Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ᴅᴇʟᴀᴘᴀɴʙᴇʟᴀs

ǝTHirëǝl
ᴇᴛʜᴇʀᴇᴀʟᴏᴠᴇ

Kening Adriana yang tertutup poni merasakan dingin kaca mobil yang sejak sepuluh menit lalu terparkir di minimarket. Ia mengaduh dan mengusap keningnya pelan seraya menegakkan leher. Matanya mengedarkan pandangan ke luar balik kaca dan di detik berikutnya melihat wajah kusut Airlangga di yang tengah sibuk dengan ponsel.

"Kita sudah sampai, Chef?" tanyanya pada sosok yang kini meletakkan ponsel di dashboard.

"Sudah setengah jam dari kamu berteriak memaki saya dan menyebut saya sombong," jawab Airlangga saat menyenderkan bahu.

Adriana terhenyak. Sel otaknya mulai bekerja untuk mengingat mimpi apa yang dia alami hingga dapat memaki Airlangga selama tertidur.

"Ma-maaf, Chef. Tapi saya nggak sengaja maki-maki Chef Air. Chef tahu, 'kan? Mimpi itu bunga tidur dan kita nggak bisa mengendalikan mimpi kita." Adriana memberikan alasan.

Airlangga mengalihkan pandangannya ke arah berlawanan, laki-laki itu menutup mulutnya dengan tangan kiri seolah menahan sesuatu.

Merasa ada yang aneh dengan sikap Airlangga. Adriana memicingkan mata, kemudian memukul pelan pundak Airlangga yang tengah berusaha menahan tawa.

"Chef bohongin saya, ya?" tuduhnya.

"Setidaknya saya dapat sedikit hiburan dengan memberikan kamu pelajaran." Airlangga menjawab santai.

Adriana mencebik kesal dan menyampirkan tas yang sejak tadi ia bawa. Hari sudah sore, ia harus bersiap untuk besok kembali bekerja. Namun, pergerakan Adriana terhenti kala mengingat percakapan Airlangga dengan Trias di Jakal kemarin.

Ada rasa sesal yang membungkus hatinya ketika mengetahui karena keegoisan, Airlangga menunda mencari kebenaran tentang sosok yang ia cari dan berhubungan dengan ibunya. Seharusnya, Adriana dapat membantu Airlangga mencari sosok yang ia maksud, tetapi ia justru menghalangi laki-laki itu karena rasa cemburu.

"Chef, apa libur berikut Chef akan mencari sosok yang Chef maksud tadi?" tanya Adriana.

Airlangga tidak menjawab. Sejujurnya ia bingung harus mulai dari mana, ia buta daerah, bahkan petunjuk yang ia dapat dari Trias pun sangat sedikit. Ia tidak yakin dapat menemukan perempuan itu dengan mudah.

"Saya janji akan bantu Chef, kalau Chef Air mau kasih saya kesempatan satu kali lagi."

Airlangga hanya mendengkus mendengar pernyataan Adriana lalu menggosok hidungnya pelan. "Lebih baik kamu pulang. Sudah sore."

"Tapi gimana dengan pencariannya, Chef?"

"Itu bukan urusan kamu, Adria."

Mulut Adriana sudah terbuka dan siap mengatakan keseriusannya dalam membantu Airlangga, tetapi itu tidak berhasil. Airlangga memilih untuk tidak melibatkan siapa pun dalam urusan yang menurutnya sangat pribadi.

"Atau gini aja, Chef. Kemarikan alamatnya." Adriana menyodorkan tangan kanan. Meminta alamat yang sempat ia kembalikan pada Airlangga ketika mereka memutuskan putar balik di jalan Parangtritis siang tadi.

"Untuk apa, Adriana?"

"Untuk minta bantuan sama temen! Kita cari dulu alamatnya lewat koneksi yang ada di sana, kalau sudah tahu baru deh libur nanti kita ke sana, jadi nggak perlu nyari alamatnya di mana lagi."

Airlangga terdiam untuk beberapa saat, dia memijat kening dengan jari telunjuk, mulai memikirkan ide yang disampaikan Adriana. Suara klakson mobil pengiriman barang menginterupsi ingin masuk ke dalam parkiran minimarket, seorang tukang parkir meminta Airlangga menggeser mobilnya.

Laki-laki itu membuka kaca mobil dan memberikan uang parkir, mengucapkan kalimat terima kasih dan keluar dari parkiran tanpa mengatakan apa pun pada Adriana.

Jalan-jalan mulai padat pengunjung yang menyerbu pembeli batik untuk oleh-oleh, beberapa warung tenda dipenuhi wisatawan yang mencicip kuliner Yogyakarta. Lokal maupun mancanegara semua berbaur dalam ramainya Malioboro.

"Kamu lapar, Adria? Mau temani saya makan?"

Adriana tidak menjawab, dalam kepala mungilnya justru menyerukan sebuah pertanyaan untuk dirinya sendiri. Apa Airlangga perlu bertanya tentang hal itu?


ᴀᴅʀɪᴀɴᴀ ᴍᴀʜ sᴀᴍᴀ ᴋᴀʏᴀᴋ ᴀᴋᴜ, ʟᴀɴɢ, ᴋᴀʟᴏ sᴏᴀʟ ᴍᴀᴋᴀɴᴀɴ ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴅɪᴛᴀɴʏᴀ :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro