Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19 🐶 Toko Hewan

2015.

Jika pada akhirnya pergi juga, mengapa repot-repot mengucap janji kemudian mengingkarinya. Menambah dosa saja.

Memutuskan menyendiri hingga hatinya lebih baik. Pemuda Oh itu justru ketahuan fans dan berakhir dikejar oleh sekumpulan gadis.

Kaki jenjang Willis berlari sejauh mungkin hingga dia berakhir di pinggiran kota Seoul. Tersesat. Willis sudah lepas dari sekumpulan gadis itu, pemuda Oh itu kemudian memutuskan sekalian jalan-jalan.

Mengeratkan hondie yang dipakainya agar membungkus tubuhnya lebih erat. Willis tidak sengaja melihat sebuah toko anjing. Anakan anjing yang ditaruh dalam kotak kaca kecil menarik perhatian pria bersurai cokelat itu. Willis mendekati toko tersebut, di lihatnya para hewan itu dengan lebih jelas.

Willis menyapa mereka dengan suara pelan nyaris berbisik. "Annyeong."

Willis dengan mudah melihat betapa anjing-anjing di dalam toko itu menderita, dan beberapa terlalu muda untuk berjauhan dengan orang tua mereka.

Termasuk anjing putih kecil yang sedari tadi meringkuk dan menatap Willis penasaran. Willis merasa tergoda ingin menyentuh bulu-bulu anjing itu dan bermaksud mendekatinya.

Namun sebuah suara berat seorang laki-laki datang memberinya peringatan, bahkan laki-laki itu juga mendorongnya menjauh dari toko.

"Seorang pencuri di sore hari, hah?"

Laki-laki itu berkata menuduh dengan mata menyelidik. Willis menggelengkan kepalanya.

"Jika tidak ingin membeli salah satu di antara anjing-anjing itu, sebaiknya kau keluar dari sini!"

Laki-laki itu mendorong Willis menjauh dari toko. Seorang wanita paruh baya datang dari dalam. Bertanya mengapa di luar begitu ribut.

Laki-laki itu mengatakan bahwa dia mencurigai pemuda asing di hadapannya ini akan mencuri.

"Aku hanya kebetulan lewat dan tidak sengaja melihat toko anjing ini." Willis membela diri.

Wanita paruh baya tersebut tampak meneliti Willis dari ujung rambut hingga ujung sepatu, dengan dahi berkerut. Dia lalu mengeluarkan ponselnya dari balik pakaian dan mencari sesuatu diinternet. Setelah beberapa saat. Wajahnya berbinar dengan dengan senyum mengembang,

"Omo! Omo! Apa kau Oh Willis, kan? Anggota termuda boyband OXE yang tengah naik daun saat ini?" Dia bertanya antusias.

Willis tertawa kecil dengan canggung, dia pun mengangguk, "Iya, benar. Aku Oh Willis."

"Omoooo! Tuhan tengah memberiku rahmatnya! Oh, astaga. Kau lebih tinggi dan tampan dari yang kulihat dilayar."

Wanita paruh baya tersebut memeluk ponselnya dengan wajah menengadah ke langit.

"Maukah kau berfoto bersamaku?"

Willis kembali mengangguk meng-iya-kan. "Tentu saja."

Yang membuat wanita paruh baya tersebut senang bukan main. Menyerahkan ponselnya kepada laki-laki yang Willis taksir seumuran dengan dirinya.

Wanita paruh baya tersebut berdiri disampingnya hampir tak berjarak, tinggi wanita itu hanya sebatas dada Willis.

Setelah mendapatkan beberapa gambar. Wanita itu pun merebut ponselnya dari laki-laki tersebut. Dilihatnya hasil foto-foto itu dengan raut bahagia.

"Oh! Tadi kau bilang hanya kebetulan lewat dan tidak sengaja melihat toko anjing ini, 'kan. Lalu, apakah sekarang kau tertarik dengan salah satu anjing lucu di sini?" Dia bertanya antusias.

"Apa aku boleh melihat-lihat mereka dulu?"

"Tentu saja boleh!"

Wanita paruh baya itu menjawab pertanyaan Willis sambil reflek memukul pundak si laki-laki.

"Heh, Koran! Antar pembeli istimewa kita berkeliling," suruhnya kasar.

Nada bicaranya berbeda sekali ketika berkata dengan Willis dan pemuda bernama Koran ini.

Mendengus tak suka pada Willis. Pada akhirnya Koran mengajak Willis masuk. Lebih dekat dengan para anjing di tempat ini. Willis meneliti tempat yang mana menjadi puluhan atau bahkan ratusan anjing ini tinggal.

Tidak layak dan kumuh adalah kata yang tepat untuk menggambarkan tempat yang katanya toko anjing tersebut. Bekas makanan anjing yang tidak dicuci setelah dipakai dan dibiarkan tergeletak begitu saja.

Kotoran anjing yang tidak dibuang sebelum penuh yang diletakkan disamping si anjing membuat Willis reflek menahan napas ketika mencium aroma tak sedap itu.

Melihat itu. Koran tersenyum mengejek pada Willis. Lalu melangkah meninggalkan Willis di belakang--yang masih mengamati anjing-anjing di tempat ini.

Willis agak tidak tega melanjutkan tour dadakannya ketika melihat betapa mengenaskannya anjing-anjing di toko ini. Belum lagi keadaan anjing-anjing di sini yang memprihatinkan. Setiap kali Willis mengatakan halo, wajah para anjing itu seakan mengatakan selamatkan aku, itu mengiris sisi nurani Willis.

Willis kembali melanjutkan langkahnya. Pemuda pale itu melihat ada berbagai jenis anakan anjing di sini.

"Apa jenis anakan anjing ini?" Willos menoleh pada Koran, menunjuk seekor anakan anjing berbulu merah cokelat.

"Akita Inu atau Akita Ken, anjing ini berasal dari Jepang."

Willis hanya mengangguk-angguk untuk Meng-iya-kan setiap ucapan Koran. Mata pemuda Oh itu menjelajah pada puluhan anakan anjing di tempat ini.

Sampai akhirnya seekor anakan anjing putih menarik perhatiannya. Berbeda dengan anakan anjing lain yang lebih banyak diam atau mengaruk-garuk kaca ingin keluar, dan bahkan beberapa ada yang ketakutan melihat orang baru.

Anakan anjing putih itu justru sedari tadi memperhatikannya dengan tatapan memuja. Dengan mata bulat hitamnya dan kepala yang dimiringkan. Menambah kesan mengemaskan pada anjing putih itu.

"Yang itu anjing jenis apa?" Willia penasaran dengan anakan anjing putih yang satu itu.

"Itu anjing jenis Bichon Frise."

"Berapa usianya? Dia terlihat kecil."

"Satu setengah tahun! Dia memang anakan anjing makanya kecil." Koran menjawab dengan sedikit membentak. Willis sedikit terkejut kerenanya.

Willis tahu pemuda di sampingnya ini tengah berbohong. Anakan anjing putih itu terlihat baru berusia enam bulan.

"Aku menginginkan anjing itu."

ΘωΘ

Se Joon tersenyum. Mengelus pucuk kepala sang Bichon Frise yang tengah terlelap sekali lagi.

"Selamat malam. Mimpi indah, Vivi."

Kecupan selamat tidur yang manis Willis berikan untuk sang kecil Bichon Frise.

ΘωΘ

"Selamat malam. Mimpi indah, Vivi."

Bichon Frise itu mendengarnya. Ucapan selamat malam yang manis dari sang tuan. Juga kecupan yang tak kalah manis ia dapatkan dari sang tuan.

Vivi membuka matanya, didapatinya Willis yang sudah terlelap di sampingnya menghadap kearahnya dengan tangan melingkar memeluk tubuh mungilnya. Bichon Frise itu tersenyum. Bersyukur karena ia memiliki tuan sebaik, sekaya, dan setampan Willis.

Vivi pun kembali terlelap. Berlayar dalam mimpi yang memabukkan karena saking tidak masuk akalnya mimpi-mimpi yang ia alami. Maksudnya, oh, ayolah, saat ini Bichon Frise itu tengah bermimpi berjalan dengan dua kaki depannya.

"Wow! Ini keren! Aku berjalan dengan dua kaki!"

Bichon Frise itu pun berjalan-jalan ke manapun dengan dua kaki belakangnya dengan hati menghangat. Dia mendayung di tengah danau dengan dua kaki depannya atau yang didalam mimpi Vivi sebut dengan kedua tangannya yang super imut.

Bichon Frise itu menyukai mimpi yang imajinatif seperti ini! Lain kali Bichon Frise itu akan membaca buku dongeng sebelum tidur agar memiliki mimpi yang bervariasi.

ΘωΘ

Pemuda bersurai hitam itu terusik dalam tidurnya.

Sesuatu, seperti lidah berliur menjilati seluruh wajah dan dada telanjangnya. Pemuda Oh itu membuka matanya, didapatinya anjing putih kesayangannya berguling-guling senang mendapati dirinya terbangun karena kejahilannya.

Willis memincingkan matanya, mengambil selimut yang disingkirkan Vivi, lalu menutupi dada telanjang dan wajahnya dengan selimut tersebut, lalu kembali terlelap.

"Guk! Guk! Guk! Guk!"

Vivi menggonggong tidak suka melihat Willis kembali tidur. Digigitnya selimut itu dan menariknya sekuat tenaga.

"Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!"

Vivi meminta Willis segera bangun dan memberinya makan. Demi apapun anjing Bichon Frise itu kelaparan karena kemarin di pesta pernikahan Matteo dia tidak memakan dog foodnya sama sekali! Itu semua karena perempuan jelek itu. Akibatnya perutnya menderita sekarang.

Vivi memutari tubuh Willis. Sesekali menginjak punggung sang tuan yang tidur tengkurap. Mencari celah agar bisa mengambil selimut itu dari sang tuan. Ketika Vivi menemukan sedikit celah, langsung saja dia mengigit kuat-kuat dan menyeretnya.

"Guk! Guk! Guk! Guk! Guk!"

Ketika wajahnya sudah tak tertutupi selimut. Willis tertawa melihat tingkah lucu anjing kesayangannya itu.

"Aigoo. Aigoo. Baiklah, aku akan bangun." Willis duduk.

Diusapnya kasar surai hitam tersebut. Tubuhnya yang tak memakai sehelai benang pun terekspos sangat jelas.

Vivi duduk dengan menghadap Willis. Memerhatikan gerakan yang Willis lakukan. Kemudian anjing Bichon Frise itu meniru gerakan Willis, diusapnya kepalanya dengan kaki depannya. Bermaksud merapikan bulu-bulunya.

"Mencoba meniru, hah?" canda sang tuan.

Ditangkapnya sang Bichon Frise. Dibaringkannya sang anjing dipangkuannya yang hanya terbalut boxer. Digelitikinya anjing putih itu hingga mengeliat-liat, minta dilepaskan.

Willis melepaskan Vivi dari cengkeramannya.

"Guk. Guk. Guk. Guk!" gonggong Vivi ketika melihat Willis beranjak.

"Aku mau mandi sebentar."

Vivi berguling-guling di atas kasur. Lalu turun secepat kilat mendahului Willis ke kamar mandi.

Kedua makhluk itu sangat bahagia sampai tak sadar jika sesuatu yang sangat besar sedang menanti mereka.

ΘωΘ

To be continued....

[19-04-2020]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro