Tanpa Jawaban
Oleh TN Atika
A Romance
Suatu hari nanti, entah kapan aku tetap berharap kamu mau berhenti dan menoleh menatapku. “Hanna.” Memanggilku sambil mengulas senyum, juga membelai puncak kepalaku dengan sayang.
“Aku mencintaimu.” Mengucapkan satu kalimat paling aku nanti-nantikan. Hingga aku akan menjawab, “Aku mencintaimu juga.” Kemudian kita akan saling membahagiakan, memikirkan berbagai cara demi menjaga hubungan kita.
Melakukan kencan setiap hari. Mengobrol dan tertawa bersama akibat lelucon yang kamu buat. Apapun yang telah kita lalui akan menjadi kenangan terindah, kecuali jika kamu memilih sebaliknya.
Saat kamu memilih mengacuhkan aku dengan terus berjalan, berhenti sebentar saja tidak bisa kamu lakukan apalagi menoleh untuk sekadar menatapku. “Deon, Deon!” Membuatku harus memanggil namamu berulang-ulang, meskipun tak kamu hiraukan sama sekali.
“Aku membencimu.” Di antara semua hal yang pernah menyakitiku, kata-katamu itulah yang paling membuatku terluka. Sampai kakiku melemas dan akhirnya terperenyak sebab tak sanggup menerimanya.
Entah kamu akan mencintaiku atau membenciku, kupikir seperti itulah kejadian yang mungkin kita alami nanti. Bersamaku, atau meninggalkanku. Yea... kukira begitu namun, tidak ada dari dua hal itu yang terjadi pada kita.
Kenyataannya, aku pergi sebelum mengetahui kamu memutuskan untuk menoleh atau terus berjalan. Nyatanya aku lebih dulu pergi ketika belum sempat mendengar suaramu. Tersadar akan satu hal, musuh dari cinta bukan dibenci, tetapi pergi.
Dan sekarang aku benar-benar pergi. Entah aku atau kamu yang merasa kehilangan tapi tidak ada cara untukku kembali lagi, sebab Tuhan telah mengambilku.
Tepat setelah acara pemakaman, hujan datang. Mewakilkan rasa sedihku yang tak bisa kutunjukkan di sini. Tiupan angin adalah senyumanku. Aku melihatmu bersimpuh didekat batu nisanku dan rasakan kebahagianku lewat embusan anginnya.
Aku tersenyum dan bersedih secara bersamaan hingga timbul badai. Kesedihan yang kamu pancarkan saat mengelus batu nisanku, apa itu rasa menyesal sebab terlambat mengatakan kamu mencintaiku ataukah rasa bersalah sebab kamu membenciku? Aku tidak tahu.
Dan tidak akan pernah tahu jawabannya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro