Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15

Ruby tidak tahu berapa lama dirinya berada di balik pintu rahasia. Yang pasti, sampai saat ini Vladimir masih berada di sisinya, menunggu suara langkah kaki di atas mereka menghilang.

Iya, suara langkah kaki yang ramai itu masih terdengar. Ruby tidak mengerti mengapa siapapun yang datang itu tidak kunjung pergi meskipun mereka sudah menerobos dan memeriksa seluruh isi rumahnya.

Ada banyak pertanyaan yang mengusik Ruby. Siapa orang-orang yang datang? Apa yang mereka inginkan? Mengapa mereka tidak kunjung pergi? Kapan orangtuanya akan kembali? Bagaimana reaksi mereka ketika mengetahui dirinya sudah menghilang cukup lama?

Di tempat yang tidak pernah Ruby tahu ada, ditemani oleh seorang pemuda misterius dan sebuah lampu minyak, Ruby mencoba melirik ujung kegelapan yang seperti terus memanggilnya. Ujung lain dari jalur rahasia ini, jalur yang selalu membuat Ruby bertanya-tanya sejak ia menemukan tempat ini. Ujung tempat Vladimir datang, mungkin adalah jalan menuju Kerajaan Ilusi.

Vladimir bukan seseorang yang canggung dengan keheningan. Pemuda itu hanya memperhatikan pergerakan api dalam lampu minyak, sesekali memeriksa Ruby yang berusaha tidak memperlihatkan kecanggungannya. Untungnya, suara langkah kaki yang ramai di atas sana sudah tidak lagi membuatnya merasa terancam, karena sejauh ini belum ada tanda-tanda keberadaan mereka akan ditemukan.

Saat pandangan mereka tak sengaja bertemu lagi, Vladimir memberikan pertanyaan yang sepertinya sudah ditahannya sedaritadi.

"Apakah Tuan Putri takut dengan api?" tanyanya.

"Api ... secara umum? Kupikir semua orang takut dengan api."

Ruby mengkritisi pertanyaan itu dengan serius, menatap pergerakan api di dalam lampu minyak dengan serius. Secara teknis, lampu minyak itu adalah ilusi buatannya, tetapi Ruby kini sadar bahwa kini pergerakan api itu memang terjadi sebagaimana mestinya dan secara natural, tanpa ada campur tangan keinginan atau di bawah kontrolnya.

"Tapi dipikir-pikir lagi, sepertinya berada di dalam kegelapan jauh lebih menakutkan," tambah Ruby.

"Benar," gumam Vladimir sambil menghela napas.

"Apa kau takut dengan kegelapan?"

"Saya tidak suka. Anda tidak akan tahu apa yang mungkin menyerang di dalam kegelapan," jawab Vladimir.

Oh, berarti kau takut gelap. Ruby jadi merasa bersalah karena pernah membiarkan Vladimir dalam kegelapan. Hal terburuknya lagi, saat ini Vladimir tidak seharusnya berada di sini. Ia tidak terlihat dan seharusnya bisa menemui cahaya yang menenangkan di atas sana, tetapi Vladimir terpaksa berada di sini karena harus menemaninya.

"Apa kau sudah membaca pesan rahasia yang kutulis tadi?" tanya Ruby.

Vladimir merespons dengan anggukan.

"Apa isinya?"

"Kurang lebih, isinya tentang apa yang terjadi di Kerajaan Ilusi," jawab Vladimir.

Ruby penasaran! Namun jika Ruby bertanya lebih jauh, apakah Vladimir akan berprasangka bahwa Ruby punya sedikit ketertarikan untuk kembali ke Kerajaan Ilusi? Gadis itu tidak bisa membohongi keingintahuan yang dimilikinya, dia juga ingin tahu tentang Kerajaan Ilusi dan bagaimana kehidupan di sana, tapi Ruby tidak ingin kembali.

"Oh." Maka Ruby hanya bisa membalas sepatah kata pendek itu, seolah tidak tertarik.

Sepertinya Vladimir juga bukan tipikal yang berbicara jika Ruby tidak menanyakannya, karena pembicaraan itu benar-benar berhenti sampai di sana.

Suara langkah kaki di atas mereka masih terdengar jelas. Ruby hanya bisa menghela napas, lelah menunggu. Vladimir bahkan sudah tidak lagi memeriksa keadaan di atas sana, karena tidak ada yang jauh berubah, mereka masih terus mencari dan tidak ada tanda-tanda akan pergi.

"Apa yang akan terjadi kalau kita pergi ke sana? Apakah kita bisa menemukan jalan keluar?" Ruby bertanya sembari menunjuk ke kegelapan.

"Iya, dan kita akan kembali ke Kerajaan Ilusi," jawab Vladimir dengan singkat.

Tebakan Ruby benar. Ruby tidak tahu bagaimana jalan pikiran Vladimir, tetapi di saat seperti ini, Vladimir seharusnya bisa mengatakan kebohongan, memberikan Ruby kebohongan hanya agar Ruby mengikutinya ke Kerajaan Ilusi.

Namun, Vladimir tidak melakukannya, terlepas dari tujuan utama kedatangannya kemari. Ruby tidak tahu apakah ia harus tersentuh dengan sikap Vladimir, atau justru semakin bertanya-tanya dalam kebingungan. Ruby dan keingintahuan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Sejak kedatangan Vladimir di pintu rahasia kolong ranjangnya, Ruby tidak pernah berhenti terheran-heran.

"Kau tidak akan memaksaku kembali ke Kerajaan Ilusi?" tanya Ruby.

Meskipun dalam keremangan, Ruby bisa melihat jelas ekspresi penasaran yang terlihat di wajah pemuda itu. "Anda ingin dipaksa, Tuan Putri?"

Ruby yang mendengarkan pertanyaan mengerikan dengan nada datar seperti itu, langsung menggeleng cepat. "Tidak, tidak, maksudku ..., tidak akan sulit bagimu untuk membawaku kembali ke Kerajaan Ilusi, kan?"

"Tapi, Anda tidak menginginkannya."

Kembali ke Kerajaan Ilusi akan menjadi opsi terakhir dalam hidupnya. Selain karena Ruby merasa terkhianati karena telah dibuang, Ruby masih ingin terus bersama dengan kedua orangtuanya.

"Aku tidak mengerti, mengapa mereka sampai menerobos masuk ke rumah?"

"Orang-orang itu mencari Anda."

"Dan mengapa mereka mencariku?" tanya Ruby.

Pemuda itu tidak menjawab. Benar juga, mengapa pula Ruby menanyakan ini kepada seseorang yang bahkan tidak tahu apapun tentang tempat ini selain Kerajaan Ilusi?

Ruby tidak ingat dirinya memiliki musuh. Baiklah, mungkin ada, karena warga desa membencinya dan menganggapnya aib desa, tapi apakah mungkin mereka akan melakukan hal seperti itu di acara festival besar seperti ini? Sepertinya tidak mungkin, karena mereka punya banyak kesempatan, jika mereka memang menginginkannya. 

Apakah bangsawan Kerajaan Kilau? Ruby juga tidak dapat menemukan alasan pastinya. Vladimir mengatakan bahwa Kerajaan Ilusi di ambang kehancuran karena Kerajaan Kilau ingin menemukan pemegang ilusi. Namun, kalau memang mereka ingin menemukannya, bukankah seharusnya mereka mencarinya dari dulu? Atau informasi tentang dirinya baru menyebar hari ini?

Ini benar-benar membingungkannya.

Kini, keheningan menyelimuti tempat itu lagi. Ruby mencoba memejamkan mata, berharap waktu akan berlalu dengan cepat jika dirinya tertidur. Harapannya sederhana; mungkin saja orang-orang yang ada di atas sana sudah pergi begitu dirinya terbangun.

Dalam pandangannya, penerangan di lampu minyak kini semakin meredup, menghitam, menyisakan kegelapan bersamaan dengan hilangnya kesadaran Ruby. Langkah-langkah kaki yang menghentak di atas sana juga semakin jauh, dan lama-lama mengheningkan segalanya.

.

.

.

Ketika Ruby membuka kembali matanya, ia menemukan dirinya berada di kamarnya. Ia berbaring di atas ranjangnya. Cahaya matahari yang hangat mencoba menerobos masuk melewati celah tirai dan suara riuh dari luar rumah yang familier terdengar begitu ramai.

Mungkin Vladimir membawanya kembali setelah orang-orang itu pergi, begitu pikirnya.

Ruby menjelajah kembali rumahnya seperti yang ia lakukan kemarin, mendapati dirinya hanya seorang diri di dalam rumah itu. Tanpa kedua orangtuanya, tanpa Vladimir.

Hanya berbekal firasat buruk itu saja, Ruby melangkahkan kakinya menuju meja makan, mendapati makanan yang sama masih tersaji di atas piring. Gadis itu berdiri membatu di tempat, merenungi kejadian yang menimpanya di antara musik-musik yang heboh dari luar.

Apakah dia mengulang hari yang sama lagi?

Di saat bersamaan, Vladimir menembusi pintu masuk. Ekspresi wajahnya sedikit menegang ketika dia bersitatap kembali dengan Ruby. Pemuda itu seharusnya juga menyadari adanya pengulangan. Masalahnya, Ruby kini disuguhi berbagai macam keheranan yang bersatu.

Yang mana yang kenyataan? Yang mana yang ilusi?

"Bagaimana, Tuan Putri?" tanya Vladimir.

"Apanya?" tanya Ruby balik.

"Mau keluar dari sini?"

Tanpa berpikir panjang, Ruby mengangguk. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi. Jika mereka menghabiskan waktu terlalu lama, orang-orang itu akan datang.

"Aku ... ingin mencari kedua orangtuaku," ucap Ruby.

Tapi itu mungkin tidak akan mudah, mengingat mereka harus mencari dua orang di antara ratusan orang yang ada di festival penyambutan bangsawan. Menurut penjelasan Vladimir, keduanya diminta untuk menghadap bangsawan yang berniat untuk membeli sesuatu. Jadi, Ruby mungkin harus mempersiapkan kemungkinan bahwa dia akan menembus area camp bangsawan yang memang dijaga sangat ketat.

Skenario buruk juga sudah mengalir di kepala gadis itu. Jika ia tertangkap, mereka bisa saja menganggapnya sebagai mata-mata atau pembunuh bayaran.

"Saya tahu dimana mereka berada. Dengan kekuatan ilusi milik Tuan Putri, kita pasti bisa menemukan mereka." Vladimir meyakinkannya.

Dengan kekuatan ilusi yang memang dimiliki Ruby, tidak sulit baginya untuk membuat sebuah kunci menjadi kenyataan.

Ruby belum pernah kabur dari rumahnya sendiri, bahkan belum pernah terlintas di pemikirannya sedikitpun. Jadi, ketika ia membuka pintu rumahnya dan menemukan kebebasan, ia sedikit ragu untuk melangkah maju.

Vladimir tampaknya tahu dengan kegelisahan Ruby. Pemuda itu sudah keluar dan menjadi pemandangan yang paling bersahabat selain teriknya matahari saat itu. Ia mengulurkan tangannya ke arah Ruby, seperti memberikan keberanian agar Ruby bisa bergerak maju.

"Ayo, Tuan Putri."

Ilusi atau tidak, Ruby memantapkan hatinya untuk melangkah maju, menemukan hal yang ingin dicarinya.

Ruby menerima uluran tangannya dan bersama Vladimir, dia keluar dari satu-satunya tempat ternyaman yang dimilikinya.

***TBC***

Jumat, 23 Februari 2024

Cindyana's Note

How to kill time when I'm bored: update ETHEREAL, ah!

JUJUR AKU PAS NGETIK INI KEK—IH APAAN SIH BOSAN BANGET. TAPI, KUHARAP KALIAN ENGGAK BOSAN YA, SAMA CERITA INI!

Ingat! Jika ingin membaca cerita Prythalize, yang paling penting apaaaaaa? Betuuuulll, yang paling penting adalah sabar. [[bukan sabar nunggu update, tapi sabar nunggu alurnya gerak]] //sabar nunggu update juga si, eheh.

Aku sudah membaca banyak komentar kalian dan akuuuuu—agak khawatir kalian terlalu ngeeeeeng jauh sama masalah utama cerita ini, ahaha. Mungkin aku terlalu banyak melatih kalian dengan cerita-cerita berplotline miring (?) maafkan diri iniiii.

Lama kelamaan setelah meninjau ulang cerita semua ADK, aku menyadari dinamis 1-3, dimana ADK 1 terlalu cetek, ADK 2 mayan cetek, dan ADK 3 terlalu sadis (?). Mungkin kalian bingung apakah ADK 4 ini akan lebih parah lagi atau justru agak chill. Setelah kalian sampai di chapter ini, menurut kalian bagaimana?

Prediksi chapter:
Jika aku nggak kebanyakan ngang ngeng ngong, cerita ini bisa tamat di chapter 30, tapi karena kayaknya aku bakal ngang-ngeng-ngong-hah-heh-hoh, jadi kayaknya bakal over 30 dikit.

Aku sudah membuat latar belakang masalah cerita ini dan membutuhkan sekitar 2500 kata, termasuk yang sudah kutulis perhari ini. Kalau menurutku, ceritanyaaaaaaaa nggak separah ADK 3 yang sampe mainin paradox gitu sih. Tapi, aku bakal butuh pendapat kalian lagi nanti setelah seri ADK selesai. ehehe. 

Sebuah fun fact yang tidak penting: hari ini adalah hari ulangtahun adikku yang lain. Yang mana halnya akan menjadi salah satu tanggal ulangtahun karakterku di LFS. Dan yang ulangtahun di tanggal hari ini adalah Riryn! Yay!

Aku masih excited membicarakan LFS. Kayaknya terlalu sayang, sampai-sampai semua tawaran cetak untu Air Train dan Red String harus kutolak sampai setidaknya aku menyelesaikan LFS 4. It's still long way to go sih, tapi yaaaaa, semoga saja suatu hari nanti aku bisa dengan sombongnya memamerkan bahwa aku punya pentalogy se-universe!

Cerita ANOTHER DIMENSION KINGDOM, seperti yang kita semua tahu, bukan cerita spin off atau sequel, tapi stand alone.

MAAFKAN AKU BANYAK BACOT, karena AKU KANGEN KANGEN KANGEN KANGEN BANGET buat ngobrol lebih banyak di AUTHOR NOTE.

Aku bakal lebih batasin diri juga agar jangan terlalu banyak spill spall spill, agar aku punya keinginan untuk nulis author note lagi dalam waktu dekat.

HOPE IT WORKS YAAA, aku akan coba lanjut ngetik lagiiiiiiii

Gile, bacotan di author note aja mau 300an, paus, paus.

See youuuu~~~

Big love,
Cindyana / Prythalize

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro