Yang Punya Masa Lalu Bukan Hanya Inul!
"Sebenarnya ini agak rahasia, tapi mengingat hubunganmu dengan Karma yang butuh kejelasan jadi kupikir tak apa." Nagisa menyedot susu yang terbungkus dalam kotak, susu sapi.
[Y/N] mengangguk, "Lanjutkan."
"Menurutku Karma dan Okuda-san itu cocok. Hei tunggu-"
[Y/N] sudah setengah perjalanan menuju lompat dari rumah pohon yang mereka tempati, "Lagian kau belum apa-apa sudah mematahkan semangatku."
Nagisa nyengir, ditariknya bahu [Y/N] pelan supaya ikut duduk kembali.
"Maaf," Katanya pelan. "Lagian kau cemen sekali, menyerah sebelum berjuang."
"Ya-ya masa bodoh. Lanjutkan."
"Aku tidak tahu awal kedekatan mereka bagaimana, yang pasti saat awal-awal Karma masuk kelas ini dia langsung dekat dengan Okuda-san."
Dahi [Y/N] mengkerut, "Terdengar membosankan."
"Mau dengar yang lebih hot?" Nagisa berkata dengan gaya Feny Rose -yang dulu pernah mengisi suatu acara gossip, sebelum gentayangan tiap minggu menjual apartemen- sembar memasang ekspresi serius.
[Y/N] berkedip, "Katakan saja."
Nagisa mendengus, "Mereka pernah terkunci di kelas berdua semalaman, dapat tugas kelompok selalu berdua, kadang pergi sekolah berdua juga, Dan-ya, mereka sempat berpacaran lalu-"
"Ah hentikan," [Y/N] menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Nagisa terkekeh geli, "Tapi dari semua yang ku amati, Okuda-san yang mulai mendekati Karma duluan."
"'Kan sudah kubilang, perek."
[Y/N] terdiam, "Sedang memikirkan apa?"
"Aneh saja. Dari ceritamu barusan, aku mulai mengerti kalau Manami duluan yang mendekati Karma dan hubungan mereka belum terlalu jauh."
Nagisa mengangkat alis, "Lalu?"
[Y/N] menghembuskan nafas pelan, "Tidak tahu, aku punya perasaan tidak enak."
"Kenapa tidak tanyakan langsung pada Karma saja?"
"Cih, untuk apa?"
Nagisa kembali tertawa. "Sudah puas?"
[Y/N] diam tidak menanggapi, pikirannya bergemul mendengar cerita Nagisa tadi, setelah beberapa saat, barulah ia menanggapi. "Okelah."
Nagisa mengangguk-ngangguk, "Eh, ada yang mau aku tanyakan." Tangan kanannya terulur menahan bahu [Y/N] ketika gadis itu hendak berdiri. "Apa?"
"Si anak SMA itu-maksudku Kageyama-san, dia siapamu?"
[Y/N] tersenyum menggoda, "Ingin tahu?"
"Jika tidak aku tidak akan bertanya." Memutar bola mata kesal selagi si gadis terkekeh.
"Hanya teman dekat, dia orangnya cuek. Sangat tipe-ku, sih. Hanya saja dia sudah punya pacar. "
"Oh?"
[Y/N] mengangguk, "Namanya Nisa, tinggal di Depok." Perempuan itu meringis pelan mengingat dirinya yang pernah diludahi oleh pacar Kageyama di masa lalu.
"Mereka menjalani hubungan jarak jauh sudah hampir dua tahun, mereka sama-sama setia. Jujur aku sempat menyukainya, tapi merusak hubungan orang lain itu lebih hina daripada bekerja sebagai pelacur."
Nagisa terkekeh, "Aku selalu menyukai gaya bahasamu, nyentrik."
[Y/N] tersenyum bangga, "Yadong!"
1'st Point of View
"Aku selalu menyukai...mu."
Oh, begitu rupanya.
3rd Point of View
"Habis darimana?" Gakushuu mengucek matanya yang sedari tadi memaksa untuk ditutup, langkah kaki yang baru masuk berhasil menghilangkan kantuk. "Dari rumah pohon yang ada dibelakang kelas, kenapa?"
"Sama siapa?"
"Nagisa."
"Nagisa yang suka renang?"
"Bukan, Nagisa uke."
"Oh."
[Y/N] mendudukan dirinya disamping Gakushuu, meregangkan badan yang terasa lelah. "Udara luar dingin sekali."
Gakushuu memandang adiknya lekat-lekat, "Habis ngapain?"
"Hanya mengobrol,"
"Ngobrolin apa?"
"Kau kepo sekali!" [Y/N] gemas sendiri dengan Gakushuu mode overprotective. Biasanya hanya muncul saat ia kedapatan berjalan bersama laki-laki lain.
"Aku hanya penasaran dengan hubungan Akabane dan bondon itu." [Y/N] menyenderkan kepalanya ke bahu tegap Gakushuu. Matanya terpejam dengan nafas yang mulai teratur.
Gakushuu mendengus, "Bondon?"
[Y/N] membuka sebelah kelopak matanya, melirik Gakushuu yang masih memerhatikan televisi yang sedari tadi menyala. "Iya, satu tingkat dibawah perek."
"Memang apa saja tingkatannya?"
[Y/N] mengangkat alis, "Jablay, ublag, bondon, perek, pecun, lonte, kimcil, pelakor, walingmi."
"Kenapa pecun dibawah lonte?"
"Karena lonte dibayar, pecun tidak." [Y/N] mengucek matanya, "Oh, pecun juga biasanya digunakan bergilir."
Gakushuu tertawa, sontak bahunya ikut tergerak. Memaksa [Y/N] menegakan badannya sekejap.
"Lalu kenapa lonte dibawah pelakor?"
[Y/N] menghela nafas dengan mata yang setengah terpejam, "Karena meskipun pekerjaannya bejad, lonte tidak merusak hubungan orang lain. Apalagi walingmi, kau tahu, wanita maling suami."
Selanjutnya ia kembali menjatuhkan kepalanya ke bahu Gakushuu, suara televisi menggema di rumah yang hanya ada mereka berdua didalamya. Sang ayah, si api biru, belum pulang dikarenakan ada rapat penting, katanya.
Setelah hampir dua menit, televisi dimatikan. Tak ada satupun yang berinisiatif memecah keheningan yang ada, Gakushuu mengira si adik telah tidur. Ia menggeser sedikit bahu kiri yang ditumpangi kepala [Y/N], tangan kanannya bergerak menepuk surai [H/C] sebahu yang ada di depan mata. Si [Y/N] sedikit ikut bergeser, kepalanya bersandar di dada bidang Gakushuu.
"Tidak usah deg-degan seperti itu," kata [Y/N] dengan suara serak. Gakushuu merasakan senyuman adiknya yang mengembang karena kaos yang ia gunakan cukup tipis.
"Mau kulempar keluar jendela?"
[Y/N] hanya terkekeh sambil menenggelamkan seluruh wajahnya di dada Gakushuu.
"Cerita bagaimana sepasang kekasih bertemu selalu menjadi hal yang menarik untuk diceritakan. Bagaimana semesta berkonspirasi sehingga dua orang bisa actually bertemu memang mendekati keajaiban."
-Marmut Merah Jambu, karya Raditya Dika
🐒🐒🐒🐒
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro