Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16

Di bawah cahaya matahari yang menyilaukan, Ruby berlari di antara kerumanan orang-orang yang mengikuti festival penyambutan.

Berkat jubah bertudung yang ia bawa dari rumah, kini ia bisa leluasa berada di tengah-tengah festival tanpa harus takut ada yang mendeteksi keberadaan mata merahnya.

Ruby melewati orang-orang, mengikuti Vladimir yang ada di depannya. Saat ini Ruby tidak tahu ke arah mana Vladimir akan membawanya, tetapi terlepas dari kontrol dan keinginannya, Vladimir jelas mencoba membawanya ke suatu tempat.

Banyak wajah-wajah yang tidak familier. Mungkin warga dari desa sebelah juga datang menikmati festival yang tidak biasanya diadakan. Tidak ada syarat khusus untuk berpastisipasi, mereka hanya perlu tiba saat festival berjalan, dan mereka akan menjadi pemeriah acara yang tak perlu dibayar.

Barangkali dengan hanya menceritakan pengalaman bertemu dengan bangsawan adalah cerita yang bisa mereka jual. Berada sangat dekat dengan mimpi yang tak bisa mereka jangkau adalah hal yang bisa mereka ceritakan seumur hidup, bahkan kepada cucu-cicit mereka.

Masih memikirkan kemana Vladimir akan membawanya, suara keramaian di sekitarnya ditenggelamkan oleh suara lonceng nyaring yang memekakan telinga. 

"Lima koin perak! Apakah masih ada yang ingin menawar lebih mahal?! Dari selatan dan umurnya masih enam tahun! Saya jamin tidak akan sulit melatihnya!"

Ruby mengerutkan kening, menatap sekilas bagaimana perhatian kerumunan itu tertuju pada sebuah panggung kayu yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Di atas sana, seorang anak kecil dikurung di sangkar yang bahkan lebih mungil daripada tong air. Mulut dan tangannya diikat, dan anak kecil itu hanya bisa menangis.

Meskipun sudah sering mendengarnya, tapi ini pertama kalinya Ruby melihat pelelangan manusia secara langsung.

Menjijikkan.

Dimana hati nurani mereka semua?

Langkah Ruby menjadi berat setelah menyaksikan pelelangan itu. Pemandangan itu membuka dunia baru bagi Ruby, suatu hal yang tidak pernah dibayangkannya.

"Tuan Putri." Teguran dari Vladimir menyadarkannya. Ruby berkedip beberapa kali, mendapati mata perak Vladimir menatapnya tegas. "Ayo."

Ruby yakin, Vladimir bukannya tidak bersimpati. Keadaan yang dialami oleh Ruby memang darurat dan mereka harus menemukan orangtua Ruby secepatnya. Rasa penasaran Ruby kembali bangkit, tetapi dia tidak mungkin mempertaruhkan semuanya untuk mengenyangkan keingintahuannya. 

Jika ia tahu bahwa dirinya akan kembali memutar waktu, dia pasti akan memilih untuk keluar dari tempat persembunyian hanya untuk mengetahui apa yang terjadi. Itu berisiko, tapi Vladimir bilang bahwa Ruby bisa melakukan ilusi jika nyawanya dalam bahaya, kan?

Sekarang, jika Ruby sudah menemukan kedua orangtuanya, apakah dia harus menceritakan kejadian yang sudah menjadi ilusi itu? Apakah harus mengajak mereka berdua kabur? Ruby bahkan tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Vlade ... setelah ini, aku harus apa?"

"Apapun yang ingin Anda lakukan, saya akan berusaha membantu," jawabnya.

Sesuai dugaan Ruby, Vladimir bergerak ke arah tempat dimana basecamp bangsawan ditentukan. Langkahnya menjadi ragu-ragu, menyadari ada banyak penjaga camp yang mengawasi tenda-tenda. Pandangan Vladimir mengarah ke salah satu tenda yang paling besar di antara tenda-tenda lainnya.

"Mereka ada di dalam sana?" tanya Ruby.

"Tadinya begitu, akan saya periksa kembali. Tuan Putri tunggu dulu di sini, sampai saya kembali," sahut Vladimir. 

Ruby hanya bisa menunggu Vladimir yang berjalan ke arah tenda terbesar, melewati banyak penjaga camp yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya. Sejauh yang Ruby ingat, hanya dirinya yang bisa melihat dan bersentuhan dengan Vladimir.

Sejujurnya, semua ini masih terasa sangat aneh bagi Ruby. Sejak dia menemukan pintu rahasia di kolong ranjangnya, banyak hal aneh yang terjadi. Ruby tidak bisa berhenti mempertanyakan eksistensi sebenarnya tentang dirinya atau Vladimir. Dua hal itu sama-sama misterius.

Namun ada satu hal yang Ruby sadari setelah ia membuat ilusi beberapa kali. Ketika ilusi itu menjadi kenyataan, ia tidak benar-benar bisa mengontrolnya sesuai keinginannya. Pergerakan api dari lampu minyak yang dibuatnya, misalnya.

Vladimir mungkin hanyalah ilusi yang ia buat dan kemungkinan itu cukup besar.

Meskipun tahu soal kemungkinan itu, Ruby tetap saja merasa tidak siap.

"Hei! Siapa di sana?!"

Suara bentakan yang ia dengar dari arah lain, membuat Ruby buru-buru mencari tempat persembunyian. Ruby tidak merasakan ada yang mendekat ke arahnya, tetapi ia merasa seperti habis tertangkap basah. Sembari mencoba mengobservasi apa yang mungkin terjadi, gadis itu menatap sekitaran dengan gelisah, menunggu kembalinya Vladimir.

Beberapa penjaga basecamp berkumpul di satu titik yang cukup dekat dengan keberadaan Ruby, sehingga gadis itu berjongkok berharap tak ditemukan. Ia juga melihat ada beberapa bangswan yang berpakaian glamor, keluar dari tenda setelah mendengar adanya keributan di luar.

"Ada apa!?" tanya salah satu bangsawan itu dengan nada ketus.

"Maaf mengganggu kenyamanan Tuan, tapi sepertinya ada yang mencoba menyusup masuk ke dalam camp. Akan saya pastikan serangga-serangga itu tidak terlihat di hadapan Anda, Tuan."

"Kalau sampai aku melihat para rendahan itu, atau mencium aroma busuk mereka, siap-siap saja kalian." Bangsawan itu memberikan isyarat telunjuk menggorok leher, sebelum akhirnya masuk kembali ke tenda-nya dengan langkah angkuh. 

Sikap para bangsawan itu juga sama rendahnya dengan penyelenggara pelelangan manusia tadi. Ruby agak menyesal pernah penasaran dengan moral dan etika yang mereka junjung tinggi, menurut buku yang dibacanya. Bahkan isi buku tak selamanya benar dan sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya di depan matanya saat ini.

Ruby melihat para penjaga camp berpencar di segala arah. Ada juga beberapa yang masih menetap di camp dan berjaga ke arah lain.

Ketika Ruby pikir ini waktu yang tepat untuk berpindah tempat persembunyiannya, ia melihat seseorang keluar dari semak-semak. Wajah yang familier, membuat Ruby refleks keluar dari tempat persembunyiannya, bersitatap dengan pemilik manik perak itu.

"Sejak kapan kau ada di sana?" tanya Ruby.

Anehnya, alih-alih menjawabnya, Vladimir menatapnya agak lama. Pemuda itu berjalan menghampirinya dengan hati-hati, membuat Ruby benar-benar keheranan dan bertanya-tanya.

"Vlade...?"

Ruby tidak tahu apa yang Vladimir pikirkan saat ini, tetapi Ruby merasakan ada beberapa hal yang berbeda dari Vladimir. Ruby juga tidak terlalu ingat dengan detailnya, tetapi sepertinya memang ada sesuatu yang berubah. Cara Vladimir menatapnya juga berbeda, sehingga Ruby hanya diam di tempat ia berdiri, menunggu pemuda itu mendekat.

Tanpa bisa Ruby duga, Vladimir mengeluarkan pedangnya, mengarahkannya ke arah Ruby. Tentu saja Ruby bingung, apa yang akan dilakukan Vladimir dengan pedang ilusi itu?

"Vlade, apa yang kau—"

Belum sempat Ruby menyelesaikan kata-katanya, suara langkah kaki yang ramai mendekat dan terdengar dari belakangnya. Ruby mengalihkan pandangannya ke sumber suara, mendapati sudah ada banyak pengawas camp yang mengepunginya dari sana.

"Siapa kau?!"

Ruby masih bungkam, menyadari bahwa dirinya telah tertangkap basah. Ia terlalu gegabah. Ia mencoba menenangkan diri. Kapanpun Ruby mau, jika dia memang menginginkannya, ia bisa mengubah semuanya menjadi ilusi. Apapun itu, semuanya bisa menjadi ilusi. Bagaimanapun juga, meski ia adalah putri yang terbuang dari Negeri Ilusi, ia memiliki kekuatan ilusi. Itu yang terus diyakininya.

Semuanya semakin janggal saat Ruby melihat bagaimana tatapan mereka semua bukan hanya tertuju kepadanya, tapi juga ke arah Vladimir.

Tunggu, mereka bisa melihat Vladimir?

Ketika Ruby memastikan bahwa mereka memang melihat Vladimir, ia melihat bagaimana pemuda itu melemparkan tatapan tajam dengan mata peraknya—bukan sesuatu yang pernah dilihatnya. Itu hal yang baru. Vladimir benar-benar tampak begitu berbeda dengan biasanya.

Salah satu pengawas camp mengeluarkan pedangnya, mengarahkannya ke arah Ruby dan Vladimir. Tatapannya tampak murka, tidak rela diacuhkan begitu saja.

Namun, suara laga gesekan besi terdengar nyaring. Vladimir mampu menahan serangannya, membuat Ruby terkesima selama beberapa saat. Serangan itu membuat pengawas camp itu terjatuh di lantai, membuat yang lain tidak berani berinisiasi memulai laga pedang. Ruby juga melihat ada darah yang mengalir dari pengawas camp itu. Entahlah dia hanya terluka atau mungkin sudah tiada. 

Ia tidak salah menduga, mereka memang bisa melihat Vladimir dan kini pedang ilusinya itu tidak lagi menembus. Sejenak, Ruby ingat dengan perkataan Vladimir tentang kekuatan ilusi yang juga mampu membuat pedang itu mampu bekerja sebagaimana mestinya, jika Ruby memang menginginkannya. Masalahnya, ia tidak ingat telah menginginkan hal keji seperti itu secara sadar. Ketakutan mengepunginya.

Apakah ini efek kekuatan ilusinya?

Ini terlalu mengerikan.

"Ada keributan apa ini?!"

Akibat dari kericuhan itu, para bangsawan keluar dari tenda. Mereka semakin terkepung dan tidak ada jalan keluar yang aman. Ruby pikir, ini adalah waktu yang tepat untuk menggunakan kekuatannya.

Kekuatan ilusi, bekerjalah!

Para bangsawan berpakaian mewah itu sudah melangkah mendekat, tapi tidak ada tanda-tanda kekuatan ilusinya akan bekerja. Di saat-saat genting seperti ini, hanya dari kekuatan itulah yang bisa diharapkannya.

"Apa kalian terlalu menikmati pesta, sampai tidak bisa mengenaliku?"

Pertanyaan dari Vladimir membuat keheningan panjang. Ruby yang tadinya memikirkan cara untuk meloloskan diri dari situasi ini juga ikut terbungkam.

Vladimir mengenal para bangsawan angkuh ini?

Saat ia tengah menunggu jawaban, tiba-tiba langkah kaki para bangsawan menghentak secara serentak. Mereka juga menepuk bahu mereka secara bersamaan. Kepala mereka membungkuk hormat ke arahnya, tetapi ini aneh ..., sangat aneh.

Sangat aneh.

Mengapa mereka harus melakukan itu?

"Mentari silau, Purnama berpijar. Semoga Kerajaan Kilau senantiasa bersinar," ucap mereka semua serentak.

Ruby membatu, tidak berani mengalihkan pandangannya dari apapun selain bangswan-bangsawan yang kini memberikan penghormatan di depannya. Ia hanya bisa mendengar suara gesekan besi, tanda Vladimir telah mengembalikan pedangnya kembali ke sarungnya.

Pertanyaannya, mengapa mereka mengatakan hal-hal seperti itu? Mengapa bangsawan-bangsawan yang sombong dan tak berhati nurani itu sampai tunduk seperti itu?

Siapa sebenarnya

"Apa yang Anda lakukan di tempat seperti ini, Pangeran Mahkota?"

Mata Ruby membulat. Secara refleks, ia menolehkan pandangannya ke arah Vladimir. Pemuda bermata perak itu juga melirik ke arahnya di saat bersamaan, mengabaikan raut terkejut yang Ruby lemparkan untuknya.

Apakah selama ini semuanya hanya kebohongan?

"Aku mendengar tentang pelelangan manusia di tempat ini. Aku harus tahu biadab mana yang mengusung ide ini."

Semua bangsawan di depannya hanya diam. Suara Vladimir terdengar dingin, berbeda dengan biasanya. Ruby menolak percaya bahwa dia adalah Vladimir yang dikenalnya, karena Vladimir yang ia kenal tidak akan—

Tiba-tiba saja Vladimir menangkup kedua pipi Ruby dengan satu tangannya, memaksa Ruby menatap ke arahnya. "Mengapa kau terlihat kaget begitu?" tanyanya.

Vladimir yang ia kenal tidak akan melakukan hal seperti ini. Kan?

Kau bukan Vladimir, kan?

Disaat  Ruby menghabiskan waktunya untuk menatapnya agak lama, Ruby baru menyadarinya. Wajahnya memang mirip dengan Vladimir, tetapi mereka hanya mirip. Dan dia bukan Vladimir.

Itu cukup melegakan untuk beberapa saat, karena kini Ruby menyadari hal terburuknya. Ruby ditemukan oleh Pangeran Mahkota Kerajaan Kilau yang merupakan musuh dari Kerajaan Ilusi. Di mana saat ini Ruby adalah satu-satunya keturunan Ilusi yang masih hidup. Keberaniannya pudar, tatapan dari para bangsawan seolah tengah mengoloknya. Mereka berhasil menangkapnya.

Apa lagi yang lebih buruk daripada ini?

Kekuatan ilusi, bekerjalah! Biarkan semua ini menjadi ilusi, kumohon!

"Tuan Putri!"

Di tengah harapannya agar segalanya menjadi ilusi, ia mendengarkan suara Vladimir yang memanggilnya. Itu jelas bukan dari seseorang di depannya, karena bibirnya masih mengatup rapat mengobservasi Ruby seolah melihat barang antik.

Dimana Vladimir?

Ruby berusaha menengok ke sumber suara, tetapi ia tidak bisa menengok ke arah manapun selain Pangeran Mahkota di depannya. Melihat perhatian mereka yang masih terkunci kepadanya, sepertinya mereka tidak bisa melihat keberadaan Vladimir.

Vladimir kini sudah berdiri di sampingnya. Berdiri berdekatan dengan Pangeran Mahkota membuat perbedaan keduanya menjadi lebih jelas.

"Tuan Putri, gunakan kekuatan ilusi Anda!" ucap Vladimir. 

Hal terburuknya, Ruby sudah mencobanya, tetapi ilusi tak kunjung menyelamatkannya dari keadaan ini. Kekuatan Ilusi mengkhianatinya, Ruby masih ada di masa yang sama, menunggu apa yang mungkin menjadi akhir penglihatannya.

Tidak bisa.

"Izin interupsi, Yang Mulia Pangeran Lakeswara."—Nama mereka berbeda. Benar, dia bukan Vladimir—"Mohon maaf atas kelancangan saya. Saya pernah mendengar tentang pemilik mata merah menurut dongeng di tempat ini."

"Lanjutkan," ucap Pangeran Lakeswara.

"Ada sebuah Kerajaan tak kasat mata yang bernama Kerajaan Ilusi, dimana semua pemegang kekuatannya memiliki mata berwarna merah. Dengan kata lain, gadis ini adalah Pemegang Ilusi. Jika disamakan dengan Kerajaan Kilau yang semua pemegang kekuatannya merupakan keturunan kerajaan yang memiliki mata berwarna perak, gadis ini mungkin adalah keturunan Kerajaan Ilusi."

Semua yang bermata perak ...,

Tapi, Vladimir juga bermata perak.

"Kalau begitu, apa yang dilakukan oleh seorang Putri Ilusi di tempat seperti ini?"

Pangeran Lakeswara, dengan mata peraknya yang dingin, menanyakan itu kepada Ruby.

***TBC***

Rabu, 28 Februari 2024

Cindyana's Note

Apakah kalian ingat dengan kutukan chapter ke-16 di ADK? Wkwkwkwk, tada!

Siapa sebenarnya Vladimir? Apakah dia ilusi? Apakah dia juga dari Kerajaan Kilau? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Ruby mengalami ilusi-ilusi yang aneh sejak bertemu dengan Vladimir?

Pertanyaan kalian yang sama dengan Ruby akan terjawab di next chapter!  Uyey!

1900an kata for you! Maaf updatenya agak lama. Seperti biasa, jika itu core chapter, aku nulisnya agak lambat karena krusial dan harus teliti. Aku akan berusaha update rutin untuk cerita ini <3

Aku hanya berharap pace cerita ini enggak terlalu lambat, karena aku beneran pengen segera kelarin cerita ini.

Dan seperti yang sudah kujelaskan entah di chapter berapa, aku tidak tahu apakah kalian akan suka dengan cerita ini atau tidak, tapi cerita ini akan tetap kutulis sampai selesai, karena AKU SUKAK! Tentu kalian ingat dengan alasan mengapa ADK yang trilogi berubah menjadi tetralogi, kan?

Oke, karena ini sudah pagi (jam 2), might be as well aku harus bobok.

See you again so soon!

CAO!
Love, Cindyana / Prythalize

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro