Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 | CHEMISTRY

Mau tahu apa yang paling mahal? Waktu, kesempatan, kepercayaan, menghargai, maaf dan terima kasih. Simpel, tapi tidak semua orang bisa melakukannya

____SAMBUNG RASA___

Sagara memahami, bahwa, kebanyakan hubungan dibangun dari kejadian klise, dekat, akrab, dan hal selanjutnya yang terjadi adalah jatuh cinta. Dia tidak akan menampik jika pernah merasa ada di fase itu. Sagara cukup tahu rasanya deg-degan ketika bersinggungan dengan lawan jenis yang menarik hati, menciptakan gelenyar-gelenyar aneh di aliran darah. Namun, dia juga tahu, beberapa lagi sebuah hubungan terbentuk atas dorongan atau sebuah kesepakatan, perjodohan misalnya. Hubungan jenis ini kadang membutuhkan effort lebih, butuh diusahakan untuk membangun rasa. Menggunakan formula yang selama ini Sagara percaya sebagai implementasi diri paling mahal. Waktu, kesempatan, kepercayaan, menghargai, tak segan meminta maaf serta merapal terima kasih.

Yang kedua memang tengah Sagara usahakan. Mengenal Shila dalam waktu singkat, lalu memutuskan untuk mengkhitbah gadis itu, bukan perkara main-main bagi Sagara. Dia percaya waktu dan kesempatan telah Allah berikan, maka tidak akan disia-siakan. Walau pada akhirnya dia harus menghargai keputusan Shila yang belakangan meragu dan ingin mundur. 

Dia laki-laki, dan seorang laki-laki yang dipegang adalah janjinya. Janji untuk menjadikan Shila pelabuhan terkahir saat sang gadis halal untuknya nanti. Semua sedang Sagara perjuangkan, tetapi, di tengah langkah, niat itu goyah, bukan karena ada yang kedua, justru langkahnya tertahan karena Shila terang-terangan menyatakan belum siap menikah. Belum siap menyandang status baru sebagai istri. Gadis itu juga menyatakan jika kemarin menerima pinangan Sagara semata sebagai bentuk bakti pada papanya.

Ini tidak bisa diteruskan. Meskipun Shila menyatakan ulang, dia telah siap dan ingin meneruskan rencana pernikahan, tetapi bagi Sagara situasinya sudah berbeda. Dia tidak akan pernah mau memulai hubungan dengan perempuan yang tidak ridha pada kehadirannya. Sagara bukan tipe pemaksa, egois yang semua keinginannya harus didapatkan. Lelaki berbadan tegap itu memang ingin sekali menamatkan masa lajang, tetapi tak lantas membikin Sagara grasah-grusuh dalam mengambil keputusan. Saat ingin melamar Shila saja, Sagara harus melewati banyak renungan lebih dulu. Berpikir seribu kali, minta petunjuk lewat salat istikharah.

"Turunlah Shila, istirahatlah, kita akan bicara lagi besok atau lain waktu. Tenangkan pikiran kamu, jangan diambil beban. Yang terjadi biarlah terjadi, dan saya minta maaf kalau ada kalimat saya yang tak sengaja menyakiti kamu." Sagara berkata lembut tanpa menatap mata lawan bicaranya.

Suara susutan hidung disertai gerakan mengusap wajah. Ashila mengosongkan udara di paru-paru, kemudian menjawab kata-kata Sagara, "Mas Saga enggak salah," sahutnya singkat.

Sagara menoleh sepintas. Lewat lirikan mata sekilas dia bisa menangkap wajah Shila yang sembap karena kelamaan menangis. "Sekarang bukan waktunya mencari siapa yang salah dan benar, Shila. Saya sangat bisa menerima keputusan kamu untuk membatalkan pernikahan kita. Wallahi, tidak ada dendam atau kecewa, karena saya tahu, pemilik hati manusia mutlak hanya Allah. Saya sudah mengusahakan yang paling baik, kalau pun kita gagal melangkah ke jenjang pernikahan, tidak ada sesal sama sekali. Karena apa yang menurut kita baik, belum tentu menurut Allah juga baik. Dia, Rabb kita, sebaik-baiknya pembuat rencana."

Shila membalasnya dengan senyum dan anggukan.
"Makasih Mas Saga udah mau memahami aku. Jujur aku memang ragu dengan rencana pernikahan ini, Mas." Mengabaikan seruan Sagara agar Shila segera turun dan istirahat, gadis itu masih bertahan di dalam mobil. Punggungnya meluruh pada sandaran dengan mata menatap rimbunnya daun palem yang ada di depannya.

"Saya hargai kejujuran kamu, Shila." Bagi Sagara lebih baik jujur di awal daripada sudah terlanjur melangkah jauh tapi nanti di tengah jalan ingin berhenti. "Istirahatlah Shila, kita bicara lagi besok, setelah pikiran kamu tenang," seru Sagara lagi. Tak ada bantahan, Shila mengangguk, sejurus pamit dan turun. Sagara perhatikan jejak langkah Shila sampa gadis itu menghilang dari pandangan, baru Sagara melajukan kendaraannya.

___

"Pak Saga, ada meeting dengan perwakilan Rahayu Semesta, siang ini after lunch." Lamunan Sagara segera teralihkan oleh suara asistennya. Perempuan empat puluh tahunan itu menginformasikan bahwa sebentar lagi Sagara harus menghadiri pertemuan dengan calon partner bisnis. Lelaki yang mengenakan setelan jas abu-abu itu mengangguk, lantas merapal terima kasih sudah diingatkan. Beberapa menit Sagara memang larut dalam pikirannya sendiri. Permasalahan hubungannya dengan Ashila memang sangat menyita otak. Sagara harus menggali cara, bagaimana nanti menyampaikan kabar batalnya pernikahan pada mama dan papanya. Tipikal Sagara yang harus mengatakan semua hal dengan jujur tanpa ada ditutupi, walau kejujuran itu sangat menyakitkan, makanya dia menimbang waktu dan kalimat yang tepat untuk memulai bicara pada mamanya nanti.

"Terima kasih sudah diingatkan Bu Fitri. Saya siap-siap dulu." Sagara berkata seraya melirik arloji di tangan. Pukul 12.00, jam istirahat siang sudah di depan mata. Artinya sebentar lagi dia harus meluncur ke salah satu lobi hotel untuk bertemu dengan calon partner bisnis. Mengemban tanggung jawab sebagai manager operasional PT Sagara Kelola Laut - perusahan food and beverage rintisan papanya, saat ini akan mengepakkan sayap ke lini lain. Jika biasanya hanya menjadi produsen dan pemasok bahan makanan laut, sekarang PT Sagara Kelola Laut berencana melaunching brand baru berupa produk olahan makanan bersumber dari hasil laut.

Kesuksesan sebuah perusahaan tidak lepas dari fungsi-fungsi pendukung jalannya perusahaan. Salah satunya manager operasional. Departemen yang dipimpin oleh Sagara Dhaniswara. Tugasnya untuk memastikan hal-hal yang berkaitan dengan produksi, mengorganisir arus barang, informasi dan keseluruhan rantai pasok produk perusahaan.

Siang ini Sagara ada janji pertemuan dengan CMO dari Rahayu Semesta. Perusahan maklon yang digadang akan menjadi partner kerjasama andai kesepakatan dikukuhkan siang ini.

Sagara beranjak usai memastikan semua berkas yang dibutuhkan untuk meeting telah lengkap. Langkahnya berderap keluar ruangan. Tempat pertama yang dijangkau adalah kubikel asistennya.

"Bu Fitri, biar saya sendiri yang berangkat meeting, tidak perlu ditemani." Sagara menginformasikan. Perempuan yang duduk di kubikel itu merespons dengan anggukan patuh.

"Baik Pak Saga."

Sagara mengayun langkah menuju parkiran. Absen menggunakan mobil kantor, dia lebih suka menyetir sendiri saat ada meeting di luar. Jarak kantor dan tempat meeting yang telah disepakati tak terlalu jauh. Sagara hanya butuh waktu lima belas menit untuk sampai ke tempat janji temu dengan kolega.

Kakinya berderap menyambangi lobi sebuah hotel. Lebih tepatnya area restoran yang terdapat di dalam lobi. Mata Sagara memindai tempatnya berjejak, mencari meja nomor 20 yang telah diservasi oleh asistennya. Ketemu. Meja yang berada di sisi dinding kaca telah ditempati dua orang. Masing-masing laki-laki dan perempuan. Sagara segera memagkas jarak dengan tempat tujuan. Sepanjang langkah matanya terus memperhatikan sosok perempuan yang duduk menyamping dari arahnya melangkah. Perempuan yang mengenakan blazer cokelat dipadu pasmina hitam itu seperti tak asing di mata Sagara.

"Selamat siang, maaf saya sedikit tel---at...." Rapal Sagara terbata ketika matanya bersinggungan dengan sosok perempuan berblazer cokelat. Perempuan itu tersenyum kikuk seraya berdiri dan sedikit membungkuk sebagai sambutan.

"Loh, Lea?" Sagara masih sedikit terperanjat bertemu dengan Lea di tempat meeting.

"Mas Saga dari Sagara Kelola Laut?" Tanya berbalas tanya. Lea juga sama terkejutnya. Sagara mengangguk lantas tertawa kecil. Kesekian kali pertemuan tak sengaja membawanya bersemuka dengan Azalea.

"Oh, silakan duduk, Mas--Pak Saga." Lea segera mengubah panggilan akrab menjadi formal. Sagara menempati kursi yang ada di sisi kanan. "Kenalin ini Mas Arka, yang menemani saya meeting siang ini." Lea menunjuk laki-laki berkemeja biru pirus yang duduk di sebelahnya. Laki-laki yang dipanggil Arka segera menyalami Sagara.

"Jadi, CMO Rahayu Semesta itu kamu, Lea?" Sagara tidak bisa menyembunyikan raut kagumnya. Lea mengangguk seraya tersenyum tipis. "Wow, surprise sekali. Saya tidak menyangka kamu sekeren ini, Lea."

Lea menunduk, merasa pipinya memanas mendengar semua statement Sagara. "Biasa saja Pak! Jangan berlebihan." Kelakarnya. Sagara tertawa lagi.

"Wah, ternyata kalian sudah saling mengenal. Le, ketakutan kamu berlebihan. Calon kolega Rahayu Semesta enggak semenakutkan yang kamu bayangkan." Arka menukas obrolan dengan candaan ringan. Lea menekap mulut saat tertawa pelan.

"Dokter Arka, diam dulu ya. Saya mau bikin kesepakatan bisnis dulu." Tatapan Lea beralih pada Arka, mengedipkan mata sekilas. Lelaki itu tertawa-tawa mendengar kalimat semi formal yang diucapkan Lea. Arka memberi anggukan, lantas diam, menyimak dengan takdzim.

"Kita mulai saja presentasinya ya, Pak Saga." Lea membuka presentasi dengan kalimat formal, sejujurnya dia bingung membuka suara. Masalahnya calon kliennya kali ini tak terduga. Sagara Dhaniswara yang telah lama Lea kenal. Setelah diam beberapa detik untuk mengosongkan udara di paru-paru agar merasa lebih banyak, Lea memilih kalimat pembuka formal.  "Perkenalkan saya Azalea, Chief Marketing Officer dari Rahayu Semesta yang siang ini mewakili perusahan untuk mempresentasikan produk perusahan kami pada Pak Saga."

"Santai saja penjelasannya Lea, jangan terlalu kaku."

Lea refleks tertawa kecil, anggukannya mencuat jawabi Sagara. Entah hanya perasaan Lea, atau Sagara juga merasakan hal sama, setiap kali ketemu, dia merasa chemistry-nya selalu nyambung dengan lelaki itu. Bahkan sejak pertama kali Lea mengenal Sagara dulu, obrolan keduanya mengalir tanpa dibuat-buat. 

"Panggilannya juga jangan terlalu formal, itu terdengar aneh, Lea. Panggil seperti biasa saja." Sagara berkata lagi. Lea mengangguk lagi, berusaha menetralkan detak jantung yang memompa dengan kecepatan di atas rata-rata. Ah, sialnya kenapa harus ada serangan gugup di tengah presentasi pentingnya siang ini.

"Baik Mas Saga." Lea tersenyum sekilas. "Aku sudah mempelajari draft proposal yang dikirim sama asisten Mas Saga. Dan, aku punya beberapa penawaran untuk diaplikasikan pada produk Sagara Kelola Laut nantinya. Salah satunya perusahaan kami selalu  mengusung Eco-green, konsep yang mengedepankan untuk lebih peduli terhadap lingkungan, bisa juga disebut konsep yang ramah terhadap lingkungan untuk kemasan produk nantinya, Mas." Tipikal Lea yang menjelaskan semua hal dengan runut dan antusias. Sagara tak melewatkan satu katapun yang Lea ucapkan. Sampai beberapa kali sepeti lupa berkedip saking speechless oleh gaya bicaranya Lea yang tak pernah berubah.

Lea menutup presentasi dengan menyerahkan draft rancangan kasar pada Sagara. Di saat bersamaan denging nyaring menggema dari ponsel milik Arka. Lelaki itu pamit melipir ingin mengangkat telepon. Arka kembali tak lama, lelaki itu langsung menyambar tas kerja yang tergeletak di bangku kosong.

"Le, cabut dulu ya, ada calling-an mendadak." Arka pamit. Lea memberi anggukan singkat. "Saya pamit duluan, Pak Saga." Atensi Arka beralih. Reaksi Sagara sama seperti Lea, memberi anggukan.

Sepeninggal Arka, kontan menyisakan Lea dan Sagara. Urusan presentasi kelar, saat Lea ingin pamit, Sagara menahan langkahnya.

"Makan siang dulu, Lea. Jangan langsung pergi."

Lea tak punya alasan untuk menolak. Selain dia juga merasa cacing-cacing di perut sudah demi sejak satu jam lalu.

"Tadi itu, pacar kamu, Lea?" Sagara mengubah topik dari bisnis menjadi obrolan lebih santai. Lebih tepatnya tanpa sadar ingin mengorek informasi tentang Arka.

"Kenapa memangnya, Mas?" Tanya berbalas tanya. Lea justru penasaran kenapa Sagara bertanya demikian. Lirikan sekilas mengarah pada lelaki di seberangnya.

"Saya hanya penasaran, kamu pernah bilang tidak mau pacaran." Sagara menjabarkan unek-unek. "Dokter Arka, keren ya, Lea. Cocok sama kamu." Sagara menelisik sekilas raut Lea saat berkata. Gadis di seberangnya menunduk, tak berselang lama menampilkan gelengan kepala.

"Tapi Mas Arka itu bukan pacarku Mas. Dia kakak kembaranku, saudaraku ...." Lea menjawab apa adanya. Sagara tidak bisa sembunyikan ekspresi salah tingkah sudah salah terka.

"Mas Arka sekarang pindah praktik di salah rumah sakit di Surabaya, tadi aku sengaja minta temenin dia ke sini. Memangnya kenapa, Mas Saga?"

Sagara tertegun dengan jawaban Lea. Memulas tengkuk sebagai reaksi kikuk atas penjabaran sang gadis. Namun, Sagara tidak bisa menampik ada selongsong rasa lega saat tahu Dokter Arka ternyata bukan pacarnya Lea.

_____


Mas Dokter Arka, calon lapak baru. :⁠-⁠D




Gaiiis. Saya izin hiatus sampai habis lebaran nanti ya.
Hidangan Ramadhan  sudah separuh lebih kita lewati. Tinggal detik-detik 10 hari terakhir sebelum Ramadhan pamit. :⁠,⁠-⁠)
Insyaallah Kachan mau fokus dulu sama 10 hari terakhir Ramadhan.

Insyaallah, kita jumpa Mas Saga lagi nanti habis lebaran ya. Selamat menjalankan ibadah puasa buat kita semua. Raih kemenangan dengan versi kita masing-masing. ❤️

18- Ramadhan 1444 H

09-04-23
1900

Tabik
Chan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro