10. Misunderstanding
"Bisa kau jelaskan ini?"
Karma mengangkat amplop yang ada di tangannya agak ke atas, memudahkan setiap mata untuk memandang. Masih dalam suasana hening, aku mencoba mengatur gejolak dadaku dan hanya mengerjapkan mata. Memang benar aku merahasiakan tentang segalanya dari teman-teman kelasku, karena aku masih ragu akan pilihanku. Tapi aku baru memutuskannya tadi dan---bagaimana Karma bisa mendapatkan benda itu?
"Amplop yang berstempel resmi dari sekolah, aku penasaran apa yang mereka kirimkan lagi kepadamu?" Isogai bangkit dari duduknya kemudian mendekat ke arahku dan Karma yang tetap tak bergeming sedari tadi. Sebagai ketua kelas tentu bukan suatu hal aneh lagi jika ia peduli akan setiap anggota kelasnya. Setiap ada permasalahan yang muncul, Isogai tampak selalu ingin merangkul.
Diberikannya amplop tersebut pada Isogai yang menghampiri, kemudian mata Karma menatapku nanar. Tangan kiri lelaki berambut merah itu merogoh sebelah sakunya, kemudian mengeluarkan potongan kertas lusuh yang tampak sudah diremas-remas menjadi gumpalan.
"Maaf, sebenarnya aku ingin membicarakan ini denganmu sendiri. Tetapi.. kurasa semua penghuni kelas berhak tahu perangaimu. Karena kami selayaknya korban."
Apa? Apa yang ingin ia bicarakan? Memang benar aku belum memberitahu apa-apa yang lain tentang tawaran pemindahan itu, tetapi di mana sangkut pautnya mengenai 'perangai' yang Karma maksud?
Ia melempar kertas tersebut ke arah Isogai---pria pemilik rambut pucuk itu sudah selesai membaca isi kertas beramplop sebelumnya. Dahi sang ketua kelas berkerut heran.
"[Name]-chan... ka..kau... menjual informasi mengenai kelas 3-E ke pihak sekolah.. untuk mendapatkan tawaran penempatan kelas gedung utama?"
Hah? Isogai menatapku tidak percaya seusai berbicara dengan sedikit terbata. Seisi kelas pun terlihat menunjukkan ekspresi tercengang mereka sendiri-sendiri. Kini giliran keningku yang membentuk beberapa lipatan, lalu berjalan tergesa ke arahnya---hendak menilik potongan kertas lusuh tersebut.
Sobekan notebookku! Aku memang sering menuliskan beberapa catatan kecil mengenai keseharian kelas 3-E untuk mengisi kalau-kalau ada waktu luang. Namun, lagi-lagi aku bertanya---bagaimana Karma mendapatkannya?
"[Name]-chan, apa itu benar?"
"Apa kau sebegitu inginnya meninggalkan kelas ini?"
"Apa sebegitu buruknya kami hingga kau seperti ini?"
Lontaran demi lontaran kata dengan nada sendu seakan menghujamku. Aku menatap mereka bergantian dengan tak percaya. Karma mendekat ke arahku, mencengkeram kerah bajuku dengan tangan kanannya.
Awalnya aku meringis pelan akibat tertarik ke atas oleh tenaga pria seorang Karma.
"Aku sungguh kebetulan menemukan semua itu. Sama sekali tak bermaksud mencari celah untuk menjatuhkanmu. Tapi nampaknya itu semua adalah fakta?"
Aku menatap manik merkurinya yang seolah menyiratkan penguncian gerakan kepadaku. Berusaha menembus ke dalam kedua manik itu, tanpa kusadari mataku malah memburam akibat kalimat yang terujar dari Karma selanjutnya, "B*jing*n macam apa yang menjual hal tentang temannya sendiri untuk keegoisan diri?"
"A-Aku.." Lidahku terasa kelu. Selanjutnya aku tak bisa melanjutkan kata-kataku, dada yang terasa sesak dan susah bernapas ditambah buliran kristal sudah berada di pelupuk mata. Apa aku memang egois? Aku memang egois, awalnya. Tetapi mereka tidak mengerti.. Karma, kau tidak mengerti.
"L-Le..pas..kan" Kalau Karma sebenarnya merasa tidak begitu kuat akan cengkeramannya pada kerahku, namun kondisi yang melubangi hati lebih menyakitkan daripada kekerasan fisik itu sendiri. Lagipula, Karma seorang pria. Sedikit atau tidak tenaga yang ia keluarkan, tetap terasa apalagi pada seorang perempuan.
Manik mata tajamnya, dan sumpah serapahan yang Karma lontarkan, dan ketidakpercayaan akan kekerasan yang ia lakukan, lebih menyakitkan daripada cengkraman kuatnya.
"KARMA-KUN, LEPASKAN!" Kayano berseru, suaranya menggelegar di seluruh ruangan. Dengan susah payah aku berusaha meliriknya. Kayano menatapku dengan khawatir di sebelah sana, aku hanya tersenyum miris. "[Name]-chan itu perempuan!!"
'Tidak apa Kayano, kalau ini bisa menjadi permintamaafan, kau tak perlu menginterupsi seperti itu.
Kalau ini bisa menjadi penghilang kesalahpahaman, aku akan menebusnya.
Meski kalian semua... tidak mengerti.'
Karma menghempaskan badanku pelan, membuat cengkeraman tangannya terlepas. Dengan pandangan yang memburam, aku menuju ke bangku ku, mengambil tas, dan berlari keluar.
><><><
Beberapa minggu yang lalu, semenjak kerja kelompok di rumahku, ia jadi tak banyak bicara.
.
.
.
"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."
"Ya?"
"Ku dengar kau ingin kembali ke kelas gedung utama untuk tidak membuat ibumu kecewa."
"Kenapa kau bisa tahu?"
"Semua hal di Kunigigaoka selalu kuketahui---"
"Huh, benarkah?"
"---Kecuali tentang kelas 3-E."
.
.
.
Kelas 3-E
Sebuah notebook kecil berisi semua tentang mereka. Aku menyobek lembaran-lembaran penting dan membuangnya ke sembarang sudut kamar, kemudian menuliskan informasi-informasi berlainan dengan fakta.
Aku memang egois, tapi itu juga demi mereka dan diriku sendiri.
Karena aku adalah burung kecil yang terkungkung. Berlaku licik demi keluar dari sarang.
><><><
Hujan deras mengguyur bumi. Aku sedang berteduh di halte bus terdekat sekarang, menatap nanar rintikan air yang berjatuhan. Kedua tangan ku lingkarkan ke tubuh sendiri, menghirup napas tertahan, akan dinginnya musim yang menerjang.
Masih dengan sesenggukan, aku mengambil ponsel yang berada di dalam tas, mencari dan menekan sebuah kontak.
"Oh, [Full Name]. Ada pe---Hei, kau baik-baik saja?"
Kuhirup napas dalam lagi, kemudian berujar---mengabaikan kristal bening yang mengalir lagi.
"Asano-kun, maaf mendadak. Apa besok aku mulai bisa berada di kelas A?"
Salahkan ambisi burukku.
Salahkan hati yang tak kebal akan realita kehidupan.
Salahkan berganti rodanya otakku, yang terlanjur mempercayai sang pujaan.
Kebodohan yang hakiki, dan semua itu tak bisa terelakkan.
><><><
Bersambung
Author's Note :
Hai, saya tidak tahu apa yang saya tulis sampai sekarang, bisa menghibur dan memuaskan readers sekalian?
Saya sadar masih banyak ketidakjelasan plot di sini, mohon maklum, karena saya juga masih pemula hehe
Btw, ini chapter tersingkat yang pernah saya buat, awkoawk
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro