertawa kecil. "Tidak apa. Lagipula kau lucu sekali saat marah."katanya dengan senyuman manis.
Astaga.. Bagaimana ia bisa tersenyum semanis itu?
Kamipun mengobrol kecil saat menunggu guru les kami datang. Dan tak terasa, kami sudah menjadi lebih akrab.
===
LUHAN POV
Sungguh deh. Apa sih yang membuat Sehun mengganggu dan sebal dengan yeoja di sampingku ini?
Ia yeoja yang manis, ramah, dan baik. Ia sangat mudah untuk mencari teman. Buktinya, baru kami berbicara sebentar, aku sudah mulai lebih akrab dengannya.
Apa Sehun mempunyai sifat yang memang sudah mendarah daging di dalam dirinya bahwa ia mempunyai sifat keras kepala dan suka menjaili orang?
Aku menghela nafas. Entahlah..
Untung saja sifatku tak seperti dirinya.
"Luhan!"Jaendee memanggilku saat aku sudah ada di depan tempat les.
Aku membalikkan badanku.
"Mau pulang bersama tidak?"tanyanya ramah.
Dan dengan senang hati aku iyakan. Kami berjalan ke halte 7 dan menunggu bus datang. Selama menunggu, kami membicarakan Sehun.
"Apa yang membuatmu sebal dengan Sehun?"tanyaku padanya.
"Yah.. Banyak."ia mengamati wajahku sebentar. Lalu melanjutkan, "Ia selalu menggangguku di kelas. Ia sering meledekku, sering menjailiku, pokoknya semua yang jelek-jelek ia jatuhkan padaku."
Aku tertawa saat melihat wajahnya cemberut.
"Demi apapun. Mengapa sifat kalian bisa jauh berbeda begini sih? Padahal kalian kan kembar."
"Aku juga tak mengerti."kataku sambil mengangkat bahu. "Sepertinya sifat appaku lebih mendarah daging ke Sehun. Dan sifat eommaku lebih mendarah daging ke aku."kataku.
"Pantas saja kau bersifat lebih lembut dan ramah. Sedangkan Sehun lebih jail dan menyebalkan."
"Memangnya kau tahu sifat kedua orangtuaku?"tanyaku dengan ketawa geli.
"Uh.. Mak-Maksudku kalau sifat eomma kan biasanya lebih lembut. Sedangkan appa.. lebih kasar dan menyebalkan."
"Berarti maksudmu, aku seperti yeoja, begitu?"tanyaku dengan ledakan tawa. Melihat wajahnya yang seperti terpojok, tawaku semakin meledak.
"B-Bukan begitu.. Tapi.. Kau hanya lebih-"
"Aku mengerti Jaendee."kataku setelah tawaku mereda.
Dan tanpa sadar, buspun datang. Kamipun menaikki bus itu.
Ternyata rumahku dan Jaendee tidak terlalu jauh. Hanya berbeda 3 blok kompelks.
"Annyeong!"kataku sambil tersenyum ketika kita akan berbelok di blok yang berbeda.
"Annyeong!"balasnya lalu berjalan ke blok yang berbeda.
Aku mampir sebentar ke toko bubble tea untuk membeli titipan Sehun. Ia menitip Choco Bubble Tea.
Sampai di rumah, aku melihat Sehun sedang tiduran di sofa sambil menonton sesuatu. Sepertinya film Spongebob Squarepants.
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. Benar-benar deh anak ini. Sudah SMA tapi kelakuan masih seperti anak-anak.
Diam-diam aku tertawa kecil.
Saat melihatku, ia langsung berlari ke arahku.
"Hyung! Mana bubble teaku?"tanyanya sambil mempoutkan pipinya. Ia beranjak melihat kedua tanganku yang tak membawa apapun.
"Oh astaga!"aku menepuk keningku, berpura-pura lupa membelikan bubble teanya. "Aku lupa! Mianhae Sehun. Kau beli sendiri saja ya."kataku.
"Aish.. Hyung masih muda sudah pelupa."katanya sambil mempoutkan pipinya lagi.
Lalu aku mengeluarkan sesuatu dari dalam tasku. "Tadaa!"kataku lalu mengeluarkan bubble teanya.
"Aish! Kau menipuku ya!"katanya. "Tapi thanks Hyung! Yehet! Bubble tea~"katanya lalu mengambil bubble teanya dari tanganku dan melanjutkan menonton Spongebob.
Dasar bocah.
===
JAENDEE POV
Hari ini adalah hari tepat aku bersekolah di XOXO High School selama 2 bulan.
Tak terasa, aku dan Sehun semakin akrab karena kami sering bertengkar dan meledek satu sama lain.
Walaupun sering bertengkar dan ia sering menjailiku, sebenarnya dibalik itu ia mempunyai sifat kekanak-kanakan dan polos.
Aku baru mengetahui 2 minggu yang lalu. Semakin aku berteman dengannya, semakin aku mengenalnya lebih jauh.
"Hei Jaendee!"
"Mwo?"aku berbalik badan untuk melihatnya.
"Aku.."ia menggaruk-garuk kepala bagian belakangnya.
Tiba-tiba ia menarik lenganku ke taman bagian belakang sekolah.
"Ada apa?"tanyaku heran.
"Aku.. Aku mau minta maaf."
"Minta maaf untuk apa?"tanyaku yang semakin bingung.
"Selama ini aku selalu meledekmu, selalu menjailimu. Mulai sekarang aku berjanji tak akan begitu lagi padamu. Kau mau memaafkanku?"tanyanya dengan wajah malu-malu.
Satu hal lagi yang baru kutahu dari Oh Sehun : dia orang yang pemalu saat mengakui dirinya bersalah.
"Ya. Aku memaafkanmu."aku tersenyum lembut.
"Kita berteman biasa saja oke? Yang normal?"tanyanya.
Biasa saja? Yang normal?
Aku menghela nafas. "Arasseo."
Bagaimana aku bisa berteman biasa saja dengannya? Aku kan menyukainya.
===
Sepulang sekolah, tak seperti biasanya, aku langsung menuju halte bus untuk ke tempat les ku. Kali ini tanpa pulang ke rumah karena kalau tidak aku akan telat.
Sama seperti halnya dengan di sekolah, di tempat les-lesan berarti aku sudah les selama 2 bulan.
Dan itu juga berarti aku sudah berteman baik dengan Luhan selama 2 bulan penuh.
Begitu sampai, kelas hampir terisi penuh. Buru-buru aku mengambil tempat di sebelah Luhan.
"Annyeong."sapaku ketika duduk.
"Hei, kau baru pulang sekolah?"
"Iya nih. Makanya aku tak sempat pulang dulu untuk bertukar pakaian."
"Oh begitu."
Tak lama kemudian, guru les kami datang. Dan pelajaran kembali dimulai dengan membosankan.
===
Lagi-lagi kami pulang bersama setelah pulang les. Sambil menunggu busnya datang, kami berbincang-bincang kecil.
"Sehun sudah tahu bahwa kita satu lesan?"tanyaku padanya.
Luhan menggeleng. "Belum."
===
LUHAN POV
"Belum."jawabku sambil menggeleng.
Bagaimana aku bisa memberitahunya? Aku takut ia sakit hati. Sehun kan menyukainya Jaendee. Ia yang selalu menceritakan hal itu padaku di rumah.Dan aku..
Aku kan juga menyukainya. Aku takut jika Sehun tahu tempat les kami sama. Dan tahu bahwa aku dan Jaendee akrab, sifatnya berubah kembali ke yang kasar dan pemalas.
Jujur saja, semenjak ia kenal dengan Jaendee, sifatnya sudah berubah sedikit demi sedikit.
Sepertinya memnag Jaendeelah yang bisa merubah sifat Sehun dari buruk ke yang lebih baik.
Dan aku tak mau jika ia tahu, sifatnya yang lama kembali muncul.
Akupun menghela nafas. Menyesal mengapa aku bisa menyukai yeoja yang sama dengan Sehun.
===
JAENDEE POV
Demi apapun. Aku semakin bingung.
Jujur, belakangan ini, aku dan si kembar HunHan, menjadi lebih akrab dan kami semakin dekat.
Dan semakin aku dekat dengan mereka, semakin aku menyukai mereka berdua. Aku bahkan bingung jikalau ada pertanyaan "Yang mana yang akan kau pilih?"
Pasti aku akan menggeleng dan menjawab, "Aku tidak tahu."
Astaga! Pikiranku semakin dipenuhi dengan mereka berdua.
Akupun membaringkan badanku di kasur. Lalu tanpa hitungan menit, aku tertidur dengan pulas.
===
AUTHOR POV
"Jaendee, kau ada acara malam ini?"tanya Luhan.
Luhan sudah bertekad. Akan mau melepaskan Jaendee untuk adiknya, Sehun. Malam ini jika jadi, ia akan mengajaknya makan malam untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Setelah itu ia akan bertekad akan pindah tempat les dan tak mau bertemu dirinya lagi demi Sehun.
"Uhm.. Aniyo. Wae?"jawab Jaendee.
"Aku mau mengajakmu makan malam setelah pulang les ini. Kau mau?"
Kulihat air mukanya berubah. "B-Boleh saja."
"Oke. Aku akan menjemputmu pukul 8 nanti."
===
Pukul 7 lewat 30, Jaendee sudah bersiap-siap untuk acara makan malamnya.
Ia memakai dress di atas lutut berwarna merah dongker, heels yang senada, dan ia membiarkan rambut coklat kemerahannya yang rada ikal dilepas.
Pukul 8 kurang 5 menit, sudah terdengar bunyi klakson mobil dari luar rumah Jaendee.
Setelah berpamitan pada kedua orangtuanya, ia segera menghampiri Luhan.
Luhan memakai jas formal berwarna hitam. Rambut coklat hazelnutnya disisir rapih ke atas. Matanya menggunakan sedikit eyeliner.
Oh astaga.. Ia benar-benar tampan. Batin Jaendee dalam hati.
===
Sampai di restoran, Luhan membukakan pintu untuk Jaendee. Mereka masuk ke dalam restoran secara bersamaan.
Sungguh, jika dilihat baik-baik. Mereka telrihat seperti pasangan yang benar-benar serasi.
Rupanya Luhan sudah menyediakan tempat spesial untuk mereka berdua. Yaitu terletak di bagian belakang restoran yang berupa taman.
"K-Kau yang menyiapkan ini?"tanya Jaendee.
Luhan hanya tersenyum getir dan mengangguk.
"Jaendee.."kata Luhan setelah kami duduk dan sehabis makan.
"A-Apa?"
"Aku mau kau tahu sesuatu. Sebenarnya.. Aku sudah menyukaimu sejak awal kita bertemu di tempat les. Sejak saat itu aku jadi ingin selalu melihat senyummu dan segalanya tentangmu. Tapi tolong, jangan marah padaku karena aku mau pindah dari tempat les-lesan. Aku hanya mau kau tahu. Tolong jangan balas ucapanku yang barusan. Kumohon, jagalah adikku. Aku tak mau aku jadi penghalang kalian berdua. Tolong, kau bersama Sehun saja. Karena jika bersama kau, sifat dan kelakuan Sehun menjadi berubah menjadi lebih baik."
Jaendee hanya melongo kaget.
"Jadi, selamat tinggal Jaendee."kata Luhan lalu bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Jaendee yang masih terpaku di tempat.
===
JAENDEE POV
Sungguh deh. Sehabis menyatakan cintanya, ia langsung pergi dan merelakan semuanya.
Apakah Luhan memang se-gentle itu? Ia merelakanku untuk Sehun?
Perasaanku saat ini campur aduk. Sungguh deh. Ada rasa kecewa, sedih, bahagia, heran, bingung. Semuanya jadi satu.
Tapi yang lebih dominan adalah rasa bingung.
Apakah ia maksud Sehun juga menyukaiku?
Aku baru mau bangkit ketika aku melihat Sehun dipojokan restoran. Sepertinya ia telah melihat semuanya.
Ketika tatapan kami bertemu, ia buru-buru berlari. Akupun berlari mengejarnya, berhubung aku mengenakan heels yang cukup tinggi, aku tak bisa berlari dengan cepat.
Kali ini aku tak akan kehilangan Sehun. Aku tak mau kehilangan duaduanya. Sudah hilang Luhan, aku tak mau kehilangan yang satunya.
Sampai di depan restoran, aku melihat Sehun masih berlari. Dengan bodohnya aku melanjutkan lariku semakin cepat. Berhubung aku memakai heels, hal itu membuat kakiku terkilir.
"Akkhh!"aku meringis kesakitan. Oh sial, sepertinya aku tak akan bisa pulang dengan keadaan kaki seperti ini.
Dan kulihat Sehun membalikkan badannya dan melihatku terjatuh karena terkilir.
"Baboya!"ia ikut-ikutan jongkok di sampingku untuk melihat keadaan kakiku. "Kau menggunakan heels! Jangan ceroboh seperti ini dong!"katanya penuh perhatian.
Diam-diam aku tersenyum kecil. "Ini kan gara-gara kau! Kau yang membuatku berlari-lari!"
"Aish."ia berdecak kesal. Tiba-tiba ia menatapku, "Apakah Luhan Hyung menyatakan cintanya padamu?"tanyanya.
Aku gelagapan, "N-Ne. Tapi ia bilang ia hanya menyampaikannya lalu ia pergi. Aku tak boleh membalasnya. Karena ia bilang, aku disuruh mendampingimu."
"Jinjja?"tanyanya heran.
Tiba-tiba ia mengangkatku dan menggendongku. "Lepaskan! Apa yang kau lakukan sih?! Turunkan aku!"
"Maaf aku sudah bodoh dan telat menyampaikan ini."
"Menyampaikan apa?"
"Bahwa aku juga menyukaimu, lebih lama dari Luhan Hyung. Sejak aku bertemumu di jalan dan saat kau tabrak aku dengan sepeda bodohmu itu, aku mulai menyukaimu. Aku mau kau selalu disampingku. Kaulah yang membuat sifat malasku berubah menjadi rajin. Kaulah juga yang membuat hatiku luluh setiap menatapmu. Apa kau bersedia menjadi pacarku?"tanyanya dengan serius.
Sumpah deh. Wajahku pasti sangat merah saat ini. Tapi aku menjawab, "Y-Ya aku mau.."
"Kau tak menyukai Luhan Hyung?"tanyanya lagi.
"Awalnya aku memang menyukainya. Tapi lalu aku tersadar. Aku menyukainya hanya sebagai kakak yang baik. Ia perhatian sebagai kakak. Hanya itu. Sedangkan kau.. Kau berbeda."
"Jinjja?"tanyanya dengan mata yang berkilauan.
Aku mengangguk dengan senang.
"Yehet! Kita official dong?"tanyanya lagi seperti anak kecil.
"Iya."kataku sambil tertawa geli. "Kau lucu sekali sih."kataku lalu mencubit pipinya.
"Kau lebih."katanya lalu tanpa kusangka-sangka mencium bibirku.
"Sehun!"kataku dengan wajah memerah.
Ia hanya tertawa kecil.
Dan seperti itulah, ia menggendongku di bawah sinar bulan purnama yang sangat indah.
===
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro