Chapter Nine✨
Jantung Ares berdegup begitu kencang. Ia melihat ke arah Raden yang duduk di sampingnya.
"Tante senang banget akhirnya Raden berani juga bawa cewek datang kesini. Tante kira selama ini Raden itu gay loh karena gak pernah bawa cewek," ucap Tyas dengan bahagia. Raden Ajeng Tyas Ningsih atau Tyas adalah, bunda dari Raden.
Hari ini ialah hari pertemuan antara Ares dengan kedua orang tua Raden. Hal yang dapat Ares ketahui adalah bahwa Raden merupakan anak sematawayang, sama seperti dirinya.
Menanggapi ucapan Tyas barusan, Ares hanya bisa terkekeh kecil. Ia bingung harus menjawab apa karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan orang tua sang pacar. Selama ia berpacaran, ia tak pernah diajak berkenalan dengan orang tua dari sang pacar, termasuk saat berpacaran dengan Anan.
"Nama kamu siapa?" Kini giliran Erol yang bersuara. Erol Levent Mount, lelaki kelahiran Turki tersebut ialah ayah dari Raden.
"Nama saya Ares, Om," jawab Ares dengan gugupnya.
"Santai aja, Ares. Jangan gugup gitu. Om sama Tante gak bakal makan kamu kok," ucap Tyas berusaha mencairkan suasana.
"Hehe, iya Tante," ujar Ares tersenyum
"Oh iya, tadi nama kamu Ares, ya? Nama lengkapnya siapa? Aresta ya?" Tebak Tyas.
Ares menggeleng. "Bukan, Tan."
"Lalu, siapa nama lengkap kamu?"
"Ratu Estetika sejagad, Tan," ucap Ares.
"Unik banget nama kamu, pasti mama kamu terlalu suka sama hal-hal berbau estetis, ya?" tebak Tyas lagi. Sepertinya, Tyas memiliki potensi untuk menjadi seorang peramal kehidupan.
"Hehe, iya, Tan. Mama suka banget sama benda-benda yang unik gitu."
Perbincangan antara mereka, yang didominasi oleh suara Ares dan Tyas itu terus berlanjut hingga malam menjemput. Ternyata, kedua orang tua Raden tidaklah sekaku yang dipikiran Ares. Mereka justru menyambut Ares dengan hangatnya, terutama Tyas.
•••
Setelah pertemuan Ares dengan kedua orangtua Raden, kini hubungan antara dua insan itu tampak lebih romantis. Kelas 11 Ipa 1 akan selalu disuguhi penampakkan suap-menyuap setiap harinya yang dilakukan oleh Ares dan Raden. Hubungan mereka pun kini sudah terkenal di kalangan murid SMA semenanjung, membuat keduanya tidak perlu lagi menahan adegan keromantisan mereka.
"Aduh, ini berdua bikin sakit mata aja," celetuk Rea sambil mengucek kedua matanya.
"Iya tuh, gak nyadar apa disini ada yang jomblo," timpal Zilva. Sedangkan Ares dan Raden hanya bisa terkekeh mendengar celetukan dari keduanya.
"Ya, makanya buruan nyari pacar. Muka cantik percuma kalau pacar aja gak punya," ledek Ares. Raden yang disampingnya hanya bisa tertawa melihat ledekan Ares yang berhasil mengubah raut wajah Rea dan Zilva menjadi masam.
"Oh, sekarang udah berani ngeledek ya?" tanya Rea. Gadis itu melihat ke arah Zilva, kemudian mengedipkan sebelah matanya seolah memberi kode kepada Zilva.
"Satu.. Dua.. Tiga.."
Setelah hitungan itu berhenti, keduanya segera menuju bangku Ares dan menggelitik gadis itu.
"Eh berhenti dong, berhenti. Please berhenti, aku minta ampun deh. Gak bakal ngeledek lagi," pinta Ares dengan memohon. Keduanya lalu memberhentikan aksinya ketika Raden meminta mereka untuk berhenti.
"Kami berhenti, tapi ada syaratnya," ucap Rea.
"Syaratnya yaitu traktir kami makan bakso Mang Tito," lanjutnya yang membuat Ares menepuk jidatnya pelan. Uang lagi, uang lagi yang harus dikeluarkan olehnya.
"Iya, iya ntar aku traktir. Udah sana pergi dulu. Hush.. Hush," usir Ares.
"Elah main ngusir segala," ucap Rea.
"Biasalah, pasangan baru mau berduaan mulu. Ya udah, yuk Rea kita pergi," ucap Zilva kemudian menarik lengan Rea untuk pergi meninggalkan Ares dan Raden.
"Itu teman kamu?" tanya Raden tertawa. Ares menggeleng. "Bukan."
"Terus?" tanya Raden lagi. "Terus terus, hiya parkir di sana bang," ledek Ares yang membuat Raden gemas.
"Ih malah ngeledek," ujar Raden.
"Hehe, jangan marah," ucap Ares tersenyum manis, membuat siapa saja yang melihatnya akan luluh, termasuk Raden.
"Rea dan Zilva itu bukan teman aku. Mereka itu adalah sahabat aku. Ralat, they're not my best friend. They're my sister from another mother," lanjut Ares.
"Kalau aku jadi mereka, pasti aku beruntung banget punya sahabat seperti kamu," ucap Raden.
"Tapi, aku udah beruntung sih walau gak jadi sahabat kamu. Karena aku beruntung untuk bisa menjadi pemilik dari hati kamu," sambungnya
"Ah bisa wae kamu."
"Bisa dong, kan aku sayang kamu."
"Sayang kamu juga. Oh iya, aku mau tanya."
"Tanya apa, Aresku tersayang?" tanya Raden yang berhasil membuat pipi Ares memerah.
"Kamu kenapa bisa suka sama aku?"
"Kalau kayak lagu Ari Lasso. Aku jatuh cinta padamu, sejak pertama kita bertemu. Ya gitu deh, aku suka sama kamu bisa dibilang sebagai jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku jatuh cinta sama Ares yang meskipun dipuji sama orang, tidak pernah sombong. Aku jatuh cinta sama Ares, yang selalu bersikap lemah lembut. Aku jatuh cinta sama Ares, pacar kesayanganku."
Ucapan Raden membuat Ares merasa seperti terbang ke langit ke tujuh. Ia merasa beruntung dicintai oleh lelaki seperti Raden.
•••
Di balkon kamarnya, Ares menikmati semilir angin malam yang berhembus dengan kencang. Rambut panjangnya yang sedari tadi diurai, terbang karena tiupan angin, membuat gadis itu berkali-kali menyelipkan rambutnya di belakang telinganya.
"Ares," panggil seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamar Ares. Ternyata, itu adalah mamanya.
"Ares, kenapa di balkon gini? Nggak kedinginan?" tanya mamanya. Ares hanya menggeleng sebagai jawaban.
"Ya sudah. Tapi jangan kelamaan berdiri di balkonnya, nanti masuk angin, sayang."
"Iya, Ma."
"Oh iya, tadi mama baru dari luar, mama beliin sushi kesukaan kamu. Kalau kamu mau makan, sushinya ada di lemari ya, sayang," ucap sang mama.
"Wah, makasih banyak ya, Ma. Nanti Ares makan kok. Ares sayang mama," ujar Ares kemudian memeluk mamanya. Bagi Ares, mamanya adalah yang terbaik sedunia. Mamanya selalu tahu apa yang menjadi kesukaan Ares, meskipun terkadang pemikirannya selalu bertentangan dengan pemikiran Ares. Termasuk perihal hubungan Ares dengan Anan. Mamanya yang terlalu mengedepankan perihal keestetisan, menyebabkan Ares harus rela putus dengan Anan.
•••
Di sisi lain, Anan sedang mencoba memejamkan matanya untuk tertidur. Hari ini sungguh berat untuk dijalani oleh Anan. Dimulai dari banyaknya tugas hingga praktikum, ditambah lagi beban pikirannya yang selalu memikirkan Ares.
Entahlah, anggap saja Anan tidak tahu diri. Sudah tidak memiliki hubungan apa-apa dengan gadis itu, tetap saja Anan tidak pernah bisa berhenti memikirkannya.
Anggap saja, Anan bodoh. Ares sudah berpaling ke hati yang lain, namun tetap saja Anan tidak pernah bisa berhenti mencintai gadis itu.
Ares memang bukan gadis pertama yang berhasil membuat Anan jatuh hati. Akan tetapi, hanya Ares lah yang berhasil membuat Anan selalu gagal melupa. Sudah puluhan cara yang ia tempuh untuk melupakan gadis itu. Ia bahkan sudah bertanya kepada mbah google tentang cara itu. Namun, tetap saja Ares masih berkuasa di pikiran bahkan di hati Anan.
'Kapan aku bisa ngelupain kamu, Res?' batin Anan.
Selama ini, gosip tentang dirinya yang sedang berdekatan dengan seorang gadis itu salah. Gadis itu ialah Adys, saudara sepupu dari Anan. Hubungan saudara antara keduanya yang tidak terlalu terekspos membuat banyak teman di sekolahnya mengira mereka memiliki hubungan spesial lebih dari sekadar teman.
Terkadang, Anan rasanya ingin tertawa. Untuk melupakan Ares saja Anan rasanya ingin menyerah, apalagi untuk berpaling ke hati yang lain. Teman-temannya hanya tahu menggosipkan tentang apa yang tidak benar-benar mereka ketahui, mereka hanya tahu membuka mulut kemudian berucap aneh-aneh.
⊱ ────── {⋆⌘⋆} ────── ⊰
Mereka hanya pandai membicarakan tentang kehidupan orang lain, tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro