[13] GRAFIK CINTA (?)
[FOLLOW IG SAYA SYFAADS]
[CHAPTER SUDAH DIEDIT RAPIH]
-
Inget hukum magnet?
Jika magnet saling tarik menarik, maka kutubnya berlawanan.
Sama kayak kita. Lo kutub Utara, sumber medan dan gue yang selalu menarik, kutub selatan.
-
Someone you loved-lewis capaldi🎶
[ESREGNET]
Cello menyampirkan sarungnya ke atas kursi meja belajar. Matanya menatap lurus ke jam dinding yang menunjukkan pukul tiga pagi. Rambut cepaknya basah terkena air wudhu. Sempat terpikir olehnya sudah berapa lama tak bangun untuk solat malam, mungkinkah terakhir di Jerman? Itupun sudah pasti jarang.
Kerongkongannya kering, dahaga muncul begitu saja, dan Cello memustuskan berjalan keluar kamarnya. Mencari minuman dingin di pulkas dapur lalu pergi mengerjakan sesuatu seperti mengecek berkas saham milik perusahaan ayahnya dan melakukan seuatu untuk itu. Sebelum itu, penerangan di ruang tengah membuat langkahnya terhenti dan beralih ke arah sana.
"Lo nggak ke kamar?" Tanya Cello sambil mengambil duduk dihadapan Cella. Betapa terkejut dirinya mendapati gadis itu tengah memeluk kotak Cheese cake yang ia beli semalam. Senyumnya terukir begitu saja.
"Bangunin enggak?" Kekeh Cello pada dirinya sendiri. Tak lama ia mendapati jawabannya sendiri dan menggendong Cella ke atas sofa, merebahkan tubuh gadis itu dan segera mengambil selimut dari jemuran diluar rumahnya.
Handphone Cello berdering tiba- tiba menampilkan nama Bunda disana. "Halo, Direktur Natasha?" Rasa sesak itu kembali muncul, namun yang timbul malah suara serak.
"Bagus deh kalau jam segini udah bangun. Saya berangkat ke Dubai besok, kamu bisa check up kantor pusat saya di Jakarta Utara?"
"Kan ada Pak Herman?" Ujar Cello sambil menyenderkan dirinya ke sofa sedang matanya menatap Cella yang tertidur nyenyak diseberang.
"Sekertaris itu..., ah saya benci dia." Terdengar helaan berat. Cello tahu alasannya, apalagi kalau bukan Pak Herman yang mendukungnya sebagai ahli waris sejak kematian ayahnya. "Kamu harus terus cari surat wasiat itu, pokoknya perusahaan bakal jadi milik saya."
Cello memutar bola matanya jengah. Gila harta, pikirnya. "Saya pelajar, saya hanya sekolah." Ujar Cello mulai tak sabar.
"Memangnya saya tidak tahu kelakuan kamu selama di Jakarta? Mabuk-mabukkan? Masih bilang sekolah?"
Cello berdecak. "Udah nggak ke klub lagi."
"Terserah kamu lah, pusing saya. Ngomong-ngomong Cella bisa tinggal lebih lama?" Serobot Natasha cepat membuat dahi Cello berkerut. "Ayahnya ikut rapat dewan sama saya ke dubai."
"Ya." Cello menjauhkan hape dari telinganya, lalu mendekatkann speaker ke bibirnya. "Saham perusahaan terus menurun, tidak terpikirkan dengan umur anda? Wariskan saja, lebih cepat lebih baik."
Terdengar geraman namun Cello langsung mematikan sambungan telepon dan beranjak dari ruang tengah.
merepotkan, pikirnya.
[ESREGNET]
"Jadi siapa perwakilan panitia dari sekolah kita selain lo? Nggak mungkin Cello kan?" Suara Rachel tepat saat bel jam pelajaran berganti membuat fokus Cella dari buku teralih begitu saja.
Cella menopang dagunya dengan wajah menghadap teman sebangku sekaligus sahabatnya itu. "Buat Pekan Olahraga Pelajar Wilayah akhir bulan nanti?"
Rachel mengangguk. "Lo sih otomatis ya sebagai tim medis, lagian lo eskul PMR. Tapi Cello pasti milih basket, secara emang dia kepercayaan Farell." Jelas Rachel sambil memikirkan ketua basket sekaligus sahabat kecilnya itu, Farell.
"ANJIR ANJIR ANJIR! Sekarang ke lab Kimia, ambil nilai praktek!" Seru seorang gadis dari luar pintu dengan napas ngos-ngosan menyita perhatian seisi kelas. "Gece anjir gue kena marah Bu Inyong."
Kelas mendadak ricuh dengan berbagai umpatan yang meluncur. Isinya pun berhambur dengan cepat keluar kelas sambil berlari heboh disepanjang koridor.
Berakhirlah Cella dengan muka kesal melirik teman disebelahnya. "Ngapain lo duduk disini?"
"Ngapain lo tanya? Tanya sama Inyong sana." Balas ketus Cello. Sedari tadi wajahnya memang tak ramah semenjak masuk ke dalam ruangan. Kemudian cowok itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Soal yang semalam gue..."
"Jangan dibahas." Potong Cella cepat dan langsung diangguki Cello.
"Dadakan banget bu kayak tahu bulat." Keheningan panjang itu dipecahkan oleh seruan Cello saat melihat Bu Inyong masuk ruangan. "Kasih garis kuning kek, nggak ada angin nggak ada hujan, ujian."
Nama asli Guru kimia itu Bu Ina, namun karena bibirnya monyong, murid suka menyeleneh namanya menjadi Bu inyong. Tak lama ia menoleh, "Suka suka saya, kamu siapa saya siapa?"
"Kalem, tahan," Sambar Cello sambil mengusap dadanya perlahan.
Bu inyong hanya meliriknya dengan senyum nyinyir. "Biar nggak ada yang nyontek laporan dan hasil yang lain, saya gabung dua kelas buat ambil nilai praktek. Kelas XII IPA 1 di kiri, Kelas XII IPA 2 di kanan. Paham?"
"Dari sekian banyak, kok mereka duduk berdua bu?" Seru cowok dari sudut Lab sambil menunjukki Cello dan Cella yang serempak menghela napas berat.
Orang sirik mah ada aja.
"Biar kalian nggak ada yang nyontek sama mereka. Lagian mereka nggak bakal kerjasama. Makanya pinter, jangan kebanyakan molor di jam saya mentang-mentang Lab adem." Jelas Bu inyong nge-rap lalu mengambil rotan panjang dan memukulnya ke papan tulis. "Waktu sembilan puluh menit dari sekarang!"
Senyap. Hanya suara mesin AC yang terdengar mengisi ruangan, sesekali diiringi batuk para siswa, atau suara rotan yang dihempaskan Bu Inyong ke atas meja ketika tahu anak muridnya saling lirik dan bisik-bisik.
"Kelar kan? Kerjain deh," Bisik Cello sambil menggeser kertas robekan ke meja Cella sedang si empu melirik bingung.
Grafik dari sqrt(cos(x))*cos(300x)+sqrt(abs(x))-0.7)*(4-x*x)^0.01,sqrt(6-x^2),-sqrt(6-x^2)from -4.5 to 4.5.
"Lo gila gue ngerjain seribet ini? Manual?" Bisik Cella sambil menyipitkan matanya. Cello hanya mengganguk sekilas.
"Tadinya gue mau kasih soal penyerdahaan 9x-7I>3(3x-7U), sekali sebut juga dapet kan lo?" Ujar Cello sambil memutar bola mata jengah.
Cella mengangguk, " I <3 U ?"
"Beda kalau ditulis sama dilafalin mah," Cello sesekali melirik ke Bu Inyong yang sudah menatapnya penuh curiga. Sangat menyebalkan. "Kerjain aja udeh." Lanjutnya lagi dan Cella langsung berkutat dengan kertas itu.
"Ini grafik apaansih?"
"Cari aja."
"Kaga nemu Celloo."
"Nyerah?"
"Udahlah google aja."
"Pinter apaan lo, curang juga."
"Bacot lo, diem." Sinis Cella lalu mengeluarkan hapenya. Toh disekolah ini tidak ada larangan membawa hape ke sekolah, jadi tak masalah juga memakai saat jam pelajaran berlangsung. Cello disebelahnya sudah geleng-geleng kepala.
Cella langsung mendelik tajam lalu melempar kertas dan pensilnya ke wajah Cello, "Barium Silikon."
"Apaan maksudnya?" Beo Cello sambil buru-buru mengambil pensil dan kertasnya yang jatuh ke tanah.
"BaSI."
"Weh mainnya udah unsur ya." Kekeh Cello sambil tertawa heboh.
"CELLO CELLA, KALAU SUDAH SELESAI KELUAR DARI RUANGAN!" Teriak Bu Inyong sambil menggebrak meja lab bagian depan dengan rotan miliknya. Cella dan Cello langsung beringsut ngeri dan terseok-seok berlari keluar Lab.
"Elo sih." Cibir Cella yang langsung ditarik lengannya oleh Cello kearah koridor.
"Lo itu kayak Kalsium, Nitrogen, Titanium, dan Kalium."
Cella mengerutkan dahinya.
"Soalnya lo itu Ca-N-Ti-K."
Detik itu juga Cella terbahak karenanya lalu kembali membalas. "Rumus perpindahan itu usaha dibagi gaya. Jika hidup ingin ada perubahan, maka perbesar usaha jangan banyak gaya."
Cello terdiam sebentar. "Gitu ya? Lo tau nggak cinta ibarat atom?"
"Ada saatnya harus memiliki. Ada saatnya harus melepaskan." Lanjutnya lagi.
"Nggak nyambung banget lo!" Seru Cella dan Cello terus menarik lengannya berlawanan arah koridor kelas mereka berdua. "Lo mau bawa gue kemana?"
"Makan bareng gue di kantin. Sepi, sans."
[ESREGNET]
Cella dan Rachel sedang berjalan di koridor hingga langkah mereka terhenti saat suara ricuh siswi dari lobi menyita seisi sekolah. Toh, semuanya jadi berhamburan keluar kelas ditambah adanya jam kosong.
"Gila itu Jayson cuy ketua Basket SMAN Paradita!"
"Sebelahnya ganteng juga njir, muka korea gitu ya? Katanya namanya Bram."
"Disana Galan atlet renang SMK 36! Beringas gitu deh."
"Loh Azka atlet bulutangkis juga ada, gila baru kemaren menangin pertandingan lawan orang jepang."
"Ada cewek juga gais, baru masuk gerbang!"
Cella memutar bola mata jengah, tak ingin ambil pusing ia lanjut melangkah. Namun suara seseorang membuat dahinya berkerut dan malah ikut ke dalam kerumunan. Rachel yang terkejut langsung berlari mengikuti dari belakang.
"Traktir kantin bro, kan Tehnical meeting-nya di sekolah lo." Ujar cowok yang bernama Bram itu sambil beradu tos dengan Cello yang dibalas anggukkan dan kekehan kecil. Suara ricuh siswi makin berkoar saat melihat pemandangan para cowok itu masuk ke dalam sekolah, ke koridor utama.
"Kok gue sebagai panitia nggak tau sih, kalau hari ini ada Tehnical meeting?" Geram Cella dengan pundak naik turun menahan amarah. Rachel disebelahnya menaikkan alis mata sebelah.
"Bukannya udah dikasih tau kabarnya tadi pagi? Gue liat Cello sama Pak Hardi kok."
"Tapi kan gue panitia, harusnya tau dong?"
"Setau gue Cello disuruh nyampein ke lo infonya dari Pak Hardi. Loh ternyata... Belom?" Ucapan Rachel terhenti diikuti kedua telapak tangannya yang menutup mulut, kaget. "E-eh Cella lo mau kemanaaaa?"
"Ngasih pelajaran ke Cello."
"Banyak siswa lain Cellaaa, lo nggak malu?"
"Bodoamat."
Pada saat itu juga Cella berjalan melewati lautan siswa siswi yang membelah begitu saja saat melihat dirinya dengan raut wajah menyeramkan. Saat tersadar suara koridor hening, Cello yang berada diujung bersama tamu siswa lainnya langsung menoleh ke belakang. Ada apaan kok mendadak diem? Pikir semua.
"Akh-anjing sakitt." Rintih Cello saat tangan mulus Cella menjewer keras telinganya dan menariknya berjalan keluar koridor itu.
Bagi siswa SMAN Mardha itu hal biasa, tapi bagi para tamu--siswa perwakilan Tehnical meeting sekolah lain terkejut melihat seorang Ketua Osis dijewer sadis saat menyambut tamu. Sejak kapan ada hal seperti itu?
"Apa? nggak denger, mata gue ketutup." Ujar Cella saat keduanya sudah memasuki ruang Osis. Ia menutup pintu dalam sekali tendangan membuat Cello beringsut mundur. "Kenapa lo nggak nyampein pesan dari Pak Hardi ke gue?!"
"Biar lo nggak usah nyambut tamu."
"Atas dasar apa lo ngasih perintah?"
Cello ingin berkata namun decakan Cella membuatnya bungkam. "Dimana ruang rapat panitianya?" Tanyanya. "Gece sebut!" Lalu Cella menarik dasi Cowok itu.
"Training Center. Tapi--"
Tanpa babibu lagi Cella langsung berjalan keluar ruangan, tak peduli dengan Cello yang berteriak memanggilnya. Sudahlah, malas meladeni cowok itu.
"Permisi, aku boleh tanya?"
Cella menoleh ke kanan. Menatap seorang gadis dengan rambut cokelat pirang dan pupil mata biru langit cerah. Sepertinya orang bule, atau mungkin blasteran? Pastinya cewek itu sangat cantik sekali. Cella dibuat tertegun dalam sekali pandangan.
"Aku boleh tanya dimana ruang Tehnical meeting-nya?" Tanyanya lagi. "Aku perwakilan dari SMAN Alexis."
Cella buru-buru mengerjapkan matanya. "Ah iya, mau aku anterin? Kebetulan aku panitia disini. Namaku Cella, nama kamu siapa?"
"Cello?" Tanya gadis itu hati-hati.
Cella mengerutkan dahinya. "Pardon? Nama aku Cella, C-e-l-l-a." Jelasnya dengan pengejaan. "Kalau Cello, adalagi orangnya."
"Cello... Avicello Korth Laimer?" Seru Alantha dan Cella mengangguk sekilas. "SERIUSAN CELLO ADA DISINI? DIA DIMANA? KAMU KENAL DIA? ANTERIN AKU KETEMU DIA YA? Please... Yayaya?" Seru gadis itu sambil jingkrak dan mata berbinar membuat Cella langsung terperangah.
"Cello. Ketua Osis. Dia ikut Tehnical Meeting. Tapi maaf, nama kamu siapa?" Tanya Cella lagi dengan penuh sopan santun. Padahal aslinya sudah mulai kesal.
"Nama aku Alantha. Maaf-maaf, aku memang selalu senang kalau bahas Cello."
Cella terdiam sebentar, mengingat nama yang terasa familiar itu. Namun ia tak cukup bisa mengingatnya. "Yaudah, aku bakal tunjukkin jalannya kesana."
"Keren ya ternyata Cello jadi Ketua Osis disini. Nggak nyangka bisa ketemu lagi. Ngomong-ngomong kamu deket nggak sama Cello?" Tanya Alantha sambil bersiul kecil.
Cella berpikir sebentar. "Nggak."
"Bagus deh. Kamu jangan sampai suka sama Cello ya? Dia itu dingin sih sama perempuan yang ngedeketin dia. Tapi nggak tau tuh, sama aku dia biasa aja. Malah perhatian."
Telinga Cella mulai memanas mendengar hal yang menurutnya tidak penting. Perlahan ia menyadari sesuatu. Nama Alantha yang pernah disebut oleh Angela dulu, pasti orang yang sama dengan yang sekarang.
"Aku calon tunangan Cello. " Akui Alantha lagi dengan bangga.
Langkah Cella terhenti. Cukup sudah ia mendengarnya. Dengan sekali gerakan, Cella membuka pintu aula gedung hingga semua perhatian menyoroti dirinya. "Ini tempatnya. Aku duluan ya Alantha." Ujarnya masih dengan senyum manis.
Matanya melirik sedikit, menatap tajam Cello yang berada dipojok ruangan sesekali bergurau dengan teman disebelahnya sambil memainkan pulpen dan mendadak diam saat melihat Alantha.
"Dingin apanya? Deketin gue iya, padahal punya calon tunangan." Cibir Cella dengan suara pelan.
"Jodoh ya kita."
Cella langsung mendongak menatap manik mata abu-abu cowok blasteran itu. "H-hanz juga jadi perwakilan?"
[ESREGNET]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro