Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pudar Dalam Semalam

Oleh Asa

   "Gue heran," Ruby membetulkan letak duduknya,
"kenapa lo suka ajak gue ke sini?"

Agam menoleh, dengan mata berbinar ia
menjawab,
"Karena nama lo, Ruby Dewi Candra."

"Hah? Apa hubungannya, bego?"

"Lo tahu arti nama lo nggak?"

Ruby memutar bola matanya malas. "Lah, ya, jelas
tau," jawab Ruby ketus. "Gila kali lo, ya?" imbuhnya
seraya mengumpat.

Agam memutar tubuhnya sembilan puluh derajat—
menghadap ke Ruby walaupun cewek itu tidak balas
menatapnya. "Coba kasih tahu gue, apa arti nama
lo!"

"Permata seorang dewi yang bersinar ... kayaknya,
hehe."

Agam mendorong ke belakang kepala Ruby, gemas
dengan cewek satu itu. Kenapa ada orang semacamRuby di dunia ini? Dan, kenapa pula ia bisa sayang
terhadap gadis bengal itu? Ah, rasanya Agam ingin
mengutuk perasaannya.

"Lo nggak pernah nanya bokap atau nyokap gitu,
arti nama lo?" tanya Agam yang dijawab gelengan
kepala oleh Ruby. Cowok bersurai legam itu
mendecak. "Ruby itu permata. Sedangkan Dewi itu
putri kesayangan orang tua. Nah, kalau Candra
artinya bersinar. Jadi, lo udah tahu'kan arti namalo?"

"Aduh ... Gam, gue bingung, ish!"

"Bego!"umpat Agam dengan mata melotot, tapi tak
urung ia tetap menjelaskan. "Nama lo itu artinya
seorang bayi perempuan yang berharga layaknya
permata bersinar."

Netra hitam itu membulat sempurna, dengan mulut
setengah terbuka. "Gila, sih! Jadi gue seharga
permata doang? Wah, parah!"pekik Ruby tidakterima.

"Bodo amat!"seru Agam. "Lo pinternya kapan?"gerutu Agam yang justru menghadirkan gelak dari celah bibir Ruby. Diam-diam, cowok itu mengulumbibirnya ke dalam—menyembunyikan senyum gelisekaligus terpesona ketika menatap Ruby yangtertawa. Apalagi karena dirinya.
Ah, apa wajar seorang laki-laki berdebar sebegini
dahsyatnya? batin Agam seraya meringis malu.

"Lo tuh, ya, jangan keseringan ngomel, sih! Nanti
keriputan mampus deh," khotbah Ruby dengan
menampilkan muka tengilnya.

"Biarin, daripada gue kayak lo. Bego!"

Ruby hanya menjawab sindiran Agam dengan
sebuah decakan. Ia lebih memilih menyandarkan
tubunya di sandaran jok yang sudah ia atur
sedemikian nyamannya. Matanya menatap bulan,
satelit yang tidak akan bercahaya jika tidak ada
matahari—namun tetap menjadir favorit Agam.

"By ...,"panggil Agam setelah ikut menyandarkan tubuhnya.

"Hm?"gumam Ruby.

"Lusa, anterin gue ke Bandara, ya!"

"Siapa yang mau pergi?" tanya Ruby seraya melirikAgam.

"Gue ...," lirih Agam. "Gue lanjut kuliah di Singapur."

Napas Ruby tercekat. Mendadak, cewek itu merasa
tidak ada pasokan oksigen di sekitarnya, padahal di
samping kanan-kirinya, jendela mobil terbuka lebar
—menghantarkan dinginnya malam hingga
menusuk atma.

"O-oh ...."

"By ...." Agam menghembuskan napasnya kasar.
"Semua harus berubah, termasuk lo. Belajar untuk mandiri, By. Bukannya cita-cita lo jadi arsitekterkenal?" Agam bertanya dengan seulas senyumterbit di wajahnya. Mengubah posisinya menjadiduduk, tangan Agam terulur guna mengusap sayangsurai Ruby.

"Raih cita-cita lo. Jadi arsitek yang hebat! Biar guebangga, dan biar gue cepet pulang ke sini."

Detik di mana Agam menghapus air matanya, detikitu pula Ruby menghambur memeluk Agam dengan erat. Jika boleh, ia tak ingin melepaskan pelukan ini.

Agam memejamkan mata, tangannya terangkat—
membalas pelukan erat Ruby, yang seketika itu pulaia mendengarkan isak tangis Ruby.

"Gue sayang lo, By."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro