Chapter 3
15 Tahun Kemudian.
Para penjual terlihat sibuk menggelar barang dagangan di kiri kanan jalanan. Begitu juga dengan toko-toko yang ada di Kota Yunnan-Fu ini.
Terlihat seorang pria muda dengan pakaian berwarna putih kebiruan dan rambut panjang hitam yang terikat setengah dengan tali pita putih memanjang menggantung. Dia berjalan menelusuri kota yang sibuk dengan membawa dua keranjang bunga di tangannya dan gerobak berisi bunga-bunga tepat di belakangnya.
"Zhen Chen, menurutmu akankah bunga-bunga ini laku terjual hari ini?" tanya seorang pria yang menarik gerobak.
"Mungkin... aku juga tidak tahu," Zhen Chen tersenyum melirik pria itu.
"Jual! Jual! Ikan segar!"
"Pangsit! Pangsit! Mie!"
"Tuan dan nona silahkan mampir!"
"Bakpaunya tuan!"
"Ayo! Ayoo mampir!"
Kota begitu ramai dengan suara para penjual di mana-mana serta orang-orang yang berlalu lalang. Membuat dirinya harus lebih berhati-hati agar bunga segar yang dibawa tidak rusak hingga tiba di toko.
"Lao ban! Aku sudah membawa bunga pesananmu!" panggil Zhen Chen dari luar toko.
(Lao Ban berarti pemilik dari usaha yang mengacu pada laki-laki)
Tak lama pemilik toko keluar dan melihat kondisi bunga yang dibawa dengan sangat hati-hati.
"Bunga hari ini sungguh sangat segar,"
"Ehhh! Kalian bawalah bunga-bunga ini kedalam," ujar pemilik toko pada anak buahnya.
"Hati-hati! Hati-hati!"
"Lao ban, bagaimana jika aku membantumu dalam menata bunga. Mungkin penjualan tokomu akan lebih baik." Kata Zhen Chen yakin.
"Baiklah, kemari masuklah...."
"Hmmm, kau kembalilah dulu," kata Zhen Chen pada pria yang menarik gerobak.
Pagi itu, Zhen Chen sibuk di toko mengurus dan menata bunga-bunga agar menarik mata pengunjung. Zhen Chen memang memiliki kelebihan dalam hal ini, karena itu kebanyakan toko di kota jika akan mengadakan perayaan atau pembukaan toko baru maka mereka akan meminta bantuan Zhen Chen untuk mendekorasi.
Ada hal yang perlu diketahui. Dalam hal petani bunga di Kota Yunnan-Fu ini hanya terdapat beberapa saja untuk saat ini.
Mungkin hanya sekitar 3 atau 4 keluarga saja dan Keluarga Zhen berada diperingkat teratas. Hal ini karena bunga yang dihasilkan oleh Keluarga Zhen mampu bertahan lebih lama dibandingkan bunga dari keluarga lain. Selain itu, jenis bunga yang dihasilkan lebih beragam jenisnya. Tentu, hal ini mengundang banyak masalah dalam Keluarga Zhen karena persaingan yang ketat. Tapi, semua masalah itu dapat teratasi karena kemampuan Keluarga Zhen dalam merawat bunga dan kepercayaan yang dalam dari orang-orang kepada Keluarga Zhen.
"Wahhhh... Zhen Chen kau memang luar biasa," puji pemilik toko dengan kagum melihat tokonya.
"Anggap saja sebagai tanda terima kasih karena sudah menjadi pelanggan tetap Keluarga Zhen," jawab Zhen Chen dengan senyum ramahnya.
"Ha ha ha... kau memang sangat pandai bicara!" puji pemilik toko.
Zhen Chen meninggalkan toko setelah mendapat bayaran. Dalam perjalanan, dia tampak tertarik dengan aksesoris wanita yang beragam jenis. Mulai dari jepit rambut, pita rambut hingga tusuk konde.
Zhen Chen memilih dan tersenyum saat melihat tusuk konde putih keemasan yang berhiaskan chahua merah muda. Bunga kesukaan adiknya Zhen Xian.
(Chahua itu bunga camellia)
"Lao ban aku ambil ini."
"Lao ban aku ambil ini."
Zhen Chen melihat pria di sampingnya yang meminta tusuk konde yang sama dengannya.
"Tuan jadi siapa yang akan mengambilnya?" tanya penjual.
"Aku!"
"Aku!"
"Tuan, aku dulu yang melihat jadi..." kata Zhen Chen.
"Kata siapa tuan yang melihat duluan? Apa tuan memiliki bukti?" potong pria itu.
Seorang pria dengan pakaian yang kelihatan mewah. Jelas berasal dari kelas atas dengan pakaian yang berwarna putih dengan jubah luar berwarna biru gelap dengan ukiran keemasan di sepanjang jubahnya. Bagian pinggang terdapat giok putih dengan ukiran unik menggantung.
"Tidak bisakah tuan merelakan satu ini saja untukku? Aku akan menemani tuan mencari barang bagus lainnya sebagai gantinya." Kata Zhen Chen.
"Contohnya?"
"Aku tidak tahu wanita seperti apa yang tuan ingin berikan hadiah. Tapi, jelas tuan berasal dari keluarga terhormat,"
"Aku bisa merekomendasi barang apa saja yang memiliki kualitas bagus di kota ini." Ujar Zhen Chen lagi.
"Ha ha ha! Aku menyukaimu dan kepandaianmu. Baiklah! Tusuk konde itu milikmu." Kata pria itu.
"Lao ban aku akan mengambilnya." Kata Zhen Chen.
Zhen Chen mengajak pria yang baru dikenalnya berkeliling untuk mencari barang yang bagus lebih tepatnya hadiah dan mengetahui bahwa pria itu bernama Yi Jin Kai dan terlihat keduanya sudah akrab setelah pertemuan tusuk konde tadi.
"Terima kasih sudah meluangkan waktu untukku Zhen Chen," kata Jin Kai sambil mengangkat cangkir tehnya.
"Terima kasih sudah merelakan tusuk konde padaku Jin Kai."
"Ha ha ha ha...!" mereka berdua tertawa.
"Bersulang!"
TINGG!
"Kulihat kau cukup mengenal orang-orang di kota ini. Tunggu...! Zhen...? Ahhhh! Apa kau Keluarga Zhen dari Keluarga Zhen Bunga? Maksudku..."
"Benar, aku putra pertama dari Keluarga Zhen." Potong Zhen Chen.
"Bunga keluarga kalian sungguh luar biasa. Tidak aneh kalian menjadi nomor satu di kota ini,"
"Tempat tinggalku juga menggunakan bunga kalian sebagai hiasan dekorasi." Ujar Jin Kai lagi.
Di sisi lain, seorang wanita muda berpakaian pink muda dengan rambut hitam terkuncir setengah dan hiasan bunga sederhana menghiasi rambutnya. Terlihat sedikit terburu-buru menerobos jalan yang ramai dengan raut wajah sedikit kesal.
"Auuhhhh!"
"Nona jalan ini bukanlah milikmu." Kata seorang pria yang ditabrak.
"Maaf... maaf tuan."
"Zhen Xian! Apa kau baik-baik saja?" tanya seorang bibi penjual pangsit.
Zhen Xian segera bangun dengan wajah tersenyumnya. Membersihkan sisa debu yang menempel di pakaiannya.
"Bibi aku ingin sekali makan pangsitmu tapi aku harus mencari kakakku dulu."
"Zhen Chen? Tadi kulihat dia sedang bersama dengan seorang teman."
"Teman? Ohhh... baiklah bibi aku pergi dulu."
"Nanti aku akan mampir makan pangsitmu! Jangan lupa meninggalkannya untukku!" teriak Zhen Xian.
Segera Zhen Xian berkeliling mencari keberadaan Zhen Chen selama beberapa saat hingga melihat beberapa anak kecil yang dipukul jauh di dalam gang kecil.
Terlihat dua anak laki-laki dengan pakaian kumal dan kotor serta bekas luka di sekujur tubuh.
PLAKK!
PLAK!
"Tidak ada uang jangan harap makan!" teriak seorang pria.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro