Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LOTUS

-kebangkitan spiritual dan kemurnian jiwa-

"Eric Kim, penulis muda yang kini berhasil menjual 10.000 novel karya terbarunya dalam kurung waktu kurang dari 4 bulan. Karya terbaiknya yang sangat terkenal berjudul "Eternally"  yang berhasil terjual 1 juta copy dalam kurung waktu dua tahun, sebentar lagi akan diangkat menjadi sebuah Film. Meski begitu, buku ini tetap menjadi penjualan no 1 di korea."

"Sangat luar biasa, novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang laki-laki yang lupa akan namanya kebahagiaan, hingga ia bertemu wanita tunarungu yang mampu membuatnya merasakan kebahagiaan. Namun, cerita ini sayangnya tidak berakhir dengan baik. Akan tetapi ending kisah yang menyedihkan inilah yang membuat karya novelnya menjadi sangat terkenal, karena mampu meninggalkan kesan luar biasa pada para pembaca." 

"Mari kita sama-sama menunggu filmnya tayang, sejujurnya saya sendiri pun sudah sangat tidak sabar. Namun perlu para penonton ingat, bahwa tepat pada hari ini, syuting perdana film Eternally dilakukan."

"Wahh,, mendengar hal itu saya menjadi semakin tidak sabar. Mari kita nantikan film Eternally dari novel karya Eric Kim."

"Sekian berita hari ini, saya Baskara dan rekan saya-"

"Saya Yumna."

"Kami pamit undur diri, sampai jumpa pada berita selanjutnya."

-ETERNALLY-

"Bagaimana tanggapan Kak Eric sendiri terkait ending dari novel Eternally ini?" reporter wanita itu kemudian memberikan mic pada pria yang dipanggil Eric.

"Kalau membahas perihal ending sih, saya pribadi tentunya suka sekali dengan ending dalam novel. Tapi saya tahu bahwa kekecewaan besar para pembaca masih menjadi pembicaraan yang tak ada habisnya, banyak yang ingin ending untuk versi film diubah menjadi versi happy ending." Eric berucap dan tertawa setelahnya.

Para penggemar yang menonton langsung wawancara tersebut, berteriak heboh mendengar jawaban Eric. Beberapa ada yang berteriak setuju, bahkan ada yang membawa banner bertuliskan 'happy ending for Stefan'.

"Baik, kami ucapkan terimakasih kepada Kak Eric karena sudah berkenan memberikan waktunya pada kami, terimakasih juga karena sudah mau melakukan jumpa fans ditengah kesibukan pembuatan film Eternally. Tentunya kami semua disini sangat mendukung dan berharap filmnya dapat sukses besar."

Reporter wanita dan Eric pun saling membungkukan badannya, Eric juga melambaikan tangannya kepada para penggemar sebelum ia meninggalkan ruangan.

Setelah ia meninggalkan ruangan, manajernya pun menghampiri.

"Eh, Manajer Lee. Kau belum berangkat?" tanya Eric

Seseorang yang dipanggil Manajer Lee itu menggeleng sebagai jawaban.

"Sustradara Rey baru saja menghubungi, ia menawarkan padamu untuk datang pada syuting pertama Eternally hari ini." jawab Manajer Lee

Eric mengerutkan keningnya

"Hari ini? Sekarang?"

"Yahh, jika kau mau aku bisa menemanimu kesana sebelum pergi ke percetakan luar kota." ucap Manajer Lee

Eric memandah Manajer Lee malas

"Lalu meninggalkanku sendiri disana?"

Manajer Lee menghela nafasnya. "Jika sebentar akan ku tunggu, jika lama akan ku tinggal, bagaimana?"

"Manajer macam apa itu yang tega meninggalkan artisnya sendiri."

"Kau bukan artis tapi penulis, jika kau lupa."

Eric hanya tertawa kera, Mendengar ucapan Manajer Lee.

"Baiklah, aku akan kesana. Aku juga penasaran dengan proses syutingnya."















"HEY!!"

"CP-"

"CPR!"

"DISINI!"

"TOLONG!"

"CPR!! BERI DIA CPR! DETAK JANTUNGNYA SANGAT LEMAH!"

"SELAMATKAN KORBAN YANG MASIH TERJEBAK DIDALAM MOBIL!"

"Hhh.. T...to..long.."

Suara sirine ambulan dan polisi saling bersautan, suara itu semakin kencang dan membuat kepalanya semakin sakit.

Eric ingat mobil yang dikendarainya ditabrak oleh truk dengan begitu kencang dari samping tepatnya dari kursi kemudi. Semua terjadi begitu cepat dan ia kehilangan kesadarannya seketika. 

Dirinya samar-samar mendengar suara-suara ribut yang ia yakini itu berasal dari orang-orang yang datang untuk menolong.

Saat dirinya membuka matanya, dengan pandangan berbayang ia dapat melihat mobil yang dikendarainya sudah hancur. Semakin lama pandangannya semakin gelap, nafasnya pun dirasa semakin memendek. 

Dengan sisa-sisa tenaganya, ia tolehkan kepalanya ke samping, betapa terkejutnya dirinya saat melihat begitu banyak genangan darah tepat pada aspal yang sedang ia tiduri.

Hingga Eric pun sadar.

Bahwa genangan darah itu berasal dari kepalanya sendiri.



Saat itulah, ia memilih menyerah dan menutup kedua matanya.











Eric Kim, usia 20 tahun, waktu kematian 21:39









-ETERNALLY-

"HAH!.. Hhh.."

Kedua mata itu terbuka lebar diiringi dengan nafas yang memburu.

"Apakah aku berhasil selamat."

Eric samar-samar mendengar seorang wanita yang menangis melihatnya terbangun. Wanita yang tidak ia kenal itu memanggil nama seseorang yang tak asing ditelinganya, 'Bian'.

"Bibi, cepat panggilkan Dokter Jay."

Pelayan itu segera berlari keluar setelah diperintahkan. Pandangan mata Eric perlahan mulai melihat jelas, cahaya yang sempat menyilaukan mata kini tak terlalu mengganggunya.

"Bian, sayangnya bunda akhirnya bangun juga." wanita itu lagi-lagi memanggil nama Bian, dan sekarang ia tahu bahwa panggilan itu ditujukan kepada dirinya.

Dilihatnya langit-langit kamar yang ia tempati ini, ia tahu bahwa ini bukan rumah sakit. Ia berada dirumah seseorang yang tak dikenalinya. Apakah ini rumah seseorang yang sudah menabraknya? Apakah ia dibawa untuk diancam?

Saat itu juga, Eric sadar bahwa tubuhnya tidak terasa sakit yang seperti sehabis kecelakan. Padahal ia ingat saat sebelum ia tak sadarkan diri, dirinya melihat genangan darah yang keluar dari kepalanya sendiri. 

Tubuhnya harusnya sudah remuk karena terseret jauh diaspal, tapi sekarang ia bahkan tak memiliki luka perban satupun ditubuhnya, begitupun pada kepalanya yang seharusnya terluka parah.

Tunggu, ini tidak benar. Eric merasa ada sesuatu yang berbeda pada tubuhnya. Ia dengan cepat bangun dari tidurnya, membuat wanita seumuran dengan ibunya itu terkejut. 

Eric merasa dirinya mengecil, ia ingat dirinya tak sekurus ini, rambutnya juga tak sepanjang sekarang.

"Bian, ada apa sayang? Jangan tiba-tiba bangun seperti itu. Apa ada yang sakit, sayang?" wanita itu mendekatinya, namun segera ditepiskan tangan wanita itu olehnya.

"Siapa kamu? Berheti memanggilku Bian, dan dimana aku, rumah siapa ini?" setelah mengatakan hal itu, Eric lagi-lagi terdiam. 

Suaranya tiba-tiba terdengar berbeda, suaranya terdengar menjadi begitu halus seperti menjadi anak kecil lagi.

Wanita itu menutup mulutnya terkejut, wanita itu menangis. "Apa maksudmu, sayang. Ini bunda, Bian. Kita ada dirumah."

"Tunggu sebentar, Dokter Jay sebentar lagi akan sampai, Bian ayo berbaring lagi nak. Kamu baru saja siuman, jangan seperti ini."

Eric tak mendengarkan ucapan wanita itu, ia terus melihat sekelilingnya seperti orang kebingungan. Ia menemukan cermin diujung ruangan, dengan cepat ia berlari mengabaikan selang infus yang menancap ditangannya.

Saat itu juga Eric menutup mulutnya terkejut, pantulan dirinya dalam cermin jelas bukanlah dirinya. 

Wajahnya menjadi begitu tirus dan kecil, kedua matanya terlihat jauh lebih indah dengan bulu mata yang panjang. Tubuhnya pun menjadi lebih kecil dan kurus, serta rambut hitamnya yang panjang sebahu juga kulitnya yang menjadi lebih putih dan lembut, semua itu dibalut oleh piyama motif beruang yang ia kenakan.

Namun pandangan Eric terhenti saat mendapati diwajahnya terdapat selang oksigen yang sedari tadi terpasang dan tanpa ia sadari. Dengan cepat ia menarik selang itu melepaskannya dari wajahnya. Melihat apa yang dilakukan oleh Eric, wanita itu dengan cepat menahan tangan Eric.

"Apa yang Bian lakukan, jangan dilepas. Bian jangan seperti ini, kamu buat bunda takut, nak." genggaman tangan wanita itu dengan cepat dilepas oleh Eric

Lagi-lagi wanita itu memanggilnya 'Bian'. Nama yang sebenarnya tak asing untuk dirinya namun ia lupa dimana ia pernah mendengar nama itu.

Tiba-tiba, pintu terbuka menampilkan seorang Dokter dan seorang pelayan wanita. Saat melihat pintu yang terbuka, kesempatan itu ia gunakan untuk melarikan diri. Ia menabrakan dirinya, menerobos keluar kamar dan berlari, meninggalkan teriakan dan seruan orang-orang dari dalam kamar.

Sepanjang ia berlari ia sadar bahwa rumah ini sangatlah besar. Ia terus berlari melewati koridor sampai ia menemukan tangga yang cukup besar. Tangga itu terdapat dua jalur, yaitu lurus untuk naik dan belok untuk turun ke lantai bawah. 

Ia berhenti sejenak untuk berfikir, namun orang-orang itu kembali meneriaki dirinya untuk berhenti. Saat itu juga ia langsung berlari lagi dan memutuskan untuk memilih tangga yang menurun.

Eric merasa ada yang salah dengan tubuhnya, sesaat setelah ia melepas selang oksigen yang terpasang di wajahnya dan saat ia berlari, Ia merasa dadanya begitu sesak dan sakit, setiap detakkan pada jantungnya terdengar kencang dan terasa sangat menyakitkan.

Langkah Eric perlahan memelan dan tubuhnya meluruh jatuh terduduk diturunan tangga yang cukup luas. Ia memegang dadanya yang terasa nyeri dan sesak. Bunyi degungan keras menyakiti telinganya, pandangannya menjadi buram. 

Saat ia menoleh ke samping kanan, ia melihat sebuah lukisan yang sangat besar tertepel di dinding. Hal pertama yang dipikirkannya adalah, lukisan itu adalah foto keluarga pemilik rumah ini. Lukisan yang menyerupai sebuah foto yang begitu nyata.

Pandangan Eric terfokuskan pada sebuah foto pria yang terlihat jauh lebih tua darinya. Wajahnya tidaklah asing, ia juga sadar bahwa wajah dirinya yang sekarang juga berada didalam lukisan tersebut.

"BIAN!"

Teriakan seseorang mengalihkan pandangannya. Ia mendapati seorang pria yang ada dilukisan itu berdiri tidak jauh didepannya. Namun kesadarannya tak bisa lagi ia pertahankan, Eric pun terjatuh dan tak sadarkan diri.

 Diambang kesadarannya, ia mendengar suara teriakan wanita itu lagi, kali ini bukan meneriaki nama Bian.







"Stefan, tolong bawa adik kamu ke kamarnya."









 -BERSAMBUNG-











Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro