11 🐶 Insiden Ciuman
Mendadak, kepala Vivi terasa pusing. Mungkinkah karena Bichon Frise itu terlalu banyak berpikir malam ini hingga membuat kepalanya seperti ini?
Apa pun itu Vivi sudah bertekad akan berkeliling ke setiap kelas besok-kalau-kalau ada murid berjenis Malamute Alaska, Siberian Husky, atau anjing serigala sejenis lainnya yang tidak Vivi kenal.
Mengingat Bichon Frise itu hanya beberapa kali masuk sekolah, datang paling lambat dan pulang paling awal. Bergaul pun jarang sekali karena susah menemukan hewan yang selevel.
Tiba-tiba dari belakang punggungnya, Vivi merasakan ada pergerakan yang naik keatas kasurnya. Punggung putih berbulu itu pun berbalik-didapatinya Byul yang telah duduk disampingnya.
"Biasanya kamu meminta pelukan selamat tidur dariku, kenapa malam ini tidak?" tanya Byul dengan mata mengantuk.
Vivi tersenyum malu mendengarnya. "Hehehe, itu karena aku pikir Byul tengah dalam suasana hati yang buruk," jujurnya.
Lagian sebelum ini mereka juga masih perang dingin mengenai pengasuh, 'kan?
"Baiklah adik kecil. Kemarilah, akan aku memeluk kamu hingga besok pagi!"
Byul berbaring menyamping dan memeluk teman Bichon Frise-nya itu. Vivi pun balas memeluk Byul, tedua anjing berbeda jenis itu memang sudah seperti kakak beradik, terkadang.
"Terima kasih banyak, Kak Byul," ucap Vivi tulus sambil merapatkan tubuhnya pada Byul.
"Woah, aku terkejut mendengarnya." Byul mengejek.
Vivi hampir tidak pernah memanggilnya kakak kecuali ketika tengah menginginkan sesuatu darinya atau hanya berdua seperti ini.
"Jangan menggodaku!"
"Kamu bisa memakai seluruh sisi selimut malam ini, aku mengalah."
"Yeah!"
ΘωΘ
"Aku bukan tipe anjing yang dapat berpura-pura!" ucap Vivi gigih.
Ide Toben benar-benar menjengkelkan.
"Lalu aku juga belum pernah syuting apa pun," imbuhnya miris.
Di antara mereka semua, hanya Vivi lah yang belum pernah pemotretan, atau syuting drama. Kalau diajak Willis melakukan siaran langsung di sosial media sudah sering, bahkan mungkin OXE-L sampai muak melihat wajahnya yang lebih banyak didepan layar ketimbang Willis.
"Vivi adalah tipe pejantan yang jujur," kagum Mongryeong. "Aku sungguh kagum."
Vivi tersipu malu. "Biasa saja, kok."
Byul yang melihat itu pun hanya bisa memutar bola matanya malas. Sedangkan Toben malah terbengong bodoh melihat lalat hinggap diatas hidung hitamnya.
Keempat anjing itu saat ini tengah berada dikelas menari. Ingatkan bahwa Pet High School akan mengadakan lomba menari dan masing-masing anjing yang mengambil lomba menari akan mendapatkan kelompok dengan jumlah enam anjing, itulah alasannya mengapa Angel berada di kelompok Vivi; agar jumlah mereka tidak ganjil.
Lalu kini mereka tengah menunggu Nara yang belum datang, omong-omong.
"Jadi apa kita tetap akan berpura-pura baik pada mereka berempat?" tanya Byul.
"Menurut ide Toben begitu," jawab Vivi malas.
"Tentu saja, menurut film yang pernah aku tonton Natal tahun lalu bersama mama Park, Papa Park, my brother, kak Yoora, suami kak Yoora, dan Jjareu. Para anjing berpura-pura baik kepada para pengasuh jahat mereka, selama pemilik mereka pergi merayakan Natal dan tahun baru. Lalu, para anjing itu menyiapkan banyak sekali jebakan dirumah mewah mereka, hingga pemilik mereka kembali pulang membawa polisi."
Toben bercerita panjang lebar dengan sangat menggebu-gebu, sedangkan teman-temannya begitu fokus mendengarkannya bercerita.
"Pokoknya film itu keren sekali, kita harus mencobanya!" seru Toben bersemangat.
"Apa para anjing itu juga akan diculik?" tanya Byul polos.
"Iya! Mereka akan diculik. Lalu para penjahat itu meminta tebusan uang yang sangat banyak," jawab Toben antusias.
Mongryeong sebenarnya belum tahu apa pun hanya diam menyimak pembicaraan teman-temannya itu.
Sekarang Bichon Frise itu tahu apa maksud si Toy Poodle jantan tersebut.
"Aku pikir kamu hanya terobsesi ingin menjadi seperti pemeran utama anjing di dalam film itu," tajam Vivi. "Mengaku saja!"
"Kenapa Vivi bisa tahu," bingung Toben yang secara tidak langsung mengakui kebenaran yang Vivi ucapkan. "Memangnya kamu memiliki rencana jenius apa untuk para pengasuh cantik-eh, jahat itu?" kesal Toben.
Menyadari bahwa rencana jeniusnya terancam gagal.
"Mudah saja, melaporkannya pada kepala sekolah Liu Sooman, lalu pada orang tua dan selesai," jawab si Bichon Frise yang secara tersirat mengatakan tidak mau repot-repot.
"Itu tidak asyik sama sekali. Vivi, apakah kamu tidak pernah memikirkan akan melakukan hal-hal hebat?" Toben menggeleng frustasi. "Seperti berpetualang melawan penjahat misalnya?"
Sayangnya Vivi tidak terlalu mempedulikan itu dan lebih asyik bermain iPad. Toben menghela napas panjang, oadahal Toy Poodle itu sudah menyiapkan design baju petualangan yang Vivi minta kemarin.
Tetapi, sepertinya baju itu tidak akan berguna. Vivi sudah mendapatkan apa yang ia mau; menunjukkan bahwa para pengasuh memang berniat jahat.
Byul yang pusing melihat mereka berdua pun akhirnya angkat bicara.
"Begini saja, pertama-tama kita lakukan ide Vivi terlebih dahulu. Lalu setelah itu sambil, menunggu tindakan para orangtua kita melakukan ide Toben," kata Byul. "Kalau-kalau para pengasuh itu akan membawa salah satu di antara kita. Siapapun target mereka, kita harus melakukan perlawanan agar rencana mereka gagal," jelas Byul memberi solusi.
Membuat sepasang mata Vivi dan Toben berbinar takjub. Mereka tidak salah memilih memimpin kelompok, selain kaya dan suka mentraktir, Byul sangatlah cerdas.
"Woah, itu terdengar lebih keren," pekik Toben kagum. Ekornya mengibas-gibas dan anjing Toy Poodle hitam itu berlari ke sana ke mari mengelilingi kelas.
Dengan masih duduk ditempatnya. Vivi memuji, "Byul memang yang terbaik."
Membuat Byul tersipu malu. "Sama-sama."
"Aku senang kalian berdua sudah berbaikan," lega Mongryeong.
Mendengar itu, Toben langsung berlari dan menubruk tubuh Vivi; memeluknya paksa. Namun, masih ada satu hal yang mengganjal pikiran anjing Welsi Korgi itu.
"Omong-omong, dari tadi kalian itu membicarakan apa?"
Seketika ketiga anjing berbeda jenis itu rasanya ingin sekali mencincang Mongryeong, lalu membuangnya ke kolam Piranha milik kepala sekolah mereka sebagai makan siang gratis.
ΘωΘ
Setelah diskusi alot yang melelahkan batin anjing-anjing itu. Tiba-tiba perut Toben terasa mulas. Toben pikir itu karena tadi pagi ia menyerobot sarapan Meokmool. Toben sangat yakin, pasti Meokmool telah mengutuknya di atas gunung Fuji.
"Ampun, Tobenie sudah menyesali perbuatan Toben!" rintih si Toben di dalam WC-sebuah ruangan berukuran cukup besar polos dengan banyak wadah pasir dibeberapa tempat untuk para hewan buang hajat.
Setelah menyelesaikan hajatnya. Toben bergegas dari tempat itu.
"Rasanya sangat melegakan."
Anjing Toy Poodle itu tersenyum puas sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Toben yang baru akan keluar dari sana tak sengaja mendapati seekor anjing Shih-tzu yang terlihat tengah menunggu diambang pintu. Anjing Toy Poodle itu tahu jelas siapa anjing tersebut.
Ingin sekali rasanya mengabaikan wajah mengemaskan itu, namun hati nuraninya sebagai seekor pejantan sejati memberontak keras.
Dengan memberanikan diri. Toben menegur, "Ini WC pejantan."
Perkataannya membuat Angel tersentak tiba-tiba dengan kata itu dan langsung menoleh pada sumber suara.
Pipi berbulu anjing Shih-tzu itu bersemu malu. "Tengah menguntit, ya?" tebak Toben menyindir.
Shih-tzu itu berusaha memalingkan wajahnya-menahan malu mendengar perkataan sang pejantan, sebab apa yang Toben katakan memang benar.
Buru-buru anjing Shih-tzu itu menguasai dirinya. "Aku ingin bertemu denganmu dan meminta maaf," katanya, terdengar cukup tulus. "Aku hanya ingin berteman denganmu, dengan Vivi, dan dengan yang lainnya."
Angel menatap wajah Toben sedih.
"Kenapa kamu seperti menjauhiku?"
Sebenarnya Toben pun tidak tega melihat seekor betina secantik ini bersedih, apalagi itu karenanya, Toy Poodle itu merasa sangat berdosa.
"Aku tidak menjauhimu, tidak ada yang menjauhimu," perkataan Toben terdengar meyakinkan. "Buktinya kita kemarin berlatih menari bersama, mungkin kamu hanya terbawa perasaan saja," sanggahnya.
Dengan ringisan tipis, Toben memohon ampun pada Tuhan karena ia baru saja berbohong.
Angel menundukkan kepalanya; malu. Shih-tzu betina itu tahu bahwa Toben tengah berbohong. Angel berpikir, pasti Vivi telah menceritakan banyak pada Toben.
Atau, mungkin juga Toben takut pada kedua teman Monsieur yang berbadan besar itu. Itu sudah menjadi alasan yang sangat jelas bagi Toben untuk menjauhinya, karena seharusnya Angel tahu diri.
Harusnya Angel tahu, ini semua adalah karma baginya yang telah melukai hati seekor pejantan tulus di masa lalu; hingga sekarang tidak ada yang mau berteman dengannya.
Seberapa baik dan cantik dirinya, semua juga tahu bunga bangkai itu indah. Namun ketika didekati, bau busuknya membuat semua muntah.
Tidak akan ada yang mau melakukan kesalahan hingga dua kali dan mendekati bunga bangkai tersebut. Kemudian Angel tersenyum miris dengan pemikirannya sendiri.
"Aku mengerti," ujarnya.
"Apa yang kamu mengerti?" Toben mengernyit bingung.
Angel tidak menangapi dan malah terus tersenyum. "Terima kasih atas pertemanan yang Toben berikan."
Angel memberikan senyum terbaiknya hingga matanya menyipit. Matanya sudah berembun dan betina itu tidak ingin meneteskannya di sini.
"Aku tidak akan pernah melupakannya."
Entah mengapa, mendengar kata itu keluar dari mulut anjing semanis Angel membuat hati nurani Toben teriris, jiwa seekor pejantan dihatinya murka. Toben menatap mata Angel sendu.
Itu terdengar seperti kata perpisahan yang memilukan. Toy Poodle dan Shih-tzu itu saling berhadap-hadapan dalam jarak setengah meter, tidak ada yang berucap selama beberapa detik, tubuh mereka rasanya kaku, membuat keadaannya jadi benar-benar canggung. Semuanya jadi terasa serba salah.
Angel menghela napas, ia memberikan Toben senyum sekali lagi sebelum keempat kakinya ia bawa berbalik dan pergi. Namun, semuanya terjadi begitu saja, semuanya terjadi begitu cepat seakan sudah terskenario dengan baik.
Toben, anjing Toy Poodle hitam itu tiba-tiba berlari dan menghadang jalan Angel, wajah mereka begitu dekat, hanya berjarak beberapa senti, keduanya dapat merasakan hembusan napas masing-masing, dan tanpa persetujuan, Toben memanfaatkan keterkejutan Angel untuk menempelkan kedua bibir mereka.
Toben mencuri ciuman Angel! Itu terjadi begitu saja dan sangat cepat, hingga kedua anjing itu pun tidak bisa mencerna apa yang sudah terjadi. Keempat kaki kedua anjing itu terasa seperti kanebo, keduanya tidak ada yang mampu beranjak atau sekadar melepaskan tautan tersebut.
Toy Poodle jantan itu malah memejamkan matanya, memiringkan kepalanya, dan memperdalam ciuman itu. Perlahan tapi pasti, Toben melumat bibir anjing betina yang sudah disukainya sejak pertama kali bertemu.
Angel pun tidak kalah terbawa suasana, ia memejamkan mata; menikmati apa yang Toben lakukan padanya. Kedua kaki depan Shih-tzu itu ia letakkan pada pundak sang pejantan sehingga membuatnya seperti berdiri dengan bertumpu pada pundak Toben. Tidak mau kalah, Angel pun membalas tiap lumatan yang Toben berikan.
Kedua anjing itu saling berbagi air liur, memberi sentuhan memabukkan dengan lidah mereka. Makin lama lutut si Shih-tzu terasa seperti jelly; lemas. Perutnya serasa digelitiki kupu-kupu dan dadanya membumbung bahagia.
Kedua anjing itu menikmati sensasi membahagiakan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya; sensasi candu yang memabukkan. Membuat hatinya berdebar, mulutnya merasakan sensasi lembut yang nyaman yang ingin terus dirasa.
Toben mendorong tubuh Angel hingga menyentuh tembok tanpa melepaskan tautan mereka, sesuatu dalam dirinya terasa meledak-ledak dan ingin segera dilepaskan.
ΘωΘ
To Be Continued...
A/n : Nabung Chapter 👉 nabung dolar 😍😋👌❤️🤗
☺️☺️Part sialan!!!
[11-04-2020]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro