Selamanya
Langit bersinar tampak memukau. Beberapa bintang terlihat indah di malam hari, begitupun dengan bulan dan benda langit lainnya. Mereka silih berganti menunjukkan keindahannya. Sinarnya menyilaukan. Sepertinya penduduk bumi banyak mengalami suka cita.
Di sebuah kota Nakato terdapat istana megah. Istana yang dikhususkan untuk orang-orangyang mempunyai kemampuan lebih. Kota yang terletak di negara Aruka ini setiap hari bekerja untuk ketentraman penduduk bumi. Mereka menyamar sebagai orang biasa. Seperti Hikaru yang membiarkan rambutnya terurai dan berpakaian casual. Gadis setinggi 160 sentimeter ini sedang bertugas mengamati penduduk bumi. Entah sejauh mana ia berkeliling, ia takkan lelah karena itu sudah menjadi tugasnya.
"Sepertinya penduduk bumi banyak yang berbahagia sekarang. Aku ikut senang." Hikaru terkekeh pada perkataannya.
Ia menjelajah pandangannya dengan hanya beberapa kali tatapan. Ia mempunyai alat sakti untuk mendeteksi. Tentu ini memudahkan pencarian Hikaru.
Ada satu yang menarik perhatiannya, seorang pemuda tampan yang tampak gelisah menunggu ditemani dengan secangkir cokelat hangat.
"Kenapa dia?" Hikaru menghampirinya dengan mantap.
"Permisi, bolehkah aku di sampingmu? Karena tempat duduk ini penuh," dalih Hikaru.
Pemuda itu melihat penampilan Hikaru. Penampilannya cukup aneh namun unik baginya.
"Ada yang aneh dengan penampilanku?" tanya Hikaru dengan nada tinggi.
"Tidak, namun pakaianmu terlihat lucu," ungkap pemuda pemilik mata belo tersebut.
"Jadi, bolehkah aku di sini." Hikaru tak mau ingin berpikir lebih tentang penampilannya, tujuannya adalah membuat penduduk bumi bahagia.
"Memangnya, kenapa kau memilih di sini. Bukankah di sana ada tempat duduk kosong?" Pemuda tersebut menunjuk sebelah utara.
Hikaru menoleh, menatap arah tangan pemuda tersebut. Ia bersikeras tetap duduk di depan pemuda berkulit albino ini.
"Di sana kan tidak enak. Di sini saja!" Hikaru sedikit geram.
"Baiklah, silakan duduk di sini." Pemuda ini tersenyum menatap Hikaru.
"Hikaru Haruka. Kau siapa?" Tanpa basa-basi, Hikaru mengenalkan diri.
"Akamo Himawari." Akamo menjabat tangan Hikaru.
"Lantas kau menunggu siapa?" selidik Hikaru dengan gaya cueknya. Dalam hatinya ia bergetar saat ditatap Akamo.
"Aku menunggu kekasihku," ucap Akamo sembari menyeruput cokelat yang ia biarkan mendingin beberapa menit sejak tadi.
Dasar kekasihnya bodoh, punya lelaki tampan disiakan begini. Tapi, dia tampan. Hikaru mencuri pandang pada Akamo yang termenung menunggu kekasihnya.
'Hei, Hikaru! Tugasmu adalah membantunya. Kau malah tersenyum padanya.' Terdengar suara keras dari telinganya.
'Maaf.'
Hikaru kembali profesional dengan tugasnya sebagai pakar masalah cinta.
"Memang pacarmu sibuk apa hingga kau menunggumu lama?" tanya Hikarusopan agar Akamo tak tersinggung.
"Entahlah, dia sedikit cuek padaku." Akamo menatap mata Hikaru.
"Kenapa kau tak datang saja untuk memastikan atau kau mencari yang lain saja. Kau kan tampan dan pasti banyak orang mengagumimu," kekeh Hikaru.
"Kau ini siapa, huh! Ikut campur masalahku!" Akamo mendengkus.
Hikaru memutar bola matanya, jengah. Kemudian ia berkata, "Aku kan ingin membantu masalah cintamu."
"Kau baik sekali. Tapi aku bisa menyelesaikan sendiri takut merepotkanmu." Akamo menolak dengan sopan.
"Siapa bilang, justru aku suka membantumu." Hikaru menyunggingkan senyumannya.
Keduanya berteman akrab. Setelah perbincangan ini, Hikaru akan pulang ke istana karena urusannya telah selesai dan ia akan melanjutkan besok karena hari telah malam.
Hikaru berjalan keluar, lalu ia mencari tempat aman untuk menghilang. Dalam beberapa detik, Hikaru telah sampai di Istana. Ia merebahkan diri di ranjang. Tiba-tiba saja Ken datang. Ken adalah orang yang selalu mengawasi pekerjaan para pakar di bidangnya.
"Ken-master ada apa? Kau mengagetkanku." Hikaruterperanjat pada Ken yang kini ada di depannya.
"Hikaru, ku pastikan kau tak jatuh cinta. Selama kau meneliti, dan bertemu lelaki, kau tak pernah merasakan ada hal yang membuatmu gugup. Lalu, aku mengawasimu tadi kau gugup!"
Hikaru berdalih, "Aku gugup bukan jatuh cinta, tapi aku takut dia tak mau aku bantu."
"Alasan kau Hikaru. Aku akan memberhentikanmu Hikaru nanti jika kau jatuh cinta pada penduduk yang tak memiliki kesamaan dengan kita." Ken berucap lantang sebelum akhirnya Ken menghilang.
"Ken-master, bukan begitu. Aku tak ingin berhenti dari tugasku," ucapnya lirih, air matanya berkaca.
'Kenapa masalahku rumit begini? Bagaimana mungkin aku bisa mencintainya!'
***
Mentari membangkitkan semangat penduduk bumi. Hikaru akan bersiap kembali menemui Akamo. Ini adalah tugas berat. Bukan karena susahnya menyelesaikan masalah tapi karena ia jatuh cinta pada Akamo.
Akamo mengajak Hikaru di taman indah. Hikaru mencoba menenangkan Akamo yang tak ada kabar dari kekasih hati Akamo.
"Tenanglah, Akamo. Kau pasti mendapatkan kebenarannya." Hikaru mengusap punggung Akamo.
"Bagaimana aku bisa sementara dia saja tak bisa jujur padaku!" Akamo tertunduk lemas kemudian ia bersandar pada bahu Hikaru.
Hikaru segera bergeser dengan alasan agar Kiguda tak salah paham.
"Aku tak ada maksud," ucap Akamo.
"Aku percaya kau lelaki setia. Sekarang ayo ikut aku untuk mencari Kiguda."
"Kenapa kau baik padaku, kau ini siapa?" Ada yang aneh dari diri Hikaru. Akamo heran dengan sikap Kiguda.
"Santai saja. Karena aku tak ingin kau sedih." Hikaru tersenyum pada Akamo.
"Memang, kau tahu di mana Kiguda?" tanya Akamo penasaran.
"Tenang, ayo kita cari bersama!" Hikaru beranjak pergi kemudian diikuti Akamo.
Bagaimana mungkin dia tahu tempat Kiguda, bahkan kenal saja tidak!
Mereka pergi dengan taksi. Ada perasaan tak yakin pada Hikaru. Namun, Akamo menurut saja.
Beberapa menit kemudian , taksi tersebut sampai di sebuah restoran elit. Mereka turun dan segera mencari tempat.
"Kau di sini rupanya dengan lelaki lain?" Akamo syok dan ia langsung beranjak pergi.
"Akamo, tunggu!" Hikaru berteriak pada Akamo.
Hikaru berlari secepat kilat.
"Cepat sekali dia larinya," ucap Kiguda.
Napas Akamo tersengal, bahkan ia sekarang terlihat lemah.
"Akamo. Lupakan dia, cari gadis lain!" pinta Hikaru. Ia menenangkan Akamo.
"Aku tak mau. Aku sudah frustrasi!" Akamo tersenyum getir.
"Aku akan membantumu." Hikaru berucap mantap.
"Terima kasih, Hikaru." Akamo memeluk Haruka.
"Eh." Hikaru melepaskan Akamo.
"Ada apa?" tanya Akamo, dahinya mengerut.
"Tidak!" Hikaru memalingkan pandangannya.
Hari-hari mereka lalui dengan mencari gadis yang mencintai Akamo apa adanya. Nyatanya, Akamo tak seperti lelaki lain yang mudah mendapatkan cinta. Padahal Akamo juga baik.
"Kau coba dekati gadis itu!" ajak Hikaru.
"Yakin, dia ingin denganku!" tanya Akamo.
"Tenang, kau belum mencoba saja sudah menyerah."
"Kau yang berbaju merah. Bolehkah aku berkenalan denganmu?"
"Tentu. Duduklah!" Gadis tersebut tersenyum pada Akamo.
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Akamo.
"Siapa kau berani memeluk kekasihku!" jawab lelaki berambut cepak tersebut.
"Aku hanya menganggapmu,sebagai selingkuhan agar dia cemburu. Ternyata dia ingin mengajakku kembali. Pergi kau!"
Hikaru menyaksikan itu semua dan ia segera menghampiri Akamo.
"Sudahlah, nanti kau juga temukan siapa yang mencintaimu."
"Aku lelah, baiknya aku tak mengenal cinta." Akamo pulang dan meninggalkan Hikaru.
"Tapi, kita akan berteman, kan?" tanya getir Hikaru.
Beberapa hari setelah kejadian itu, ada seorag gadis yang mengisi hati Akamo. Menemaninya dengan senang hati. Hikaru senang mendengar kabar ini, tentunya ia bisa melupakan Akamo. Begitupun dengan Akamo, ia senang dengan gadis tersebut.
"Bagaimana tugasmu, Hikaru?" tanya Ken memastikan
"Dia sudah menemukan kekasih baru."
"Bagus. Kini saatnya kau bahagia. Aku ingin kau berkenalan dengan Keda, lelaki yang bisa membuatmu senang."
"Aku ingin fokus pada tugasku yang lain," tolak Hikaru.
"Hikaru!" tegas Ken.
"Beri aku waktu." Hikaruberlalu dari Ken.
Hikaru menatap sekelilingnya, tak ingin semua orang mengganggunya. Ia masih mencintai Akamo.
Di sisi lain, Akamo ingin bertemu pada Hikaru. Beberapa kali ia menelepon Haruka, namun gadis tersebut mengabaikannya karena ia tahu Akamo ada yang memiliki.
Kemudian, Akamo mengirim pesan untuk Hikaru.
To : Hikaru
Bisakah kau menemuiku untuk jalan-jalan? Sebentar saja.
Hikaru merasakan ada getaran di ponselnya. Ia membuka pesan, ternyata dari Akamo. Hikaru beranjak untuk menemui Akamo.
Di taman yang biasa mereka kunjungi, Akamo mengajak Hikaru agar gadis tersebut tak sedih.
"Sebenarnya ada apa?" tanya Hikaru.
"Aku sulit menghubungimu. Kau ada masalah?" Akamo menatap dalam Hikaru.
Hikaru mengalihkan pandanganya. "Aku akan diperkenalkan dengan seseorang," jawabnya dengan berderai air mata.
"Tidak, jangan. Aku tak mengizinkanmu karena aku mencintaimu, Hikaru," ucap Akamo.
"Kau siapa? Aku bukan manusia biasa dan aku hanya diperbolehkan menjalin hubungan dengan orang yang serupa. Aku punya kelebihan yang tak bisa dilakukan manusia. Aku superhero!" Hikaru tak dapat lagi menahan emosinya.
"Aku tak percaya kau superhero. Jika benaraku akan tetap mencintaimu!" Akamo mengusap telapak tangan Hikaru.
"Aku menerimamu tapi aku tak diizinkan denganmu. Kau dengan gadis itu saja!" Hikaru beranjak pergi.
"Tidak, aku sayang kau. Aku tak pernah merasakan rasa senang saat bersama dia. Kita selesaikan bersama." Akamo memeluk erat Hikaru.
Dari kaca pengamatan Ken, terlihat kemesraan Akamo dan Hikaru. Kemudian ada rasa sakit dari hati Hikaru. Hikaru sadar, pasti Ken sedang mengawasinya.
"Akamo, aku pergi dulu!" Hikaru berlalu dari hadapan Akamo.
"Aku ikut."Akamo bersikeras meminta menemani Hikaru.
"Tidak, jangan kau ikut campur. Ini masalahku dengan Ken-master!"Hikaru melepaskan tangan Akamo.
Rasa cinta yang terjadi antara Akamo dan Hikaru tetap mereka perjuangkan. Bahkan, mereka siap untuk menanggung risiko.
Akamo dan Hikaru kini di hadapan Ken. Ken menatap sinis Akamo.
"Hei, kau. Apa yang membuatmu menarik sehingga Hikaru jatuh cinta padamu. Lupakan dia!"
"Aku tak tahu. Cinta bukan karena sebab. Tapi karena dia mencintaiku apa adanya. Dia juga mengerti sifatku yang lemah!" jawab panjang lebar Akamo.
"Kenapa harus dia, Hikaru. Kau tetap pada Keda saja!" Ken menarik lengan Hikaru, membawanya ke gudang.
"Aku akan menemaninya." Akamo menawarkan diri.
"Terserah." Ken membawa Akamo dan Hikaru ke gudang.
"Sudahlah, kita akan mengatasinya bersama." Akamo memeluk erat Hikaru.
Keda datang pada Ken. Ia merasa jika Hikaru tak mencintainya.
"Lepaskan. Dia tak mencintaiku. Bukankah dia menyukai orang yang tidak bermasalah dengan urusan cinta. Dia juga harus bahagia bersama orang tercinta." Keda berkata dengan bijaknya.
Ken datang untuk membebaskan Hikaru dan Akamo.
-Fin-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro