HALUSINASI
Oleh Monika
Aku melihatnya. Lelaki yang minggu lalu mengucapkan janji suci bersama kusedang menggandeng mesra perempuan lain. Bukankah tadi ia bilang sedang rapat di kantor? Apakah ia berbohong? Tapi, kenapa?
Aku berjalan menuju ke arah mereka berdua. “Mas,” kupanggil dia dengan nada pelan.
Mas Danang tampak kaget melihat aku ada dihadapannya. Tatapan kuturun melihat tangan mereka yang saling menggenggam.
“Kenapa Mas di sini? Bukankah Mas sedang rapat? Lalu dia,” aku menunjuk perempuan yang ada di sebelahnya. “Dia siapa?”
Mas Danang masih terdiam dengan mimik kaget. Wajahnya sudah pucat seperti kertas. Sedangkan perempuan disebelahnya menatap kudengan wajah angkuh. “Perkenalkan, aku Mila. Calon istri Danang,” katanya angkuh.
Aku menggeleng. Pasti dia berbohong, kan?
Aku kembali menatap Mas Danang. “Dia Mila, mantan pacar ku.” Aku menatap Mas Danang sendu bercampur dengan amarah. “Maaf, Laras. Aku masih mencintai dia. Maafkan aku,” lanjutnya dengan raut sesal.
Tangisan sudah tak bisa kubendung. Aku berlari keluar dari gedung butik yang menjadi saksi perselingkuhan mereka. Itu terlalu menyakitkan.
Tiba-tiba aku tersentak kaget saat sebuah tangan menepuk pundak ku. “Kamu tak apa?” tanya orang itu.
Aku mengerjap. Mas Danang dengan balutan adat Jawa memberikan kutatapan khawatir. Astaga! Apakah aku baru saja berhalusinasi tentang Mas Danang yang berselingkuh?
Aku menatap Mas Danang dengan senyum tipis. Maksud hati untuk menenangkannya.
Lalu aku menghela napas lega di sambut tawa dalam hati. Halusinasi tadi benar-benar membuat kutakut. Padahal saja aku sedang menyalami para tamu yang datang ke resepsi pernikahan kudengan Mas Danang.
“Mas,” kupanggil dia. Dia menoleh. “Jangan tinggalkan aku, ya.”
Dia mengangguk. “Insya Allah, aku selalu bersamamu. Sampai maut memisahkan.”
Aku tersenyum bahagia mendengar ucapannya. “Aku mencintaimu, Mas Danang.”
“Aku juga mencintaimu, Laras.”
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro