Chapter Seven✨
Hari ini terhitung sudah sebulan Raden melakukan pendekatan bersama Ares. Mereka berdua yang awalnya tidak saling mengenal, atau lebih tepat nya hanya saling mengetahui nama, kini sudah terlihat lebih akrab. Bisa dibilang, mereka sudah terlihat sebagai seorang teman yang sudah bersahabat lama. Isu demi isu tentang kedekatan mereka mulai terdengar. Tak butuh waktu lama, kabar burung itupun sampai ke telinga Aran.
Ada sedikit rasa sesak di dada lelaki itu kala mendengar kedekatan antara Ares, gadis yang baru sebulan resmi menjadi mantan pacarnya itu kini sudah dekat lagi dengan lelaki lain. Sempat terbesit benci di dalam pikiran Anan, ternyata Ares yang ia pikir setia dan tulus dalam mencintainya juga sama buruknya dengan gadis lain yang hobi mempermainkan hati lelaki. Satu hal yang tidak diketahui oleh kaum hawa ialah bahwa hati lelaki itu juga sama rapuhnya dengan hati perempuan.
"Res, ada satu hal yang mau aku omongin sana kamu." Suara itu terdengar menggema di telinga Anan. Ia memberhentikan langkahnya, dan menoleh ke arah sumber suara. Lelaki itu mendapati dirinya Aden dan Ares yang tengah berbincang di koridor kelas 12 IPA 2. Anan yang penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh Raden kepada Ares, berusaha menajamkan pendengarannya. Jarak antara mereka tidak terlalu lalu jauh, namun tentunya tempat dimana Anan berdiri sangat strategis. Ia dapat melihat ke arah Raden dan Ares, sedangkan Raden dan Ares tidak akan bisa melihat atau sekalipun mengetahui keberadaan Anan.
"Ngomong tentang apa?" tanya Ares kepada Raden.
Rindu. Satu kata yang dapat mewakili perasaan Anan kepada Ares. Suara lembut milik Ares adalah salah satu hal yang sangat Anan rindukan.
"Tentang perasaan aku," jawab Raden. Seketika napas Anan tercekat, tak ia sangka Raden akan secepat ini menyatakan perasaannya kepada Ares. Anan melihat ke arah Ares. Anan melihat ke arah Ares, terlihat ada keterkejutan yang terlukis di wajah Ares.
"Maksud kamu?" Terdengar lagi suara lembut milik Ares terlontarkan.
"Aku sudah lama mengagumi kamu, sampai aku enggak sadar bahwa kini rasa kagum aku berubah menjadi cinta."
Sesak. Rasanya sesak, ketika mendengar pernyataan cinta dari Raden kepada Ares, mantan gadisnya yang masih Anan cintai.
"Jadi, apa kamu mau jadi pacar aku?"
Kalimat itu akhirnya terlontar dari mulut Raden, membuat Anan tidak tahan lagi. Ia harus pergi dari sana, sebelum hatinya semakin retak kala mendengar jawaban dari Ares.
•••
Ares tidak menyangka. Setelah sebulan pendekatan yang dilakukan Raden kepadanya, hari ini juga Raden menyatakan perasaannya kepada Ares.
Ares dibuat bimbang. Di satu sisi, ia tak bisa berbohong bahwa rasanya untuk sang mantan, Anan masih sangat besar. Namun, di sisi lainnya, ia tak bisa memungkiri, bahwa sudah mulai timbul rasa nyaman antara dirinya dengan Raden.
"Aku gak bisa jawab sekarang, Den. Beri aku waktu, ya."
Akhirnya, 2 kalimat itulah yang dapat Ares lontarkan sekarang ini. Ia masih perlu waktu untuk memikirkan perasaannya itu. Ia butuh waktu yang senggang, untuk bisa fokus memikirkan jawaban apa yang pantas diberikan atas pernyataan cinta Raden tadi. Ia tidak bisa sembarang memilih, karena sekali ia salah memilih jawaban, maka akan ada hati yang harus dikorbankan untuk terluka.
"Baiklah kalau begitu. Aku gak bisa nuntut kamu untuk jawab sekarang, karena aku tahu ini terlalu mendadak. Kalau aku kasi kamu waktu seminggu untuk memikirkan semua ini, apa bisa?" tanya Raden.
"Bisa," jawab Ares dengan mantapnya. Namun, di dalam lubuk hatinya, ia sedikit ragu. Apa bisa ia memikirkan hal yang rumit bernama cinta itu hanya dalam waktu seminggu? Ah, rasanya seabad pun ia tak akan bisa menjawab.
•••
Detik demi detik berlalu. Tak terasa, gelapnya malam kembali menyapa penduduk bumi. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya bagi semua insan tertidur pulas dalam kesejukan malam.
Tubuh mungil milik Ares telah tertutupi dengan selimut, pertanda ia siap tidur. Ia mencoba memejamkan matanya, berharap dapat menemukan setitik celah kantuk untuk ia gunakan supaya tertidur. Akan tetapi, sedikitpun kantuk tak datang menyerang.
Ares membuang selimutnya ke bawah, ia menyerah mencoba untuk tertidur. Nyatanya, pikirannya masih setia terpaku pada pernyataan cinta Raden tadi. Ia masih bingung akan jawaban apa yang mesti ia berikan.
"Aku telpon Rea dan Zilva aja kali ya," ucapnya bermonolog. Segera diambilnya ponsel dengan case berwarna biru muda itu dari dalam nakas mejanya. Ia memasukkan kata sandi ke dalam ponselnya, lalu mereka tombol aplikasi Whatsapp. Segera dicarinya grup bernama Trio Girls, yang beranggotakan dirinya, Rea dan juga Zilva. Setelah menemukan grup itu, Ares lalu menekan tombol video call.
Tak butuh waktu lama, panggilan video itupun segera tersambung, menampilkan wajah ngantuk milik Rea dan Zilva disana.
"Ada apa nih telpon malam-malam, Res?" tanya Rea, sesaat kemudian gadis dengan piyama bergambar kartun spongebob itu menguap. Pertanda, bahwa gadis itu sangat mengantuk.
"Iya nih, tumbenan aja si Ares nelpon jam segini," timpal Zilva. Gadis dengan piyama bergambar kartun Stitch itupun ikut menguap.
"Hehe, maaf ya ganggu malam-malam. Ini aku mau curhat. Boleh, kan?" tanya Ares kemudian mengedipkan matanya berkali-kali. Hal itu dilakukan, dengan harapan kedua sahabatnya itu mau meluangkan waktu tidurnya sedikit untuk mendengarkan curhatannya.
"Iya," ucap Rea dan Zilva berbarengan dengan singkatnya. Kedua gadis itu berusaha mengumpulkan nyawanya untuk mendengarkan curhatan Ares.
Mendengar persetujuan dari Rea dan Zilva, Ares lalu memulai acara curhatannya. Dimulai dari Raden yang sebulan ini bersikap manis kepada dirinya, hingga Raden yang tadi pagi menyatakan perasaannya kepada Ares. Semua diceritakan tanpa ada yang tertinggal.
"Apa?!?" teriak Rea dan Zilva dengan kompaknya, membuat Ares dengan spontan menutup kedua telinganya.
"Santai aja dong, jangan teriak gitu," ucap Ares yang membuat Rea dan Zilva terkekeh bersama.
"Hehe, habisnya berita ini mengejutkan banget," ucap Zilva. Rea mengangguk, menyetujui ucapan Zilva. Berita Raden yang menembak Ares memang sangat mengejutkan. Selama ini, kedua insan tersebut memang selalu berbarengan saat datang ataupun pulang sekolah. Namun, rasanya terlalu cepat bagi Raden menyatakan perasaannya kepada Ares.
"Jadi, gimana dong? Aku harus jawab apa? Di satu sisi aku nyaman sama Raden, namun di sisi lain, aku juga masih sayang sama Anan. Aku harus gimana?" tanya Ares meminta jawaban dari Rea dan Zilva.
"Kalau menurut aku, lebih baik kamu terima aja dulu. Coba dijalani aja hubungannya, siapa tahu memang Raden itu yang paling cocok untuk kamu." Jawaban pertama dari Zilva.
"Aku setuju tuh sama Zilva, dicoba aja dulu. Kan, rasa cinta itu bisa ada dengan sendirinya. Kalau udah jalanin hubungannya, percaya deh pasti gampang buat kamu jatuh cinta seutuhnya sama Raden," ucap Rea dengan panjang lebarnya, bak seorang ahli cinta yang sedang berceramah.
"Gitu, ya?" tanya Ares.
"Iya gitu. Udah, terima aja si Raden. Jangan sia-siain cowok sesempurna Raden. Udah baik, ganteng, pintar, jago basket. Pokoknya sempurna dah," ucap Rea yang menurut Ares sangat melebih-lebihkan.
Memang benar, Raden memiliki semua yang didambakan oleh seorang perempuan. Wajah blasteran Turki-Indonesia, otak yang jenius seperti titisan dari seorang Albert Einstein. Ditambah lagi Raden sangat lihai bermain bola basket.
"Kalau gitu pendapat kalian, akan aku pertimbangkan lagi deh. Aku gak mau terlalu gegabah memilih hehe," ucap Ares terkekeh kecil.
"Iya, Res. Pokoknya, pilihlah apa yang menurut kamu terbaik untuk diri kamu sendiri. Aku sama Rea hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk kamu."
"Makasih banyak ya. Kalian berdua memang sahabat terbaik aku. Aku senang punya sahabat seperti kalian," ucap Ares dengan mata yang berkaca-kaca. Ucapannya barusan tidak melebih-lebihkan, karena memang nyatanya Rea dan Zilva adalah sahabat terbaik yang dimiliki Ares. Mereka berdua selalu ada untuk Ares, baik disaat suka maupun duka.
"Ah jadi terharu akunya. Sayang sama Ares."
⊱ ────── {⋆⌘⋆} ────── ⊰
Aku tidak ingin terlalu gegabah dalam memilih, karena aku tidak ingin ada lagi yang tersakiti di sini.
•••
Yuk, dukung ceritaku dengan cara klik tombol vote ☆ dan memberikan kritik serta saran di kolom komentar ya🌹 Terima kasih.. 🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro