Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter Twenty Nine ✨

Ares melihat flashdisk yang ada di tangannya. Flashdisk kecil berwarna biru muda, dengan sebuah kertas yang tergantung di sana.

Untuk Ares, Rea, dan juga Zilva.

Dari Raden, yang selalu berharap persahabatan kalian utuh kembali.

Ares mengernyitkan dahinya, maksud dari tulisan Raden itu apa?

“Res, ini kan rumah Zilva?” tanya Anan. Ares melihat ke rumah berpagar hitam itu, kemudian mengangguk. “Iya, yang itu rumahnya.”

Selepas dari tempat pemakaman Raden, Ares meminta Anan untuk mengantarnya ke rumah Zilva. Ia harus menyampaikan titipan dari Raden. Ares berencana untuk mengajak Zilva ke kantor polisi tempat Rea berada sekarang, dan membuka titipan yang dimaksud Raden itu bersama-sama.

“Mau ngapain kamu ke sini, Res?” tanya Zilva canggung. Setelah sekian lama tidak bertegur sapa, apa tujuan Ares datang ke rumahnya?

“Ada yang mau aku sampaikan.”

“Tentang apa?”

“Perihal itu, aku bakal kasi tahu setelah kita menemui Rea.”

“Apa kaitannya dengan Rea?”

“Udah, sekarang kamu ikut aja aku ke kantor polisi, nanti aku mau tunjukkin sesuatu. Ohya, kamu boleh sekalian bawa laptop? Kita perlu laptop soalnya.”

Zilva mengangguk. “Ada. Sebentar aku ambilin laptopnya sekalian siap-siap,” jawab gadis itu tanpa bertanya lagi. Ia tahu, pasti ada hal yang penting yang ingin disampaikan oleh Ares.

“Udah, Res. Ayo.”

•••

Sesampainya di kantor polisi, Ares lalu meminta izin kepada seorang polisi untuk bertemu dengan Rea.

“Mau ngapain lo datang ke sini lagi? Mau nanya-nanya soal kecelakaan mama lo lagi? Udah deh ya, gue lagi gak mau bahas.” Nada bicara Rea masih terdengar ketus.

“Tenang aja, Re. Aku gak akan bahas lagi perihal mama. Sekarang, ada hal yang jauh lebih penting lagi yang akan aku sampaikan.”

“Apa?” tanya Rea.

Ares melirik Zilva. Zilva yang paham, segera mengeluarkan laptopnya dan menyerahkannya kepada Ares.

Ares membuka laptop tersebut, lalu mencolokkan flashdisk yang diberikan Raden.

“Itu apaan?” tanya Rea penasaran.

“Lihat aja, aku juga belum tau.”

Ares lalu membuka isi flashdisk itu. Hanya ada 1 folder dengan tulisan “Untuk Ares, Rea dan Zilva” di sana. Ares membuka folder yang berisi sebuah video itu.

“Itu video apa?”tanya Zilva.

Ares hanya mengedikkan bahunya, sebagai jawaban.

Video itu terputar, 3 detik pertama, hanya layar hitam yang ditampilkan. Pada detik berikutnya, ada Raden di sana yang tengah tersenyum.

“Hai semuanya. Tentunya saat kalian buka video ini, aku udah tenang di alam sana.”

Kalimat pertama yang diucapkan Raden membuat Rea dan Zilva membelalakkan matanya. Ares yang melihat kedua sahabatnya itu memberi kode kepada mereka untuk lanjut melihat video itu.

“Pertama-tama, aku mau ucapin terima kasih untuk kalian bertiga. Terima kasih, sudah mau menjadi sahabat aku selama aku masih ada di dunia ini. Terutama aku mengucapkan terima kasih kepada Ares, yang sudah mau mengisi hari-hari aku dengan penuh kebahagiaan. Terima kasih untuk telah menebarkan energi positif di dalam diri aku.” Terlihat Raden menarik napasnya panjang, sebelum kembali berucap.

“Di video ini aku gak mau berbasa-basi, aku langsung ke intinya aja. Untuk Rea dan Zilva, aku harap setelah ini kalian akan menjadi paham dan gak akan salah paham lagi terhadap Ares. Hubungan aku dan Ares yang berakhir, itu semua bukan karena Ares. Melainkan karena aku, yang memilih untuk mengakhiri itu semua.

Saat aku divonis menderita kanker, satu yang ada di pikiran aku, yaitu aku harus segera mengakhiri hubungan aku dengan Ares. Aku gak mau Ares harus merasa terpukul karena aku yang masih berstatus sebagai pacarnya, harus pergi meninggalkan dia.

Ares, aku minta maaf jika alasan yang aku beri dulu, malah membuat kamu merasa tersakiti. Jujur, lebih baik aku menyakiti kamu sedari awal, daripada aku menyakiti kamu di akhir nanti dengan kepergian aku.

Pada saat itu, Rea dan juga Zilva mungkin salah paham dengan Ares. Aku yang belum selesai bercerita, sudah dipotong terlebih dahulu oleh Rea, sehingga Rea berprasangka bahwa Ares lah yang dengan egois mengakhiri hubungan kami.”

“Rea, Zilva, aku harap setelah ini kalian paham dan gak akan membenci Ares lagi. Oh iya, Res. Aku meminta maaf jika pada saat itu aku ikut membenci kamu. Sebenarnya, aku tidak pernah sedikitpun termakan oleh omongan Rea yang berbicara tidak-tidak tentang kamu.

Aku percaya, bahwa kamu itu perempuan baik-baik. Aku ikut membenci kamu, agar kamu bisa segera menjauh dari aku. Semua ini aku lakukan supaya kamu tidak terlalu merasa kehilangan dengan perginya aku. Aku minta maaf, Res. Maaf, aku udah melukai perasaan kamu. Maaf, aku udah menyakiti kamu.”

“Aku harap, dengan datangnya video ini. Hubungan persahabatan kalian dapat kembali utuh seperti semula. Jangan saling membenci, karena aku tahu kalian saling membutuhkan satu sama lain. Mungkin itu saja yang mau aku sampaikan. Sampai jumpa Ares, Rea, dan Zilva. Semoga kalian selalu bisa berbahagia. Aku Radensky Everest Mountas, selamat tinggal.”

Video itupun terhenti, membuat ketiga gadis itu sama-sama dalam keadaan menangis.

“Aku gak nyangka, baru beberapa hari aku di penjara, Raden udah pergi ninggalin kita semua.” Rea menyeka air matanya yang luruh. Gadis itu tidak menyangka akan kehilangan Raden, begitupula dengan Zilva.

“Res,” panggil Rea kepada Ares yang tengah berusaha menahan air matanya agar tak mengalir lebih deras lagi. “Aku minta maaf, selama ini udah salah paham.”

Gadis itu segera memeluk Ares dengan kuat. “Aku minta maaf, aku nyesal dulu nggak dengarkan penjelasan Raden sampai habis. Aku minta maaf, karena aku yang dengan bodohnya udah mencelakai mama kamu, hanya karena sebuah keegoisan aku. Aku minta maaf, Res.”

Ares membalas pelukan Rea. Hatinya menghangat ketika dipeluk oleh sahabatnya itu. Sudah lama, mereka tidak berpelukan seperti ini.

“Iya, Re. Untuk apapun yang sudah berlalu, aku ikhlas. Yang terpenting sekarang ialah kita semua sama-sama tahu kebenarannya.” Ares tersenyum manis, membuat rasa bersalah Rea semakin menumpuk di hatinya.

“Tapi, aku udah jahat banget. Aku udah buat kamu kehilangan mama kamu, Res.  Aku juga sempat mencemarkan nama baik kamu dengan menyebar gosip bahwa kamu itu langgangan club.  Aku ini manusia paling jahat, aku minta maaf, Res. Aku benar-benar menyesal.”

“Aku juga minta maaf, Res. Aku udah sempat ikutan membenci kamu. Aku salah selama ini, aku salah karena udah berpikir bahwa kamu itu jahat. Aku minta maaf, Res,” ujar Zilva tertunduk. Rasanya, gadis itu begitu bodoh telah terikut dalam hal membenci Ares.

“Res, kalau kamu mau marahin kami berdua, kamu mau membenci kami berdua. Kami ikhlas, Res. Kami ikhlas.”

Ares menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Rea.

“Aku udah bilang tadi, untuk apapun yang udah berada di belakang, aku ikhlas. Aku udah maafin kalian berdua. Dan, gak ada sedikitpun terpikir di pikiran aku untuk membenci kalian. Kalian itu sahabat aku, dan sesama sahabat gak boleh saling membenci. Jadi, berhenti meminta maaf, karena aku udah maafin kalian sedari dulu.”

“Makasih banyak, Res. Kami memang gak pernah salah memilih sahabat seperti kamu,” ujar Zilva.

“Sekali lagi makasih banyak, Res. Aku benar-benar gak nyangka kamu bakal maafin kami. Sekali lagi, terima kasih,” ujar Rea.

“Jangan terima kasih sama aku, terima kasihlah sama Raden. Karena berkat dia, kita bisa menghilangkan kesalahpahaman kita ini.”

“Iya, Res. Itu pasti. Selepas ini, kita harus ke makam Raden untuk ucapin terima kasih sebesar-besarnya, sekaligus mengunjungi Raden di tempat peristirahatan terakhirnya.”

“Jadi, persahabatan kita tetap utuh kan?” tanya Rea.

Ares dan Zilva saling melirik satu sama lain, kemudian mengangguk. Ketiga gadis itu lalu berpelukan sebagai tanda bahwa persahabatan mereka akan kembali utuh seperti semula.

Aku senang, Res. Akhirnya persahabatan kalian utuh lagi. Semoga setelah ini, kamu gak bakal bersedih lagi.

⊱ ────── {⋆⌘⋆} ────── ⊰

Sekalipun gelombang keegoisan sempat menghancurkan tembok kepercayaan kita. Kita akan selalu mempunyai cara, untuk kembali membangun tembok itu dengan utuh. Salah satu caranya ialah dengan kembali mendaki gunung persahabatan itu dengan penuh kasih sayang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro