Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PEONY

- Kekayaan dan Kehormatan-

Pagi ini Bian bangun lebih awal dari biasanya, dirinya menutup buku catatan yang ia temukan dalam laci lemari kamarnya. Tulisan-tulisan yang sudah pasti dibuat oleh Bian sebelum dirinya merasuki jiwa tersebut, ia baca dan sangat membantunya mengetahui bagaimana kehidupan Bian sebelumnya. 

Meskipun dirinyalah yang membuat cerota ini, namun setelah ia membaca catatan-catatan tersebut, ia dapat mengetahui lebih dalam dari sudut pandang seorang Bian.

Ditutupnya buku catatan itu, ditatapnya dirinya dalam pantulan cermin didepannya.  

"Ini gak akan berubah jika aku diam saja." ucapnya 

Ia pun menaruh kembali buku tersebut ke dalam laci, pergi keluar kamar menuju ruang makan. 

Disana dapat dilihat sudah ada Stefan, James dan Luna yang tengah menata makanan diatas meja.

Luna menoleh pada Bian yang turun lewat tangga. "Bian, kenapa turun lewat tangga? Kan bisa turun pakai lift."

"Gapapa, Bunda. Aman kok, Bian juga ga ngerasa capek, hitung-hitung olahraga kecil, lagian Bian cuma turun aja kok nanti naiknya pakai lift lagi." ucap Bian sambil mendudukan dirinya.

Luna hanya mengusap kepala Bian lalu ikut duduk disamping kursi Bian. "Nah, sekarang ayo dimakan." ucapnya

Bian menatap pada Stefan yang duduk didepannya. 

"Kak." panggil Bian, yang dipanggil hanya balas menatap Bian sambil mengunyah makanannya.

Yang Bian panggil hanya satu orang, namun Luna dan James ikut menatapnya juga. 

"Hari ini Bian mau ikut Kakak ke perusahaan, boleh?"

Pertanyaan tiba-tiba itu sukses membuat James hampir menyemburkan kopi yang sedang diminumnya, begitupun dengan Luna dan Stefan yang langsung terdiam menatap pada Bian. 

Bian melirik satu persatu, dirinya pun tidak berekspetasi mereka bertiga akan bereaksi seperti itu. "Kenapa?" tanya pelan Bian

"Tiba-tiba sekali kamu mau ke perusahaan ayah, biasanya ayah ajak pun kamu akan selalu menolak." bukan Stefan yang menjawab namun James

Baru akan menjawab pertanyaan dari ayahnya, Luna dengan cepat memotong, "Bian, kamu ingat kan apa kata Dokter." Luna memegang pundak Bian.

"Bian, kamu harus banyak istirahat. Main ke perusahaannya nanti saja setelah Bian sudah cukup sehat."

Bian menatap Luna, "Bunda, kalau nunggu Bian sembuh, kapan?" ucapan Bian sukses membuat Luna diam tak bisa menjawa.

"Kamu mau ikut Kakak kesana, mau ngapain?" tanya Stefan

"Mau lihat-lihat saja, bosan kalau dirumah terus." jawab Bian

"Bian, kalau ngerasa bosan dirumah, bilang bunda dong nak. Gimana kalau kita main kerumah nenek saja?" ucap Luna

Bian dengan cepat menggeleng, pergi kerumah neneknya bukan pilihan yang bagus, dirinya ingin pergi ke perusahaan ayahnya karena ingin melakukan sesuatu. Banyak hal yang bisa ia lakukan di perusahaan ayahnya.

"Bian gak akan aneh-aneh kok disana, cukup diam diruangan Kakak juga gapapa." ucap Bian

Stefan diam sebentar, tak lama ia pun mengangguk sebagai tanda setuju. Bian tersenyum senang melihatnya. "Makasih, Kak." ucap Bian

Sedangkan Luna masih tidak setuju jika Bian ikut dengan Stefan pergi ke perusahaan. Pikrian-pikiran buruknya berkelanan, bagaimana jika nanti Bian kambuh disana? atau bagaimana jika Bian hilang atau diculik disana? 

Luna hanya takut, karena ia tau bagaimana kondisi Bian yang selalu menurun akhir-akhri ini. Ia terlalu takut jika putra bungsunya ini kenapa-kenapa nantinya.

"Tapi, Kak-"

"Stefan, kamu lupa hari ini kamu ada pertemuan dengan ketua departemen pemasaran?" tanya James

"Oh, iya." Stefan mengusap wajahnya kasar menatap Bian sedih

Bian menggeleng, ia harus ikut ke perusahaan ayahnya bagaimanapun caranya.

"Jadi Bian, kalau kamu tetap mau ikut ke perusahaan, kamu tidak bisa diam diruangan kakak mu sendiri. Kalau mau tunggu diruangan ayah saja sampai Stefan selesai dengan pertemuannya." 

Bian dengan cepat menoleh pada James, dirinya dengan cepat mengangguk semangat menyetujui ucapan ayahnya.





-ETERNALLY-





Mobil mewah yang ditungganginya memasuki perusahaan terbesar kedua di Korea, yaitu Orion Corp. Nama Orion diambil dari nama belakang keluarga ayahnya.

Dilihatnya gedung pencakar langit ini sangat tinggi dan besar. Saat dirinya turun dari mobil, ia langsung disambut oleh para bodyguard ayahnya. 

"Saya membawa putra bungsu saya, jaga dia dengan sangat baik." ucap James pada salah satu bodyguard disana

Tentu Bian mendengar penuturan ayahnya itu, dirinya langsung dilihat oleh para bodyguard ayahnya dan mereka langsung membungkukkan badannya pada dirinya. 

Tiba-tiba seorang laki-laki berkaca mata berlari menghampiri James sambil membawa tablet dan beberapa map ditangannya.

"Maaf, pak. Untuk jadwal hari ini, bisa dilakukan dengan menandatangani terlebih dahulu surat-surat permintaan dan pertemuan yang sduah saya siapkan dimeja, bapak. Kemarin sekretaris direktur Wioson menghubungi saya, ia berpesan jika beliau ingin mengadakan pertemuan dengan Bapak, untuk membicarakan kelanjutan kolaborasi aktor Rezuka." 

Mendengar penjelasan pria itu, dapat disimpulkan jika ia adalah sekretaris ayahnya, James melirik sebentar pada Bian, hal itu membuat pria berkacamata itu juga ikut menatapnya.

"Bian, ingat untuk selalu berada di dekat ayah." ucap James dan diangguki oleh Bian.

Sesampainya dirinya diruangan ayahnya. Ia tak henti-hentinya memuji betapa besarnya tempat ini, bahkan sampai ruangan ayahnya saja sebesar ruang tamu di mansion.

Bian hanya duduk disofa besar, dimeja sudah tersedia begitu banyak cemilan yang dipersiapkan oleh Bundanya.

Lama ia terdiam, memperhatikan ayahnya yang serius membaca surat-surat yang begitu banayk diatas meja. Pria berkaca mata itu masuk kedalam ruangan dan berjalan menuju meja kerja James. 

James bangkit dan berjalan mendekat pada Bian, "Ayah akan keluar sebentar, jangan kemana-mana sebentar lagi Stefan akan datang kesini, jika butuh sesuatu diluar ada bodyguard ayah."

Bian mengangguk paham, James pun pergi meninggalkan ruangan.

Ia diam beberapa saat, setelahnya ia langsung bangkit dari duduknya, mendekat pada meja kerja ayahnya. membuka beberapa berkas, dibukanya juga laci dan lemari kecil yang ada diruangan itu, ia harap dirinya dapat menemukan sesuatu yang cukup dapat membantunya dalam misi mengubah alu cerita ini.

Saat akan membuka beberapa map yang tersimpan didalam laci, tiba-tiba jatuh sebuah flashdisk dalam map yang ukurannya lebih kecil dari map lainnya.

Dibukanya map tersebut, terdapat tulisan kecil dibawah pada lembar kertas pertama, tulisan itu 'Catatan Aktor Y' . Dibukanya lembar-lembar selanjutnya dari yang awalnya berisi tulisan-tulisan, hingga muncullah sebuah foto laki-laki yang membuat Bian terdiam. 

-Arion Yannis-

Bian menutup mulutnya terkejut, tentu dirinya tau siapa itu Arion Yannis, salah satu second lead dalam cerita novel 'Eternally'. Banyak yang menjadi pertanyaan dalam benaknya, seperti mengapa ayahnya menyimpan foto anak laki-laki Yasmin disini? seingatnya, ayahnya mengenal Yannis setelah dirinya menjalin hubungan dengan Yasmin. 

Apakah itu berarti ayahnya sudah menjalin hubungan dengan Yasmin?

Bian tiba-tiba teringat akan percakapan James yang ia duga dengan Yasmin dalam telfon pada malam itu. 

Jika James sudah menjalin hubungan dengan Yasmin lebih awal dari alur cerita sebenarnya, maka sudah dapat dipastikan banyak sekali yang berubah pada alur cerita yang sesungguhnya. Itu berarti perubahan ini terjadi bahkan sebelum dirinya melakukan sesuatu. 

Suara pintu terbuka dengan cepat Bian membereskan segera berkas-berkas ditangannya, namun belum sempat ia menaruh kembali foto tersebut. 

"Bian, apa yang sedang kau lakukan?"















-BERSAMBUNG-



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro