Chapter Twenty Six ✨
Hari ini terhitung sudah seminggu, semenjak hari dimana Ares ditinggalkan oleh mamanya. Selama seminggu pula, gadis itu terus menangis. Ares jadi tidak fokus dalam pelajarannya.
Beruntungnya, ada Anan yang selalu memberikan semangat kepada gadis itu. Tak jarang, jika Ares lupa mengerjakan tugas karena sibuk menangis, Anan lah yang membantunya mengerjakan tugas. Jika ada ulangan harian, Anan selalu mengingatkannya untuk belajar. Terkadang, Anan juga turun tangan untuk membantu gadis itu belajar.
Berbeda dengan Ares yang terus-menerus meratapi kepergian mamanya, Surya malah kelihatan sangat sibuk. Surya bukan sibuk mengurusi pekerjaannya, namun lelaki itu mengurusi perihal kecelakaan yang menimpa istrinya. Surya harus bolak-balik ke kantor polisi, dan tempat kejadian untuk mendapatkan informasi lanjut mengenai kecelakaan yang membuat istrinya harus pergi selama-lamanya.
Perjuangan Surya akhirnya terbalas. Ia menemukan titik terang dari kecelakaan yang menimpa istrinya. Ternyata benar dugaannya, bahwa kecelakaan itu memang disengaja oleh pihak tertentu. Pihak kepolisian memintanya untuk pergi, menemui orang yang membuat istrinya akhirnya meninggal.
"Res, temani papa ke kantor polisi ya."
Ares menghapus air matanya, kemudian mendongak melihat papanya. "Ngapain kita ke kantor polisi, Pa?"
"Pihak kepolisian udah berhasil nemuin orang yang menyebabkan taksi yang ditumpangi mama akhirnya kecelakaan."
Ares membelalakkan matanya. "Jadi, kecelakaan mama itu bukan murni kecelakaan? Tapi ada pihak yang sengaja mencelakai mama?"
"Iya sayang. Makanya sekarang kita harus ke kantor polisi untuk menemui orang itu. Papa gak sabar untuk memberi dia pelajaran, atas meninggalnya mama kamu."
"Iya, Pa. Ares ikut. Sebentar, Ares siap-siap dulu."
"Papa tunggu di bawah ya, sayang."
Ares mengangguk. Gadis itu segera mencuci mukanya. Ia tidak bisa pergi dengan keadaan seperti ini, matanya bengkak akibat menangis. Gadis itu mengambil alat make upnya, dan memoles sedikit di bagian kantong matanya. Setidaknya, itu dapat mengurangi bengkak yang kelihatan.
"Siapapun orang yang udah buat mama meninggal, aku gak akan pernah maafin dia." Ares menggeram.
•••
Ares dan papanya kini sudah berada di kantor polisi. Mereka yang baru sampai, langsung menemui Pak Wijaya-polisi yang ditugaskan untuk mencari tahu tentang kecelakaan mama Ares.
"Selamat siang, Pak Wijaya."
"Selamat siang, Pak Surya. Saya sedari tadi menunggu kehadiran anda. Silakan duduk, Pak."
"Terima kasih, Pak. Jadi, apa betul pelaku sudah ditemukan, Pak?"
Pak Wijaya mengangguk. "Betul sekali, Pak. Pelaku yang menyebabkan istri bapak meninggal sudah berhasil kami tangkap."
"Lalu, dimana orang tersebut?"
"Sebentar, Pak. Saya akan membawa orang tersebut ke sini, kebetulan dia sudah berada di ruangan sel." Pak Wijaya bangkit dari kursinya, kemudian berjalan menuju ruangan sel pelaku tersebut.
Surya melihat ke arah Ares. "Sebentar lagi, kita akan tahu siapa pelakunya, sayang. Papa janji, papa gak akan biarkan pelaku itu bebas begitu aja. Papa akan penjarakan dia sesuai dengan ketetapan yang berlaku."
"Iya, Pa. Ares gak sabar mau marahin orang itu, dia jahat banget udah celakain mama. Ares gak bakal kasi ampun untuk orang yang udah misahin Ares dengan mama."
Ucapan Ares dan Surya terhenti kala Pak Wijaya kembali, sembari diikuti seseorang di belakangnya. Ares dapat yakini, bahwa orang tersebut ialah penyebab kecelakaan mamanya.
"Ini dia, Pak Surya. Orang yang sudah menyebabkan istri bapak meninggal. Jika ada yang ingin dibicarakan, saya tinggal sebentar."
Sepeninggal Pak Wijaya, hanya hening yang tercipta. Orang tersebut hanya bisa diam tertunduk. Sementara Surya, sedang menetralkan emosinya untuk berbicara.
"Ada dendam pribadi apa kamu dengan istri saya?" tanya Surya dengan nada yang dingin. Orang tersebut hanya diam.
"Jawab!"
"Sa-saya enggak punya dendam apa-apa sama istri bapak." Akhirnya orang tersebut membuka suaranya.
"Kalau begitu, kenapa kamu dengan teganya mencelakai istri saya?"
"Kamu jahat banget. Kamu itu masih muda kan? Pastinya kamu ngerasain gimana rasanya seorang anak yang ditinggal oleh mamanya. Pastinya kamu tahu betapa kehilangannya saya. Kamu jahat banget!" Ares meluapkan emosi yang sedari tadi dipendamnya.
"Maaf."
"Saya gak butuh maaf kamu. Maaf kamu gak bisa kembaliin mama saya juga kan?" Ares tak habis pikir. Dengan gampangnya orang itu meminta maaf, setelah dia membuat Ares kehilangan mamanya.
"Apa tujuan kamu celakain istri saya?"
"Saya cuma disuruh. Saya gak tahu apa-apa."
"Kamu disuruh? Kalau begitu, mana orang yang udah nyuruh kamu? Kenapa dia gak ketangkap?"
"Saya disuruh tutup mulut, Pak. Katanya kalau saya bocorin, dia ngancam untuk minta papanya mutusin bantuannya ke perusahaan papa saya yang lagi bangkrut."
"Kamu tenang saja. Beritahu saya siapa orangnya. Untuk urusan perusahaan papa kamu, saya akan bantu. Dengan catatan, tidak ada yang kamu sembunyikan dari saya."
"Baik, Pak. Terima kasih. Saya akan jujur, sebenarnya, saya disuruh sama salah satu anak SMA Semenanjung."
"Apa?! Anak SMA Semenanjung?" pekik Ares tidak percaya. "Kamu jangan mentang-mentang saya anak SMA Semenanjung, trus kamu mau ngejelekin nama teman-teman saya dong."
"Saya gak bohong. Saya beneran disuruh oleh anak Semenanjung."
"Kalau memang benar begitu, coba kamu ceritakan kepada saya bagaimana caranya anak Semenanjung bisa meminta bantuan kamu untuk mencelakai istri saya."
"Jadi begini, Pak. Sebelumnya, nama saya Arvian. Malam itu, saya pergi ke kantor papa saya untuk membantunya mengerjakan beberapa dokumen penting. Kemudian, saat itu juga ada sebuah notifikasi pesan masuk. Isi pesan itu mengatakan bahwa sang pengirim pesan ingin meminta bertemu dengan saya.
Awalnya saya menolak, karena saya sama sekali tidak mengenal nomor tersebut, sehingga saya anggap sang pengirim pesan itu hanya berniat mengerjai saya. Setelah saya menolak, sang pengirim pesan langsung menelepon saya. Dari panggilan tersebut, dia mengancam saya untuk bertemu dengan dia, jika tidak dia akan menghancurkan keluarga saya.
Dari pembicaraan di telpon itu juga, orang itu juga memberitahukan bahwa dia adalah anak dari sebuah perusahaan besar yang rupanya adalah investor terbesar di perusahaan papa saya yang hampir bangkrut."
"Sebentar," potong Ares. "Kalau boleh saya tahu, orang itu perempuan atau laki-laki?"
"Perempuan." Ares terkejut ketika mendengar jawaban dari Arvian.
"Saya lanjutkan cerita saya. Karena diancam seperti itu, akhirnya saya mau tak mau menerima ajakan dia untuk bertemu. Saat kami bertemu, dia langsung memberikan plat mobil yang harus saya jadikan target. Dia menyuruh saya untuk mengempeskan ban mobil tersebut, kemudian memutus rem mobil. Begitu ceritanya, Pak."
Ares sedikit merasa heran, jika perempuan tersebut langsung memberitahukan plat mobilnya, lalu kapan dia memperkenalkan diri?
"Kamu tahu darimana kalau perempuan itu anak Semenanjung?"
"Saya tahu, karena pada hari itu teman saya yang merupakan anak Semenanjung juga memberitahukan saya bahwa dia diundang di pesta ulang tahun Sasa. Dari penampilan perempuan itu yang memakai dresscode berwarna cream muda, jadi saya dapat menebak bahwa perempuan itu adalah anak Semenanjung."
"Kamu tahu siapa namanya?" tanya Ares lagi.
Arvian menggeleng. "Saya gak tahu siapa dia, yang jelas saya masih ingat ciri-ciri perempuan itu dan model gaun yang ia kenakan hari itu."
"Bagaimana ciri-cirinya?"
"Boleh berdiri sebentar?" tanya Arvian kepada Ares. Ares mengangguk, lalu berdiri.
"Tinggi perempuan itu sama seperti kamu. Kemudian, matanya sedikit sipit. Kulitnya putih. Hidungnya mancung. Dia mengenakan gaun berwarna cream dengan renda warna pink di bagian lengan."
Ares membelalakkan matanya. "Rambutnya sebahu?"
"Iya, sebahu."
Ares tidak bisa menetralkan keterkejutannya. Tidak mungkin, tidak mungkin pelakunya adalah orang yang sama dengan di pikiran Ares.
Ares mengambil ponselnya, kemudian mencari sebuah foto. "Wajahnya seperti ini?"
Arvian mengangguk. Seketika Ares kehilangan fokusnya kemudian pingsan tak sadarkan diri.
⊱ ────── {⋆⌘⋆} ────── ⊰
Sepandai apapun kamu menyembunyikan sebuah kebohongan, percayalah, suatu saat kebohongan itu akan segera terungkap.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro