Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENAC - 10. Alasan Kabur


Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw.

Thank you :)

🌟


Abigail membasahi bibirnya dengan canggung dan itu tidak luput dari perhatian Elan. Namun, sebelum Elan dapat menyuarakan keengganan Abigail, cewek itu lebih dulu membuka mulutnya.
"Gue baru putus dari hubungan dua tahun. Lagi mikir mau sendiri dulu," tolak Abigail halus, memang sekarang ia tidak ingin berada di hubungan lain. Ia bukan tipe yang dapat meloncat dari satu hubungan ke hubungan lain dengan cepat. Kalau masih dalam masa pendekatan mungkin bisa, tapi kalau sudah tahunan rasanya ia perlu sendiri dulu. "Tapi, kalau dia terbuka untuk temanan dulu, gue nggak masalah."

Tasya tersenyum, "Semuanya dimulai dari temanan dulu, kok. Gue sama Elan juga temanan dulu, ya 'kan, Sayang?" ucapnya sambil melingkari lengan kiri Elan.

Ini hanya perasaannya saja atau memang Tasya memiliki suatu maksud tertentu dalam kalimatnya? Kenapa ia dapat merasakan ada singa yang tengah menjaga teritorinya di sini? Abigail ingin tertawa, namun ditahannya karena tidak ingin terlihat tidak sopan saat pertemuan pertama. Apalagi membuat pacar Elan semakin meninggikan tembok pertahanannya. Please, siapa yang mau dengan cowok yang bahkan lebih banyak mengomel dibandingkan ibunya?

"Boleh dikenalin kalau begitu," tukasnya. Kalau memang itu membuat Tasya lebih tenang jika ia dan Elan bersahabat. Toh, menambah satu orang teman bukan hal yang sulit untuk dilakukan 'kan? Hitung-hitung memperluas lingkup pertemanannya.

Tasya tidak dapat menyembunyikan kilat senang serta ekspresinya yang tampak lega. Abigail sendiri sampai sekarang tidak paham kenapa ia selalu menjadi ancaman bagi pacar Elan. Deretan mantan cowok itu jauh lebih banyak dan mereka jauh lebih berpotensi untuk dibenci dibandingkan dirinya.

"Gue kasih nomor lo ke dia boleh?" tanya Tasya bersemangat.

"Lo punya nomor gue?"

Tasya menyengir, "Enggak," ucapnya seraya menyodorkan ponsel yang sejak semula berada di atas meja, dekat dengan tangan kiri.

Abigail menerima ponsel itu dan memasukkan nomornya lalu mengembalikan pada Tasya lagi. Ia memberikan nomor kantornya, bukan nomor pribadi. Jaga-jaga jika Beno ini adalah tipe clingy seperti beberapa mantannya yang membuatnya pusing karena dihubungi terus-terusan. Seriusan, deh. Cowok umur kepala tiga, memiliki pekerjaan yang katanya mapan, tapi masih sempat untuk mengiriminya puluhan pesan setiap harinya. Abigail memiliki banyak pekerjaan sebagai Social Media and Content Manager dan bertukar pesan adalah hal terakhir yang mau dilakukannya setiap saat, jika bukan urusan pekerjaan. Macam pekerjaannya kurang banyak saja sampai harus terus-terusan membalas pesan.

Alasan ia memberikan nomor kantor adalah karena sabtu dan minggu tidak mau diganggu jika bukan oleh orang-orang yang dianggapnya dekat. Ponsel yang menggunakan nomor kantor otomatis dimatikan dan masuk ke dalam tas dan jika orang kantor memerlukannya, mereka bisa mengirimkan email. Pekerjaan memang seharusnya dikirimkan melalui email, bukan? Lebih ada bukti konkret jika ada masalah ke depannya.

"Lo habis ini balik? Mau sekalian gue anterin?" tanya Elan pada Abigail setelah memesan satu minuman lagi untuk dirinya sendiri.

"Enggak, gue mau main ke rumah Hagia. Kangen sama Hanna." Abigail menyeruput lemon tea lalu memberikan penjelasan tambahan pada Tasya yang tampak bingung. "Hagia itu adik gue yang kedua. Hanna itu nama anaknya yang pertama."

Satu alis Elan menukik tinggi mendengar ucapan Abigail, "Hagia hamil anak kedua?" Elan menghitung di kepalanya dengan cepat, "Bukannya Hanna belum genap setahun? Baru sepuluh bulan kan kalau nggak salah?"

Abigail tertawa melihat Elan yang melebarkan matanya, terkejut mendengar kabar terbaru mengenai adiknya. Jangankan Elan, ia sendiri sudah pusing begitu Elijah, suami Hagia, mengabarkan kepada keluarganya melalui sambungan telepon. Kehamilan pertama Hagia membuat mereka semua pusing tujuh keliling lantaran keinginannya yang aneh-aneh. Mulai dari mau lihat Marsha yang suka ada di lampu merah saat tengah malam hingga mau jalan di semen basah. Kedua hal itu harus dicari di mana saat tengah malam?! Kenapa tidak ada satu pun ngidamnya yang dapat memanfaatkan duit suaminya yang melimpah itu? Seperti makanan atau benda-benda mahal, itu lebih masuk akan, bukan?

"Udah ngidam apa dia?" Elan lanjut bertanya karena tahu hitungan di kepalanya akurat. Di kepalanya sudah terbayang wajah semerawut Elijah yang ditemuinya setiap Abigail menggeretnya ke acara keluarga sahabatnya itu.

"Gue nggak tau. Itu gue dengernya pas lagi ke rumah nyokap, Ijah yang kasih tau karena Gia mual parah. Setelah itu gue nggak mau nanya ke nyokap. Gue nggak mau kebagian pusingnya," jawabnya dengan tawa pelan.

Abigail bahkan tidak mau mengirim pesan pada adiknya itu, takut kalau ia kecipratan hal-hal aneh seperti waktu kehamilan pertama. Namun, hampir satu bulan tidak bertemu dengan keponakannya membuat Abigail dilanda rindu. Ia memang bertukar pesan dengan Elijah, menanyakan kabar adik dan juga keponakannya. Sesekali meneror adik iparnya itu untuk mengirimkan ratusan foto Hanna yang ada di ponsel Hagia, tetapi tetap saja berbeda jika tidak bertemu langsung.

Abigail mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto Hanna yang terbaru pada Elan. Hanna sedang tidur sambil memeluk boneka rajut kelinci yang diberikannya sebagai kado lahiran. Bukan, bukan Abigail yang merajut, ia hanya mampu mengeluarkan uang untuk membelinya saja. Rambut Hanna yang sudah lebat sejak lahir mencuat ke atas, tampak seperti landak. Bagian favoritnya adalah pipi Hanna yang bulat seperti bakpau berwarna kemerahan.

Memperlihatkan foto keponakannya selalu membuat rasa hangat di dadanya yang meluap-luap. Terkadng ia merasa konyol karena dengan bangga memamerkan bocah yang bahkan tidak keluar dari rahimnya sendiri dan dengan narsisnya membeli kaus yang bertuliskan "I have the best aunty ever" untuk Hanna kenakan.

"Udah gede banget ya dia," gumam Elan lalu menunjukkan foto Hanna pada Tasya yang mengintip di sebelahnya. "ini waktu lahiran bikin gempar." Sambungnya dengan tawa. Mengingat bagaimana Hagia yang tiba-tiba saja pecah ketuban ketika sedang acara keluarga Abigail, yang lagi-lagi membuatnya diseret sebagai tameng agar sahabatnya itu tidak dicecar dengan pertanyaan kapan menyusul. Kehebohan tidak terhindarkan dan ada lebih dari lima mobil yang beriringan membawa Hagia ke rumah sakit untuk melahirkan. Elan masih dapat mengingat semua detailnya dengan jelas hingga kedua sudut bibirnya tertarik ke atas.

Ponsel Abigail menyala, menunjukkan nama Elijah. Elan memberikan ponsel sahabatnya itu kembali pada pemiliknya. "Ijah hubungin."

Abigail buru-buru mengangkat panggilan dari adik iparnya, "Kenapa, Jah?"

"Gia titip martabak cokelat katanya," jawab Elijah dengan cepat sambil berbisik.

"Lo beli sendiri kan bisa, Ijah," ucapnya gemas, karena belum apa-apa adiknya itu sudah mulai bertingkah.

"Dia maunya lo yang beliin, Bi. Katanya kemauan bayinya."

Abigail menepuk jidatnya dengan kencang, akal-akalan adiknya itu selalu di luar nalarnya. "Itu anak masih jabang bayi. Ukurannya aja masih sekecil biji bunga, gimana caranya dia mau makan martabak yang ukurannya lebih gede dari dirinya sendiri?"

Elijah mengabaikan ucapannya dan memperinci kemauan Hagia, "Martabak cokelat setengah, setengahnya lagi keju. Thank you, Bi." Lalu suaranya hilang.

Matanya melotot pada layar ponsel yang kini sudah tidak menunjukkan nama Elijahh lagi. "Adik ipar kurang ajar emang si Ijah."

Elan tertawa puas di atas penderitaannya. "Lo mau gue anterin, nggak?" tawarnya lagi. Sedikit tidak tega membiarkan Abigail menaiki taksi online.

Abigail menggeleng, "Gue naik taksi aja. Mau nyari pesenan si Gia dulu." Ia membereskan semua barang-barangnya lalu mengenakan shoulder bag berwarna hitamnya di bahu kiri. "Lo yang bayar karena lo yang ajak," ujarnya pada Elan lalu beralih pada Tasya yang baru disadarinya tidak mengeluarkan banyak suara, "gue duluan, Sya. See you."

14/12/21
Revisi tipo 25/3/22

BTW yang mau baca cerita Jessica sudah tamat ya di judul The honeymoon Is Over (marriage life, romcom gemes). Cerita lain yang sudah tamat dan masih lengkap di WPku juga ada Every Nook and Cranny (fake dating metropop, bf to lover), Love OR Whatnot (marriage life angst), dan Rumpelgeist (romantasy)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro