Melodi Sang Kasih
Penulis: Shelyna | Rin_Blueberry
Arya dan Rin sedang merayakan hari kasih sayang di sebuah hotel bintang lima yang terkenal akan keindahan alamnya. Jangan salah, mereka tidak merayakan hari kasih sayang pada hari itu saja. Sebenarnya semua hari pun mereka penuhi dengan kasih sayang yang melimpah. Tanpa harus ada tanggal nasional di kalender.
“Selamat pagi, Sayangku.” Arya mencium kening Rin dengan lembut.
“Mmm, pagi juga, Mas.” Bukannya bangun, Rin malah menyelusupkan kepalanya ke dalam pelukan Arya.
“Hai, bangun, Putri Tidurku. Lihatlah, matahari sudah menyapamu di atas sana. Kamu ingat bukan kalau kita akan pergi jalan-jalan hari ini?” tanya Arya mengingatkan.
“Mmm.” Rin mengangguk pelan masih dalam pelukan Arya.
“Oke, kalau begitu ayo bangun.” Arya melepaskan pelukannya.
“Gendong,” ucap Rin manja.
Arya tidak bisa menahan rasa senangnya itu. Kebiasaan Rin jika sehabis bercinta selalu begini, manja. Sudah seperti mengurus anak kecil yang hendak berangkat sekolah. “Uhh, sini Mas gendong, Sayang.” Arya pun menggendong tubuh Rin yang tanpa sehelai benang pun ke kamar mandi.
Arya mulai menaruh tubuh Rin di bathtub yang sudah berisi air hangat dan beberapa kelopak bunga mawar. Sepertinya Rin masih dimabuk asmara yang mendalam. Pergulatannya semalam di ranjang memang menggairahkan. Ia menarik tubuh Arya hingga masuk ke dalam bathtub bersamanya.
“Adek jangan nakal, ya. Jangan memaksa Mas melakukannya lagi. Kita sudah melakukannya sampai jam tiga pagi. Apa Adek tidak lelah?” tanya Arya yang menahan birahinya. Bagaimana tidak? Istrinya itu sangat pintar menggoda.
“Tidak, tidak. Adek hanya ingin menggoda Mas saja, hehe,” ujar Rin dengan cengengesan tanpa rasa bersalah.
“Oooh, begitu ya. Tanggung jawab, karena ‘adik kecil’ Mas sudah bangun.” Arya mendekatkan bibirnya ke tengkuk Rin untuk menyerang.
“Hahaha. Sudah, Mas, sudah. Geli, hahaha.” Rin tidak bisa bergerak karena tubuhnya terkurung oleh Arya. Ia merasa kegelian akibat ciuman yang dilakukan suaminya itu.
Arya menyudahi kegiatannya yang membuat Rin kegelian. “Sudah, ayo mandi,” katanya.
Rin mengangguk sembari tersenyum patuh.
Arya mulai menggosok tubuh Rin dengan sabun dengan lembut. Dengan telaten ia membersihkan tiap jengkal lipatan di tubuh sang gadis. Kali ini ia tidak bernafsu, karena ia benar-benar ingin mengurus istrinya dengan kasih sayang hari ini. Penyebab lainnya adalah ia sudah puas setelah semalam menghabiskan waktu yang begitu indah.
Setelah bersiap cukup lama, Arya dan Rin pergi ke restoran untuk sarapan. Sikap manja Rin masih saja ada. Ya, hal itu biasanya akan bertahan selama dua hari. Selama itu juga Arya harus sabar menanggapi permintaan-permintaan Rin yang terkadang menyusahkan. Toh, hari ini adalah hari kasih sayang. Ia ingin melimpahkan kasih sayang yang spesial pada istrinya khusus hari ini.
Arya dan Rin bergantian saling suap menyuapi. Siapa lagi kalau bukan Rin yang meminta hal itu. Padahal biasanya mereka fokus pada makanan masing-masing. Mengingat pasangan suami istri itu memang suka makan.
Untung saja Arya dan Rin sama-sama pebisnis sukses. Jadi, mereka tidak perlu memikirkan berapa harga makanan yang mereka makan. Walaupun begitu, mereka bukanlah orang yang boros. Selanjutnya mereka pergi ke taman untuk sekadar berfoto.
“Mas, Adek harap kali ini kita akan diberi kepercayaan untuk mempunyai anak ...,” ujar Rin sendu. Perasaan khawatir dan segala macam hal negatif muncul di pikirannya.
“Adek tidak boleh berpikir yang tidak-tidak. Kita harus percayakan semua pada Yang Maha Kuasa.” Arya tersenyum sembari mengelus pundak sang istri.
“Adek hanya takut Mas ....”
“Ssstt, kita harus terus berdo'a dan yakin. Oke?”
Rin memeluk Arya lebih erat untuk menguatkan dirinya.
* * *
Beberapa hari kemudian ....
Beberapa penanam saham sudah berkumpul untuk rapat proyek tahunan. Kini adalah bagian Rin untuk mempresentasikan proyeknya. Dari sekian banyak proyek yang diajukan, proyeknyalah yang paling banyak diminati oleh beberapa penanam saham dan CEO perusahaan.
Arya juga berada di sana sebagai perwakilan perusahaannya. Ia sangat bangga mempunyai istri yang cerdas dan pekerja keras. Tak pernah henti untuknya bersyukur karena sudah dipertemukan dengan Rin. Pernikahannya dengan Rin adalah anugerah terindah baginya.
Rin mulai membuka presentasinya. Semua orang tampak fokus menghadap ke arah proyektor yang ditunjuk oleh Rin. Sembari menunjuknya, Rin juga menjelaskan detail-detail yang sudah ia siapkan sebelumnya. Selang beberapa slide sudah ia sampaikan, tiba-tiba kepalanya terasa pusing.
“Mas ...,” panggil Rin lirih sebelum tubuhnya mulai roboh. Ia menjatuhkan stik yang dipegangnya.
“Adek!” Dengan cekatan, Arya menangkap tubuh Rin ke pelukannya.
Arya bergegas membawa Rin ke rumah sakit saking khawatirnya. Rapat proyek pun terpaksa ditunda atau didiskusikan lagi minggu depan. Wajah Rin terlihat pucat, sepertinya ia sangat kelelahan karena mengurus presentasi proyeknya. Arya sudah berulang kali menasihatinya untuk tidak terlalu lelah, tetapi istrinya itu memang keras kepala. Arya hanya akan mengiyakannya sembari terus mengingatkan.
Beberapa saat kemudian, Rin tersadar setelah Dokter memeriksanya.
“Adek kenapa, Mas?” tanya Rin bingung.
“Terima kasih, Sayang.” Arya memeluk Rin sangat erat.
Rin semakin bingung. “Terima kasih untuk apa, Mas?”
Arya masih tidak melepaskan pelukannya. Tetes demi tetes air mata Arya membasahi pundak Rin.
“Mas? Mas menangis? Mas kenapa?” Rin menjadi sangat bingung dan khawatir.
Arya pun melepaskan pelukannya. Ia akan memberi tahu Rin saat itu juga. Perlahan ia menyentuh perut Rin dengan senyum haru. Pada awalnya Rin masih tidak percaya apa yang suaminya itu isyaratkan. Ia menatap Arya sangat dalam untuk mencari jawabannya.
“A-adek hamil?” tanya Rin tak percaya.
Arya mengangguk cepat dengan senyum yang masih lebar.
“Kita akan menjadi orang tua? Kita akan mempunyai anak?” tanya Rin lagi. Matanya mulai berbinar-binar.
“Iya, iya, Dek,” jawab Arya mengangguk-anggukan kepalanya. Mereka kembali berpelukan.
Dokter sudah menjelaskan semuanya pada Arya saat Rin masih tak sadarkan diri. Saat itu pun Arya sangat bahagia mendengarnya. Saking bahagianya, ia berterima kasih kepada Dokter dan menjabat tangannya sangat erat. Tidak heran jika Arya dan Rin memang sebahagia itu.
Sebelumnya mereka pernah menjadi calon orang tua, tetapi takdir masih tidak mau menghilangkan kata ‘calon’ itu. Rin mengalami keguguran karena terpeleset di kantornya. Kali ini Arya bertekad untuk menjaga Rin lebih baik lagi. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan menjadi seorang ayah.
Arya langsung mengirimkan pesan cuti untuknya dan Rin dalam beberapa hari. Ia ingin menyiapkan dengan sangat matang kali ini. Membeli susu ibu hamil, buah-buahan, sayur-mayur, dan semua konsumsi bergizi untuk Rin. Arya juga lebih memanjakan Rin daripada hari-hari sebelumnya. Ia bahkan ingin kalau sebaiknya Rin resign saja dari pekerjaannya.
Bagaimana bisa? Ia belum menemukan seseorang yang terpercaya untuk memegang bisnis dan proyeknya. Karena itu Arya segera mengevaluasi para tangan kanannya selama ini.
Hari Valentine saat itu sepertinya sudah mengubah hidup pasangan suami istri yang mendambakan seorang anak. Bukti cinta dari mereka kini sudah tumbuh dalam rahim sang gadis.
Buah hati yang kelak akan memanggil mereka Ayah dan Ibu. Seorang anak yang nantinya mengisi hari-hari mereka. Menjadi sebuah keluarga kecil yang hangat nan penuh kasih sayang. Karena kedatangannyalah, pasangan suami istri menjadi lengkap.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro