Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter Twenty Five ✨

Prang!!

Ares segera menoleh ke sumber suara. Padahal, baru saja ia ingin menghilangkan pikiran negatif tentang mamanya, namun sekarang ia mendapati hal yang justru membuat pikirannya semakin tak karuan. Suara pecahan kaca itu bersumber dari bingkai foto mamanya yang terjatuh. Ares tidak merasakan ada getaran, atau angin kencang yang membuat bingkai foto mamanya jatuh dari tempat asalnya. Terlebih lagi, bingkai foto mamanya diletakkan di atas meja, dalam kondisi tidak berada di tepi.

“Ma, pertanda apa ini?”

Ares memegang bingkai foto yang sudah pecah tersebut. Air matanya seketika mengalir keluar. Gadis itu benar-benar takut terjadi sesuatu dengan mamanya. Gadis itu benar-benar takut mamanya sedang dalam bahaya.

Ares menghapus air matanya, lalu berjalan cepat keluar dari kamar mamanya. Ia harus mencari mamanya, meski ia sendiri tak tahu dimana mamanya sekarang berada. Setidaknya, ia akan mencari di beberapa tempat yang sering dikunjungi mamanya, seperti supermarket, warung di dekat kompleks atau rumah Tante Yuni—sahabat mamanya.

Ares mengambil kunci motor di dalam kamarnya. Tak lupa gadis itu membawa tas kecil berisikan ponsel dan dompet di dalamnya.

“Ma, Ares harap mama baik-baik aja. Ares gak mau sampai mama kenapa-napa.”

•••

Ares menghela napasnya. Sudah beberapa tempat Ares cari, namun tidak juga ia temui mamanya. Rasa gelisah bercampur panik semakin menghantui pikiran Ares. Gadis itu juga belum makan sama sekali sedari di acara Sasa tadi. Karena makanan yang dihidangkan adalah makanan bergaya Eropa yang tidak cocok di lambung Ares. Oleh karena itu, sekarang gadis itu merasa lapar. Cacing-cacing di dalam perutnya sudah berdemonstrasi meminta jatah makanan.

“Lebih baik, aku nyari makan dulu aja. Selepas makan, baru cari mama lagi. Semoga mama baik-baik aja.” Ares tersenyum. Gadis itu berusaha lagi untuk tidak berpikiran buruk mengenai mamanya. Ia tidak mau, mamanya yang tengah baik-baik saja malah terkena suatu hal buruk karena pikirannya.

Ares melajukan motornya ke salah satu tempat makan langganannya. Di tengah perjalanan, gadis itu memberhentikan motornya. Dering pada ponselnya yang menyebabkan gadis itu terpaksa berhenti mendadak.

Ares mengernyitkan dahinya kala mendapati panggilan masuk dari nomor tidak dikenal.

“Halo?”

“Halo, apa benar ini dengan dek Ares?”

“Iya, saya Ares. Ada apa, ya?”

“Kami dari pihak kepolisian, ingin mengabarkan bahwa telah terjadi kecelakaan yang menimpa mamanya adek.”

Ares hampir kehilangan keseimbangan kala mendengar mamanya mengalami kecelakaan. Itu semua tidak benar, kan?

“Sekarang, mamanya adek sudah dibawa ke salah satu rumah sakit. Apakah adek bisa pergi ke sana?”

“Bi—bisa, Pak. Saya akan segera ke sana.”

Tut ... Tut ....

Panggilan terhenti.

Ares sedikit menenangkan pikirannya, sebelum akhirnya gadis itu menyalakan motornya. Ia harus berada dalam keadaan tenang, terlebih gadis itu sedang membawa motor.

Di sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, gadis itu terus merapalkan doa untuk mamanya. Semoga kecelakaan yang menimpa mamanya tidak berakibat fatal. Semoga mamanya baik-baik saja.

•••

“Apa yang terjadi dengan mama saya, Dok? Kenapa wajah mama saya ditutupi oleh kain semua?”

Ares terisak saat berucap. Gadis itu melihat kondisi mamanya yang kini ditutupi oleh kain dari wajah hingga kaki.

“Dok, jawab. Kenapa Dokter diam aja? Apa yang terjadi dengan mama saya? Mama saya gak apa-apa kan, Dok?” desak Ares karena tak kunjung mendapat jawaban.

“Saya mohon maaf.”

“Dokter, kenapa minta maaf? Sebenarnya ada apa, Dok?”

“Saya dan tim medis lainnya sudah berupaya semaksimal mungkin, namun nyawa mama kamu tidak bisa kami selamatkan. Tuhan jauh lebih menyayangi mama kamu.”

Duarr!

Bagai tersambar petir, hati Ares benar-benar kacau. Tangisnya yang sedari tadi ditahan, kini meluap begitu saja.

“Dokter, jangan bohong. Bilang sama saya, kalau Dokter sekarang lagi mencoba buat berbohong. Jawab, Dok.”

“Saya tidak berbohong, mama kamu sudah tiada.”

Ares menutup mulutnya tidak percaya, baru tadi pagi mamanya memarahinya karena kedapatan membolos kelas. Akan tetapi, sekarang mamanya sudah tiada. Ares tidak bisa mempercayai itu.

Ares segera berjalan menuju ranjang mamanya, dibukanya kain yang menutupi wajah mamanya. Ares mengelus wajah mamanya, wanita yang sangat dicintainya.

“Ma, mama kenapa tinggalin Ares?”

Tak pernah terbayangkan oleh Ares, jika ia harus mengalami kenyataan sepahit ini.

“Ma, Ares rela kok sekarang Ares dimarahi sama mama. Ayo, Ma. Mama bangun, cepat marahin Ares seperti dulu mama marahin Ares karena pecahin vas kesayangan mama. Bangun, Ma. Ares mohon.”

Ares terus menangis sambil memeluk wanita yang telah melahirkannya itu. Suster yang berada di ruangan tersebut juga tak tahan menahan tangis.

“Dek, kamu yang sabar, ya. Ini sudah kehendak Tuhan. Yang perlu kamu lakukan sekarang ialah berdoa buat mama kamu. Semoga mama kamu ditempatkan di sisi terbaik Tuhan.” Suster itu mengelus bahu punggung Ares, berusaha memberi kekuatan pada gadis itu.

“Saya gak nyangka, Sus. Saya harus kehilangan mama saya. Saya gak bisa kehilangan mama,” ucap Ares sambil terisak.

“Saya tahu bagaimana perasaan kamu. Kamu harus tabah dalam menjalani ini. Saya yakin, ketika Tuhan memberikan cobaan ini kepada kamu, maka Tuhan percaya kamu sanggup melewati ini semua.”

•••

Jenazah mama Ares sudah disemayamkan keesokan harinya. Tentunya, Surya—papa Ares sudah kembali saat acara pemakaman istrinya. Surya yang diberitahukan Ares pada hari meninggalnya istrinya, merasa sangat kehilangan. Ia kehilangan istri yang paling dicintainya, sekaligus mama dari putrinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana Ares akan kuat menghadapi masalah ini. Terlebih selama ini Ares sudah terbiasa dengan mamanya.

“Sayang, ayo kita pulang,” ajak Surya. Acara pemakaman sudah berakhir 30 menit yang lalu. Semua orang yang tadinya datang menghadiri acara pemakaman, kini satu persatu sudah pulang. Tertinggal Surya, Ares, serta Anan di sana.

Anan berdiri tak jauh dari Ares. Lelaki itu dapat melihat betapa kehilangannya Ares akan kepergian mamanya.

“Gak mau, Pa. Ares masih mau di sini. Ares mau temani mama.”

Surya menghela napasnya. Ia tidak bisa memaksa Ares untuk pulang, jika putrinya sendiri tidak menginginkan. Surya berjalan menuju Anan, kemudian menitipkan Ares kepada Anan. Masih ada yang harus Surya urus, terkait dengan kecelakaan yang menimpa mendiang istrinya. Ia harus mencari tahu, apakah ini benar-benar murni kecelakaan atau justru kecelakaan yang telah direncanakan oleh orang lain. Ia mempunyai feeling yang tidak baik.

“Baik, Om. Om tenang aja, saya akan menjaga Ares dengan baik,” ucap Anan.

Sepeninggal Surya, Anan berjalan mendekat ke arah Ares. Lelaki itu merangkul tubuh Ares ke dalam pelukannya.

“Nan, kenapa semua jadi seperti ini? Kenapa mama harus pergi ninggalin aku?”

Anan mengelus puncak kepala Ares. “Ini semua takdir, Res. Gak ada yang tahu apa yang akan terjadi hari ini ataupun besok.”

“Kenapa bukan aku yang pergi aja sih? Kenapa harus mama?”

“Ssst. Kamu gak boleh ngomong seperti itu. Hidup dan matinya seseorang udah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Kita gak berhak, dan gak bisa memilih siapa yang akan pergi duluan sekarang.”

“Tapi, Nan. Aku gak sanggup harus kehilangan mama.”

“Kamu sanggup. Aku yakin akan hal itu. Karena Ares yang  aku kenal itu kuat.”

Ares melepas pelukan Anan, kemudian gadis itu melihat mata Anan. “Makasih ya, kamu selalu berusaha untuk nenangin aku.”

“Itu pasti. Udah tugas sesama umat manusia untuk saling menguatkan. Kamu yang tabah, kamu harus kuat. Di sini, masih banyak yang peduli sama kamu. Ada papa kamu, keluarga besar kamu, dan juga ada aku yang akan selalu siap jadi sandaran kamu ketika kamu lelah. Aku janji akan selalu ada buat kamu.” Anan tersenyum mengakhiri ucapannya.

Dan, akan ada aku yang akan terus mencintai kamu. Selamanya.’

⊱ ────── {⋆⌘⋆} ────── ⊰

Kehilanganmu adalah peristiwa terburuk yang pernah terjadi di dalam hidupku. Terima kasih, sudah menjadi ibu terbaik yang pernah ada di dalam hidupku. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro