Chapter Two✨
"Oper sini, Zil!" teriak Ares meminta operan bola dari Zilva.
"Terima, Res!" jawab Zilva dengan teriakan juga. Ia langsung melemparkan bola basket kepada Ares yang sudah siap menerima. Dengan lihainya, Ares mendribble bola itu lalu membawanya berlari menuju ring lawan.
Di depannya sudah ada Jessy dari tim lawan yang datang menghadang. Akan tetapi, dengan mudahnya Ares dapat melewatinya. Ring lawan tampak lebih dekat, Ares lalu mengambil 2 langkah ke depan, dan melakukan lay up.
Berhasil! Bolanya masuk ke dalam ring.
"Yes, mantap Res!" teriak Rea histeris, 1 poin untuk tim mereka berhasil dicetak kembali oleh Ares.
Pertandingan pun berlanjut lagi, hingga jam pelajaran olahraga selesai. Dan tim Ares berhasil mencetak skor paling banyak.
"Gila kamu, Res. Mantap banget mainnya. Minggu depan, tanding lagi kuy!"
Ares hanya terkekeh mendengar penuturan Sasa yang berada di tim lawan tadi. Memang benar, kehebatan dan kelincahan Ares dalam bermain bola basket itu sudah tidak diragukan lagi.
Akan tetapi, gadis itu tidak pernah berniat untuk menjadi salah satu anggota dalam tim basket di sekolahnya. Ia hanya ingin menjadi gadis yang biasa-biasa saja, yang tidak ingin terlalu menonjol dalam bidang tertentu. Meski, ia sudah cukup menonjolkan dirinya di bidang akademik.
Ares, adalah gadis yang secara berturut-turut menduduki peringkat 1 di angkatannya. Membuat gadis itu tidak diragukan lagi kejeniusannya, mengingat murid-murid di SMA Semenanjung yang rata-rata memiliki otak yang pintar.
"Boleh aja, sih. Tapi siap-siap kalah ya haha," ledek Ares.
"Siap, Res. Minggu depan pasti tim aku menang," ucap Sasa dengan pedenya.
"Haha oke deh. Aku duluan ya, Sa. Mau ganti baju."
"Iya, Res."
Ares lalu berjalan menuju ruang ganti perempuan. Disana sudah ada Rea dan Zilva yang sudah berganti pakaian, dari pakaian olahraga menjadi seragam khas SMA nya.
"Lama amat, Res. Jamuran kita nungguin kamu," omel Rea sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ya maaf. Tadi ngomong bentar sama Sasa. Dia nantangin kita main lagi minggu depan. "
"Wah, Sasa sepertinya harus menyiapkan mental kekalahan nih. Ares kok dilawan," ucap Rea.
"Gak boleh memandang rendah orang seperti itu, Re. "
Mendengar perkataan Ares, membuat Rea hanya terkekeh sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehe, iya Res. Ampun atuh."
"Udah udah, mending Ares cepetan ganti baju deh. Cacing diperut aku udah pada protes minta dikasi makan," ujar Zilva sambil memegang perutnya.
"Duh, kasian banget Zilva. Bentar ya, aku ganti baju dulu."
Tak butuh waktu lama, Ares sudah keluar dari ruang ganti dengan seragam yang sama dengan Rea dan Zilva. Setelahnya, Ares merangkul kedua sahabatnya, dan berjalan menuju kantin.
"Yuhu kantin, Rea is coming!"
•••
Setelah pergi ke club kemarin malam, kini Ares sudah kembali menjadi yang biasanya. Ares yang ceria dan Ares yang aktif. Rea dan Zilva pun ikut tersenyum senang, usaha mereka membangkitkan kembali semangat Ares berhasil juga.
Ngomong-ngomong soal club, club yang mereka kunjungi bukanlah club yang biasanya. Tidak ada tindakan berlebihan yang dilakukan di club itu. Oleh karena itu, pengunjungnya kebanyakan ialah anak remaja yang sedang butuh merefresh otak mereka. Entah itu karena galau habis diputusin pacar, atau galau karena nilai di sekolah yang sedang anjlok.
Jadi, jangan pernah menilai Ares dan kedua sahabatnya adalah gadis tidak betul. Kegiatan mereka di club pun hanya minum, dan menonton bioskop yang kebetulan merangkap satu dengan club. Minuman yang mereka minum pun hanyalah jus buah, yang sangat berbeda dengan minuman yang disajikan di club lainnya.
"Siapa yang bisa menjawab soal di depan?" tanya Pak Harto- guru Matematika yang sedang mengajar di kelas Ares.
Beberapa detik berlalu, namun tidak ada juga jawaban dari murid-murid tercintanya.
"Tidak ada yang bisa?" tanya Pak Harto. Padahal ia sudah yakin bahwa murid-muridnya bisa menjawab soal di depan, ketika melihat hampir sebagian muridnya sibuk mencorat-coret di atas kertas.
"Saya bisa, Pak."
Seisi kelas 11 Ipa 1 akhirnya bisa bernapas lega. Setelah berpura-pura mencoret jawaban di atas kertas, akhirnya ada Ares- sang penyelamat.
"Berapa jawabannya, Ares?" tanya Pak Harto dengan senyum yang mengembang. Ada juga yang bisa mengerjakan soalnya.
"Nilai A yang memenuhi persamaan lingkaran x² + y² − Ax − 10y + 4 = 0 adalah +4 dan -4."
Pak Harto mengecek jawabannya, kemudian bertepuk tangan untuk Ares. "Jawaban kamu benar."
"Karena ada yang bisa menjawab soal dari bapak. Maka, kalian boleh istirahat lebih cepat. Kurang baik hati apa coba bapak?"
Ucapan Pak Harto membuat seisi kelas 11 Ipa 1 riuh seketika.
"Terima kasih, Pak."
"Bapak baik deh."
"Thank you so much, Pak Harto yang tercinta."
Dan masih banyak lagi ucapan terima kasih yang dilontarkan kepada Pak Harto. Tidak ada lagi yang jauh lebih menyenangkan, dibanding istirahat lebih cepat.
Kring.. Kring..
Bel istirahat berbunyi. Pak Harto sudah keluar sedari tadi.
"Ya elah ini sih bukan istirahat awal," protes Eva.
"Istirahat lebih awal semenit doang, buat apa elah." Reza ikutan berprotes.
Sungguh, tidak ada lagi yang jauh lebih menyebalkan, selain ditipu oleh guru sendiri.
•••
Setelah tadi ditipu oleh Pak Harto perihal jam istirahat, sekarang kelas 11 Ipa 1 dibuat riuh kembali. Bahagia menyelimuti seisi kelas ketika tahu bahwa Miss Kinar-guru Bahasa Inggris mereka tidak masuk.
Di SMA Semenanjung, jika ada guru pendidik yang tidak masuk, maka jam mengajar guru tersebut tidak akan digantikan oleh guru lainnya. Sederhananya, kelas tersebut akan bebas dari guru pengganti.
"Gak apa-apa deh, tadi ditipu sama Pak Harto. Yang penting sekarang dapat rezeki nomplok yaitu free class," ucap Rea yang duduk sendiri tepat di belakang Zilva dan Ares.
"Betul tuh, akhirnya aku punya waktu buat tamatin baca novel deh."
Zilva segera mengeluarkan sebuah buku novel dari dalam tasnya. Lalu mulai asyik membaca. Sementara Ares, sudah terlelap dalam tidurnya. Hari ini ia merasa sangat mengantuk, berulang kali ia menguap, dan akhirnya ia bisa melepas kantuknya sekarang.
Ares adalah tipe orang yang mudah terlelap. Tak peduli seribut apapun suasana tempat ia berada, ia tetap saja bisa tertidur.
Seperti keadaan kelasnya sekarang ini, yang ributnya bukan main. Konser abal-abal mulai terbentuk di seisi kelas. Di pojokan kelas, ada sekumpulan lelaki pecinta game Mobile Legends yang sedang bernyanyi lagu Lily. Yang tentunya, lirik asli dari lagu tersebut telah diubah menjadi nama hero-hero Mobile Legends.
Sementara itu, di depan kelas, sudah ada sekumpulan lelaki pecinta lagu dangdut yang juga sedang bernyanyi lagu Sayang dari Via Vallen. Tak hanya bernyanyi, mereka juga mengambilkannya dengan berjoget-joget ria.
"Asek, goyang trus mang." Suara teriakan itu berasal dari Jojon yang kini tengah berdiri di atas kursi guru dan berjoget diatasnya. Nama aslinya Jonathan, namun lebih sering dipanggil Jojon. Tingkahnya yang aneh bin ajaib membuatnya menjadi salah satu bahan bullyan di kelas.
"Eh Jojon, ribut banget sih elo!"
Gita yang kesal langsung melempar sepatunya ke arah Jojon, dan tepat mengenai muka lelaki itu.
"Eh kurang ajar lo gigi hiu!" omel Jojon. Sedangkan teman-temannya yang lain sudah tertawa terbahak-bahak melihat wajah Jojon. Karena merasa malu, Jojon pun segera turun dari atas kursi dan berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya ke lantai kelas.
"Apa yang kalian lakuin ke Jojon itu jahat. Semuanya jahat!" ucap Jojon dengan dramatisnya. Bukannya prihatin, teman-temannya malah tertawa lebih keras lagi.
Namun, tiba-tiba saja suasana riuh dan suara tawa tadi terhenti kala melihat bayangan dari luar kelas.
"Jangan-jangan itu guru lagi."
Sontak, kelompok murid-murid tadi langsung bubar dan kembali ke bangku mereka masing-masing. Mereka langsung membuka buku pelajaran dan berpura-pura tengah sibuk belajar.
"Permisi."
⊱ ────── {⋆⌘⋆} ────── ⊰
Kamu itu seperti aljabar dalam pelajaran matematika. Butuh pemahaman tingkat tinggi untuk mengerti apa maumu.
•••
Yuk, dukung ceritaku dengan cara klik tombol vote ☆ dan memberikan kritik serta saran di kolom komentar ya🌹 Terima kasih.. 🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro