Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ASTER






-Permulaan Baru-










"Nyawa?"

"Nyawa siapa?"

Yannis diam tak menjawab membuat Bian geram, dicengkramnya pundak Yannis erat.

"Jawab, sialan. Nyawa siapa?!" bentak Bian

Lagi, Yannis hanya diam. 

Bian pun bangkit, ia mengusap rambut dan wajahnya kasar. 

"Dari awal lo udah setuju ya, apapun itu ga ada informasi yang dirahasiakan. Terus sekarang kenapa jadi gini? Lo pikir gimana gue bisa bantu kalau lo diam aja, sat!" 

Yannis langsung mengadah menatap pada Bian, terkejut saat Bian berbicara kasar padanya.

"Siapa coba yang tiba-tiba dateng ke rumah orang terus nonjokin pemilik rumah sampai babak belur, hah?! Minimal kalau lo mau dateng buat mukulin Ayah gue, lo dateng ke prusahaannya aja atau terserah deh dimana pun itu asal jangan ditempat yang ada Bunda!" ucap Bian kesal

Mendengar itu, Yannis terpancing emosi. "Lo ga tau apa yang terjadi malam itu sama Ibu gue, cil!"

"Heh! denger ya, semalam gue ngabarin ga ada tuh balesan apapun dari lo, sampai pagi pun lo cuma baca pesan gue tanpa bales atau nanggapi apapun itu. Pikir anjir gimana gue bisa tau!" bukannya mereda Bian memilih membalas bentakan Yannis padanya.

Yannis ikut berdiri, "Semalam gue hancur tau ga?! Liat ibu gue sendiri yang mau bundir, menurut lo anak mana yang ga hancur! Lo pikir dalam situasi itu gue bisa kepikiran orang lain selain ibu gue?!" 

"Loh, kalau besok paginya aja lo bisa langsung cari ayah gue, kenapa lo ga bisa cari keberadaan gue?!" 

Kali ini Yannis diam tak membalas ucapan Bian.

"Mau lo kesel sama ayah gue, lo mau pukul ayah gue, bahkan kalau lo mau bunuh ayah gue, silahkan! Tapi kasih tau gue, jelasin, cerita, apa alasan lo berbuat kayak gitu!" 

Lagi, Yannis hanya diam menatapnya.

"Lo pikir dengan lo menyatakan kalau ibu lo hamil, itu bisa menjelaskan semuanya?! Sekarang lo bilang buat cari tau kebenaran, ya iya kebenaran apa yang lo maksud?! Dari tadi gue nanya kenapa, gue nanya ada apa, ga ada jawaban yang bisa jawab pertanyaan gue, yang ada jawaban lo malah bikin gue bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama!" Bian menjeda kalimatnya karena nafasnya yang mulai tak beraturan

"Permasalah disini tuh bukan cuma dari satu pihak, melainkan dua pihak! Kalau lo diem aja gimana mau cari kebenarannya?! gimana mau cari penyelesaian masalahnya?! kalo lo tau sesuatu tolong, tolong kasih tau gue. Bukan cuma lo doang yang stres disini, kita yang ga tau apa-apa bisa lebih gila dari pada itu, sialan!"

Setelah berucap panjang lebar, Bian menarik nafasnya dengan susah payah, ia terlalu tersulut emosi sampai nafasnya menjadi tidak beraturan. 

Bian pun memilih duduk dikursi yang diduduki oleh Yannis. Mencoba mengatur pernafasan dan detak jantungnya uang mulai berulah. 

"Jantung sialan." ucap Bian dengan nada kesal.

Lama diam berdiri, Yannis pun ikut duduk disamping Bian. Tak memperdulikan pergerakan Yannis, Bian hanya fokus untuk meredakan rasa sakit pada jantungnya dan mencoba menormalkan kembali nafasnya yang tak beraturan.



"Sebenarnya, malam itu ibu gue pulang dengan keadaan yang sangat kacau." ungkap Yannis

Mendengar itu, Bian membuka matanya yang terpejam dan melirik pada Yannis. Yannis pun mulai menceritakan kejadian malam itu.





-ETERNALLY-




Saat sedang asik berkirim pesan dengan Bian, tiba-tiba pintu utama terbuka dengan sangat keras dan ditutup kembali dengan suara yang begitu kencang.

Yannis langsung turund dari kamarnya untuk melihat siapa pelakunya, dan pelakunya adalah Yasmin, ibunya.

"Ibu?" panggil Yannis

Yasmin menatap sebentar pada Yannis, ia pun langsung berlari melewati anaknya pergi menuju kamarnya.

Yannis tentu mengikuti dibelakang, sampai dikamar Yasmin berteriak meluapkan emosinya sambil menjatuhkan barang-barang yang berada dikamarnya, dari mulai make up, tas, baju, bahkan sampai bantal, ia lempar. 

Yannis tentu sangat terkejut, ia pun dengan cepat memeluk tubuh kecil ibunya menyuruhnya untuk berhenti. Tak lama Yasmin pun meluruh jatuh terduduk dilantai dengan menangis sambil meraung, berkali-kali mengumpati nama James, orang yang Yannis tau.

Lama Yannis membiarkan ibunya meluapkan emosinya, saat suara tangisan itu menghilang. Yasmin pun mulai berbicara pada anaknya.

"Yannis." panggil Yasmin dengan suara paraunya sehabis menangis

Yannis hanya berdeham menjawab panggilan ibunya. 

"Ada sesuatu yang harus ibu beritahu padamu. Sesuatu yang mungkin sulit buat kamu dengar."

"Hmm, beritahu saja, bu." ujar Yannis dengan tenang.

"Kamu tau, James Orion?" tanya Yasmin, yang dijawab anggukan oleh Yannis

"Ibu, menjalin hubungan gelap dengannya."

"Maksud ibu, ibu menjadi selingkuhannya, kan?" 

Yasmin tersentak, ia langsung menatap Yannis terkejut, saat tau ternyata anaknya sudah mengetahui hubungan dirinya dengan James. 

"Itu bukan seperti yang kamu pikirkan, Nis. Ibu nggak pernah mau ini terjadi. Kamu harus percaya sama Ibu."

"Kalau Ibu nggak mau, kenapa tetap lakukan? Ibu mau hancurin keluarga mereka?" tuduh Yannis 

Yasmin dengan cepat menggeleng, "Karena Ibu... nggak punya pilihan. James—dia—dia memaksa Ibu, Yannis. Dia memanfaatkan kelemahan Ibu."

Yannis mengerutkan keningnya."Memaksa? Maksudnya?"

Yasmin melepas pelukannya pada Yannis, dirinya lalu berlutut di hadapannya, memegang kedua tangan anaknya. "Dulu... waktu pertama kali Ibu kenal James, dia terlihat seperti pria baik. Waktu itu Ibu tidak tau jika James sudah berkeluarga, saat tau pun ia tetap mengatakan untuk tak perlu khawatir tentang keluarganya. Tapi kemudian dia tahu... tentang hutang Ibu. Tentang kesulitan kita setelah Ayah kamu pergi. Dia janji akan bantu kita, Yannis. Janji akan melunasi semuanya... tapi itu bohong."

Kali ini Yannis tak bereaksi dan memilih diam tak menjawab.

"Dia bilang..  kalau Ibu nggak mau melakukan apa yang dia mau, dia akan menghancurkan kita. Dia akan melaporkan Ibu ke polisi karena Ibu pernah.. berhutang besar kepada orang yang salah. Ibu nggak punya pilihan."

Yannis tertegun mendengarnya, "Jadi, dia maksa Ibu untuk.. untuk bersama dia?"

Yasmin kembali menunduk, tak kuat menatap wajah putranya. "Iya. Awalnya Ibu hanya menurut supaya kita aman. Tapi semakin lama.. dia mulai mengontrol semuanya. Dia bilang, kalau Ibu nggak nurut, dia akan.. dia akan merusak karirmu sebagai aktor."

Yannis menggeleng, menolak percaya sepenuhnya. "Kenapa Ibu diam aja? kenapa Ibu nggak lapor ke polisi? Kenapa nggak cari bantuan? kenapa ga bilang ke aku, bu?"

Yasmin menggenggam tangan Yannis erat, suaranya putus asa. "Karena dia lebih kuat dari yang kamu kira. Dia punya uang, kekuasaan, segalanya. Jika kita melawan, kita yang akan kalah. Ibu ga mau masalah ini merusak karirmu, merusah masa depan kamu."

Yannis menatap ibunya dengan tatapan bingung, suaranya pun mulai bergetar. "Jadi.. Ibu cuma korban?" tanyanya yang diangguki oleh Yasmin.

"Dan ada satu hal lagi yang harus Ibu katakan. Sesuatu yang membuat semuanya lebih rumit."

Perasaan yannis sudah sangat tidak enak saat ibunya berkata demikian, pikiran-pikiran buruknya mulai bermunculan. Ditambah dengan melihat kondisi Yasmin, ia takut perkiraan buruknya benar terjadi.

Yasmin mengambil napas panjang, lalu menatap langsung ke mata putra satu-satunya. "Ibu hamil.. Ibu hamil anak James."







-ETERNALLY-









Bian menatap Yannis dengan tatapan terkejut, setelah mendengar seluruh cerita Yannis, dirinya terkejut karena menemukan perubahan lagi yang terjadi pada cerita aslinya. 

Kejujuran Yasmin harusnya tidak dikatakan secepat ini, pengakuannya akan perlakuan James padanya seharusnya diungkapkan menjelang akhir cerita, namun lagi, perubahan waktu ini terjadi. 

Bian melirik pada Yannis yang terus menundukkan kepalanya. 

"Yannis." panggil Bian pelan

Sebagai seorang penulis dari cerita ini, tentu Bian tau permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam cerita. 

Penghianatan, kemunafikan, bahkan sampai dalang dari semuanya kekacauan, ia tau betul siapa orangnya. Tentu Bian juga tau, plot twist yang terjadi dalam cerita ini. 

Namun, sejak perubahan-perubahan yang terjadi. Ia semakin ragu akan masa depan cerita ini. Ia takut, jika ternyata semua kejadian yang menjadi konflik utama telah berubah. Jika itu terjadi, maka dirinya pun tidak bisa memastikan apakah ia akan berhasil selamat dari kematiannya atau tidak. 

Bian memegang punggu Yannis diusapnya pelan. 

"Kamu benar."











"Kebenaran itu memang harus diungkap















-BERSAMBUNG-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro