Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[10] AMBIGU

[FOLLOW IG SAYA SYFAADS]
[CHAPTER SUDAH DIEDIT RAPIH]

-

Castle on the hill-ed sheeran🎶

[ESREGNET]

Cello terdiam selama di perjalanan. Tatapannya lurus ke depan, tidak sekalipun melirik Cella yang berada disebelahnya. Tapi ia sadar bahwa gadis itu sedang penuh tanda tanya.

"Kalau ada sesuatu, bilang aja."

Cella menoleh dengan cepat. Tampak tersentak. Namun ia langsung menggelengkan kepala, makin bungkam. "Bukan apa-apa kok."

Cello tidak merespon, tangannya sibuk memutar kemudi. Kemudian saat sudah memasuki perumahan, Cello memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah besar berwarna putih. Setelah itu, ia melirik ke Cella dengan tatapan teduh. "Lo tunggu di mobil aja."

Cella hanya mengangguk, namun tatapannya tak kunjung lepas dari Cello. Disana, di teras rumah, Cowok itu memencet bel sembari mengucap salam beberapa kali. Tak butuh waktu lama hingga si tuan rumah membuka pintu dan muncullah dua anak kecil yang langsung memeluk kaki Cello.

Kedua anak itu tampak berinteraksi dengan Cello. Salah satunya, anak perempuan yang terlihat menangis di gendongan Cello. Satunya lagi, anak cowok yang mengenggam erat tangan Cello. Setelah mereka pamit dengan wanita paruh baya yang berdiri di muka pintu, ketiganya berjalan ke mobil.

"Angela bareng Vino duduk di belakang," Ucap Cello lembut sembari menurunkan anak perempuan itu; Angela di kursi belakang pengemudi yang malah dibalas dengan tangisan keras. "Vino tolong ajakin Angela-nya."

"Angela, ayuk main sama aku di belakang."

"Nggak! Nggak mau! Aku mau sama kakak!" Teriak Angela penuh isakan. Cello mulai kewalahan dengan sikap adik satu-satunya itu.

"Kamu cantik banget, nama kamu Angel yaa? Yuk, duduk sama kakak gimanaa?" Cella tanpa sadar langsung memecah keributan, begitu pula dengan tangisan Angela yang berhenti. Barusan Cella memang refleks, tapi ia tak menyangka akan mendapat respon baik.

Lantas, Cella merogoh tas sekolahnya dan mengeluarkan dua bungkusan permen jeli. "Kamu mauu? Aku punya banyak loh! Yuk duduk dipangkuan aku. Sinii sinii."

Cello mengerjapkan matanya, lalu menolehkan kepala ke Angela. Anak itu hanya diam, namun tatapannya berbinar melihat permen jeli itu. Cella tertawa kecil, "Ajak dia ke aku Celloo. Nggak papa."

"Kamu mau sama kakak Cella?" Tanya Cello ragu. Angela mengangguk dengan polos. Dengan pasrah, Cello bergerak memutari mobil dan menaruh Angela dipangkuan Cella. "Anaknya nggak bisa diem lho."

Cella hanya membalas dengan acungan jempol, lalu asik membuka kantung permen jeli untuk diberikan ke Angela. Sesekali tangannya mencubit gemas pipi Angela. "Tapi nggak boleh banyak-banyak, nanti sakit gigi!"

"Mauu lagi."

Cello menghela napas pelan. Syukurlah Angela sudah tidak menangis lagi. Lantas ia berjalan menuju kursi sopir dan menyalakan mobil. Sebelumnya, Cello menolehkan kepala dulu ke belakang untuk mengawasi Vino. "Kalau ngantuk tidur aja Vin,"

"Iya kak, ini lagi buat balon udara."

"Hm?"

"Dari karet." Vino langsung menunjukkan hasil karya tangannya itu dengan bangga. Cello hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala, lalu fokus dengan jalanan di depannya.

Suasana mobil penuh dengan tawa Cella dan suara Angela. Keduanya asik sekali hingga menghabiskan beberapa bungkus permen jeli dan snack ringan. Cello jadi penasaran apa isi tas Cella. Cowok itu melirik sekilas, "sejak kapan tas lo isinya makanan semua?"

"Ini itu buat aku ngemil kalo lagi iseng di sekolah." Jeda, "Angelaa suka kaan? Kakak masih banyak, hehe."

Cello nggak salah denger barusan Cella mengatakan 'aku'? Kedengarannya lebih lembut daripada sosok Cella yang sangar sehari-hari. Cello balas mengangguk. "Jadi kerjaan lo di sekolah makan mulu ya? Aneh, badan lo masih ramping."

"Cello," panggil Cella dengan suara pelan. Cello menaikkan alis matanya sebelah sambil menoleh. "Pake aku-kamu sekarang, ada mereka yang denger."

Cello tersedak air ludahnya sendiri secara tanpa sadar, lalu membuang muka. "Nggak bisa."

"Pasti Bisaaa."

"Susah."

"Coba bilang; Aku sayang kalian." Cella menyengir lebar membuat pipi Cello tanpa sadar merah merona. "Buruan bilanggg."

"Males."

"Kakak kok nggak mau ngikutin kata-kata Kak Cella?" Suara Angela yang parau dan sedih membuat Cello mengacak-acak rambutnya frustasi. "Kakak?"

"Fine!" Cello memukul stir mobilnya yang otomatis membuat Cella dan Angela bergidik ketakutan. Cello jadi gelagapan sendiri. Ohiya ya, dia kalau Lagi emosi serem banget.

"Eum," Cello menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "A-aku? Sa-sa-sayang? Kalian?"

Cella langsung tertawa dan tanpa sadar tangannya bergerak mencubit lesung pipi Cello. "Bilang yang jelas, kita nggak denger."

"Aku sayang kalian, puas?" Wajah Cello benar-benar memerah. Oh ayolah, Cello terlalu biasa bicara kasar. Bicara lembut begini rasanya jadi menjijikan.

"Puas kok, Angela denger kan?" Perjelas Cella sambil mengepang rambut Angela.

"Aku juga sayang kakak." Angela bangkit berdiri. "Tapi kakak nyeremin."

Cello yang mendengarnya langsung tertohok. Kemudian mendengus sebal. Selang beberapa menit, Suasana menjadi sunyi. Vino sudah tidur lelap di belakang. Bahkan Cella juga ikut tertidur dengan nyenyak. Tinggal Angela yang masih asik bermain dengan boneka pajangan di mobil. Tak lama gerakannya terhenti dan membalikkan badan menatap lekat-lekat Cella.

Setelahnya, Angela menoleh ke Cello. "Kakak,"

"Kenapa?"

"Kak Cella cantik banget ya kan?"

[ESREGNET]

Cella berjalan menuruni tangga, lalu menatap linglung ke kanan dan kiri. Ini rumah saking gedenya ampe bingung dapur dimana. Ah, mata Cella menangkap seseorang sedang duduk di meja makan sambil memunggunginya. Sepertinya disitu dapur plus ada Cello juga disana.

"Eh, Gue bisa masak apa dengan bahan segini?" Cella tidak mengubris Cello yang baru saja mengajaknya bicara. Setibanya di dapur, Cella langsung mengobrak abrik isi pulkas dan lemari lainnya. "Lo biasanya makan apa selama tinggal sendirian?"

"Cello?" Tak kunjung mendapat jawaban, Cella pun membalikkan badan dan langsung mendapati tatapan intens Cello dari ujung kepala hingga ke kaki.

"Gue kayak kenal kemeja yang lo pake."

"Oh, ini?" Cella langsung melirik ke bajunya. Setelah menggulung lengan kemeja putih itu, Cella menyengir lebar. "Kan gue mandi, tapi tas gue masih di ruang tamu. Trus nemu ada kemeja putih di lemari nggak tau punya siapa. Gue pake ajaa. Pinter nggak gue?"

"Ngomong-ngomong Angela sama Vino kemana?" Cella masih tidak mengubris tatapan Cello. Justru malah asik bernyanyi dan menyiapkan peralatan masaknya.

Tak lama Cello bangkit dari kursi, berjalan pelan menuju Cella. Kemudian saat sudah berada di belakang gadis itu, kedua tangannya mengunci tubuh Cella dengan menaruh tangannya disisi kanan dan kiri meja dapur, lalu berbisik pelan dengan nafas berat. "Itu baju gue."

"Hah? Apa!" Cella langsung membalikkan badannya yang terkejut bukan main. Kepalanya mendongak, sedangkan ia sudah tidak bisa mundur lagi karena tertahan meja dapur. "Ba-baju lo?"

"Iya, baju lama gue." Cello menatap lekat-lekat kemeja miliknya di badan Cella, lalu terkekeh. "Bener-bener pas ya di lo."

"Y-Ya?" Cella entah kenapa merasa terhipnotis dengan tatapan Cello. Cowok itu lama terdiam dengan tatapan yang sangat dingin.

"Lo nggak khawatir make baju begituan dirumah cowok?" Cello memajukan wajahnya hingga menyisakan jarak yang tipis. Cella tanpa sadar langsung menutup matanya sambil membuang muka, namun tangan Cello menarik dagu gadis itu agar tetap menatapnya.

Senyum seringai milik Cello pun mengembang. "Perlukah gue nunjukkin ke lo kalau gue cowok normal?"

"Nu-nunjukkin gi-gimana?" Pikiran Cella jadi blank seketika karena jarak wajah Cello yang sangat dekat, bahkan hingga terdengar deru napas cowok itu.

"Lo secara nggak langsung ngajak gue yang enggak-enggak." Cello mendekatkan kembali wajahnya hingga dahi cowok itu sudah menyentuh dahi milik Cella.

"Kakakk aku laperrr." Suara Vino yang berlari memasuki dapur membuat Cello memundurkan badannya alon-alon, lalu berjalan menjauh menyisakan Cella dengan wajah merah padam.

"Lo. Ganti baju sana." Cello mendengus sebal, "Gue nggak bakal ngelakuin apa-apa."

Cella mengangguk cepat lalu berlari menuju kamarnya. Vino yang heran dengan kepergian Cella terburu-buru itu langsung menarik ujung kaos hitam Cello. "Kakak, Kak Cella kenapa?"

"Itu abis kakak tegur." Ucapnya sambil nyengir kuda. Tangannya bergerak menggendong Vino. "Tungguin aja, Kak Cella nanti masak."

"Oiya, Angela ketiduran kak."

"Dimana?"

"Di bathub, di kamar mandi atas." Ucap Vino dengan polosnya. Cello sendiri langsung menepuk jidatnya, duh harusnya dia jagain adek-adeknya dulu baru ngurusin yang lain. Berkas-berkas di atas meja makan yang sedang ia selesaikan tadi jadi terbengkalai.

[ESREGNET]

Kini mereka sedang di supermarket. Angela yang berada di gendongan Cello, terus mengajaknya ke tempat deretan boneka. Setelah dilarang berkali-kali, tatapan Angela semakin berbinar membuat Cello menghelas napas berat dan mengambilkan satu boneka keinginan Angela.

"Satu aja ya, nggak ada lagi-lagi." Ucap Cello yang dibalas anggukan patuh oleh Angela. Anak itu malah tersenyum senang lalu turun dari gendongan dan berlari ke arah Vino dan Cella yang baru datang dengan keranjang penuh makanan.

"Wah dibeliin boneka yaa?" Cella ikut berbinar menatap boneka pilihan Angela itu, pasalnya paling mahal dan yang paling bagus. Cella jadi tersenyum kecil ke arah Cello, namun senyum yang penuh makna.

"Aku liat-liat kamu punya banyak duit." Sindir Cella sambil menaruh boneka dari tangan Angela ke keranjang.

"Kak Cello kan udah kerja, kak Cella belum tau?" Tanya Vino polos yang dibalas pelototan mata dari Cello. Cella yang mendengarnya langsung terkejut.

"Hah, terus kenapa kalau gue punya banyak duit?" Sombong Cello sambil melipat kedua tangannya di depan dada, lalu membuang muka. Kesal karena rahasianya diberitahu ke gadis itu, padahal selama ini hanya temen dekat dan keluarga-nya yang tahu.

Cella langsung memajukan keranjang makanan dan menghentikannya di depan Cello. Tangannya langsung merangkul lengan cowok itu. "Ikut aku kesanaa. Hayuk, Angela sama Vino masuk troli."

Vino dan Angela mengangguk penuh semangat lalu duduk di dalam keranjang makanan tersebut. Cella lagi-lagi tersenyum manis saat melihat Cello yang tampak bingung. "Kan mumpung kamu banyak duit, boleh lah ya aku borong se-etalase kue cemilan."

"Anj--" tangan Cella langsung menutup mulut Cello sambil menyipitkan matanya. Setelahnya, ia menyengir kuda. "Ck, Terserah."

"By the way, anyway, busway," Cella mengerutkan dahinya. "Angela sama Vino umur berapa? Mereka kembar-kah?"

Cello yang lagi sibuk memilih makanan; menaruh kembali makanan yang kurang sehat ke etalase dan mengambil makanan yang sudah diperiksa komposisi dan expite date-nya langsung menoleh, berhenti, dan berpikir sejenak. "Kayaknya Angela lima tahun. Dia adek kandung. Kalau Vino tujuh tahun, adek sepupu sih."

Cella ber-oh ria, lalu diam mencerna. Setelah sadar dengan sesuatu, gadis itu langsung melototkan matanya dan mengambil kembali semua makanan kesukaannya dari etalase yang sempat ditaruh lagi sama Cello. Begitu pula dengan Cello yang nggak mau kalah, dengan alasan makanan yang nggak sehat ia menarik paksa snack di tangan Cella. Keduanya ribut nggak karuan.

"Kak, aku mau kesana abis ini." Seru Angela menghentikan adu bacot Cella Cello sambil menunjuk sebuah tempat diluar supermarket. "Boleh ya?"

Cello mengerutkan dahinya.

"Itu... "

[ESREGNET]

[INFO]

[ANGELA DAN VINO]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro