Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Karma Akabane Golden Gombal

"Tidak ikut berlatih?" Karma memperhatikan [Y/N] yang sedang memperhatikan korosensei yang sedang memperhatikan murid 3E yang sedang latihan.

Yo dawg.

"Aku sudah jago." Gadis itu memasang wajah sok-iyeh dengan pandangan yang tetap lurus.

"Gausah sok iyeh." [Y/N] nyengir mendengar perkataan Karma. "Kau sendiri?"

"Malas, nanti saja."

[Y/N] mengendikkan bahu cuek, "Omong-omong, Isogai sudah lama berkerja paruh waktu seperti itu?"

"Hng, katanya sih sejak kelas dua. Aku sendiri tidak tahu." [Y/N] mengangguk tanpa berkata apapun.

Hingga Korosensei memanggil laki-laki itu untuk ikut berlatih, kini [Y/N] kembali duduk sendiri.

"Hei," Suara seseorang kembali menginterupsi lamunan [Y/N].

"Apa?" Akhirnya gadis itu menengok, mendapati Nakamura yang seluruh tubuhnya dibanjiri keringat.

"Aku sedang malas melakukan apapun, jangan paksa aku berdiri." [Y/N] kembali bersender pada pohon -yang sejak kapan ada disitu- seraya memejamkan matanya.

"Aku hanya ingin ikut ngadem, geer." Akhirnya Nakamura ikut mendudukan diri disamping [Y/N].

"Heh, kau tidak cemburu melihat mereka?" Nakamura menyenggol perut [Y/N] pelan, si [Y/N] terpaksa membuka matanya kembali.

Dilihatnya Manami yang terus mengajak ngobrol Karma, tapi si cowok Cuma jawab seadanya. Mampus.

"Sudah kuhubungi orang dari gunung kidul, tenang saja."

"Hah!?" Nakamura berdiri kaget, "Kau mau menjadikan Okuda tumbal?"

[Y/N] mengangkat alis, "Jin manapun tidak akan mau menerima tumbal orang seperti dia. Nanti aku bukannya tambah kaya malah jadi melarat."

Nakamura geleng-geleng kepala, "Dasar aneh."

[Y/N] nyengir, "Topan!" Sambil mengacungkan jempol.

"Padahal kemarin kau sangat cemburuan." Nakamura mendengus, "Karma sudah memberi kepastian kok, nggak masalah." [Y/N] kembali memejamkan matanya.

Nakamura terkekeh, "Omong-omong kenapa kau tidak ikut latihan?"

"Perintah ayah, aku tidak boleh ikut andil. Katanya takut kenapa-napa, yah fisikku terhitung lemah sih."

Nakamura mengangguk. Setelah beberapa menit diisi keheningan, akhirnya gadis itu kembali bertanya. "Eh, ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan."

[Y/N] bergumam sebagai jawaban.

"Kau—punya hubungan apa dengan korosensei?"

[Y/N] menyamarkan tawa dengan dengusan, "Jangan berpikiran yang aneh-aneh, sebelumnya apa ia pernah bercerita tentang masa lalunya?" Sebelah mata [Y/N] terbuka menatap Nakamura.

Nakamura hanya menggeleng pelan menanggapi pertanyaan [Y/N].

"Tanya aku lagi jika sudah. Oh, jika kau masih penasaran, aku dulu memang sempat jatuh cinta padanya, saat aku masih sekolah dasar. Kau tahu, cinta kera."

"Bukannya monyet?"

"Monyet tidak sakti."

Nakamura terkekeh, "Aku yakin kau akan tergila-gila padanya jika kau melihat korosensei saat masih memiliki tubuh normal."

"Setampan itukah dia?"

"Badannya juga mantap." [Y/N] duduk tegak dengan kondisi yang sudah tidak terlalu mengantuk. "Oh, omong-omong aku juga ingin bertanya sesuatu."

"Apa?"

"Kayano dan beberapa orang lain selalu menatapku dengan tatapan aneh, memang aku aneh?"

Nakamura menaikkan alisnya, "Oh ya? Mungkin mereka hanya penasaran denganmu, kau termasuk orang yang tertutup tentang kehidupan pribadi sih."

Dahi [Y/N] tertaut, "Aku tidak terbiasa—maksudnya dulu aku tidak punya banyak teman. Butuh penyesuaian. Ayah selalu membatasiku soal pergaulan, waktu kecil pun aku hanya mengenal Hiroto dan Ryu-kun sebagai teman."

"Kau terdengar akrab sekali dengan kepala sekolah, maksudku—lihatlah kakakmu. Ia seperti sangat tidak suka dengan ayah kalian, Asano selalu mementingkan usaha sementara kepala sekolah selalu mementingkan hasil."

[Y/N] tertawa sarkas, "Akrab?"

Nakamura mengangguk. "Kau pikir untuk apa aku dikirim kesini? Seorang anak dari kepala sekolah menduduki kelas end bukankah bahan gossip yang bagus?"

Gadis itu mencabut rerumputan yang terhampar tepat di depan matanya.Nakamura diam mendengarkan.

"Dengar, aku dikirim kesini sebagai seorang mata-mata. Tugasku hanya mencatat setiap gerak gerik dan mendata setiap kelemahan korosensei." Gadis itu menghela nafas kasar, "Rencananya begitu, sebelum aku jatuh cinta pada seseorang—kau tahu siapa."

Terkekeh, Nakamura kembali bertanya. "Maksudmu Karma?" [Y/N] mengangguk, "Cinta bisa menguatkan sekaligus melemahkan, ah tai." Nakamura terkekeh mendengar gadis itu mengumpat.

"Tunggu—ayahmu tidak tahu kau pernah punya hubungan dengan korosensei?"

"Jelas tidak," [Y/N] menggeleng.

"Kau tahu Manami itu mantan Gakushuu?" [Y/N] menatap malas, Nakamura melotot tidak percaya.

"Semuanya telah direncanakan, bagaimana Gakushuu dipertemukan dengan Manami saat Manami memutus hubungannya dengan Karma secara sepihak, itu cara ayah membuat Gakushuu melupakanku. Namun kenyataannya tidak, Gakushuu tetap bertanya keadaanku pada ayah bahkan saat Manami berkunjung kerumah. Yang tidak ayah perkirakan kini semuanya bertemu—aku, Gakushuu, Karma, dan Manami."

"Tapi kau nyaman kan di kelas ini?"

[Y/N] terkekeh, "Tentu. Di sekolahku yang lama tidak ada orang-orang semacam geng Terasaka yang membuat robot demi kepentingan menginitip, atau orang-orang frontal namun absurd sepertimu. Terlebih disini ada Hiroto dan Ryu-kun, aku berharap menghabiskan masa SMP-ku disini."

Nakamura ikut-ikutan terkekeh, "Tapi yang paling membutamu betah itu Karma, kan?"

Wajah [Y/N] sedikit memerah, catat; hanya sedikit!

"Hei, Asano." Suara seorang laki-laki tiba-tiba menyapa pendengaran Nakamura dan [Y/N], diliriknya Terasaka yang, uhuk, bertelanjang dada. [Y/N] dan Nakamura hanya menatap tanpa berkata apapun, "Kenapa? Kalian terpesona dengan bentuk tubuhku"

[Y/N] memasang senyum miris, "Badanmu bau."

"Teme!"

Nakamura terkikik dan [Y/N] tertawa keras, "Bercanda. Ada apa?"

Terasaka ikut-ikutan duduk, "Langsung saja, Itona menyukaimu."

"HEH?"

~~

"Aku ingin ikut bertanding basket." [Y/N] mengembungkan pipinya, berniat menggoda Gakushuu supaya mengizinkannya ikut bertanding.

"Coba lakukan itu pada ayah." Gakushuu melongos tanpa menatap ataupun berkata lebih banyak pada [Y/N], takut-takut nalurinya berkhianat dan mengizinkan gadis itu mengikuti pertandingan basket.

"Gakushuu payah!" [Y/N] berteriak sambil mengacungkan kedua jari tengahnya. Gadis itu mendengus, "Bosaan, aku harus ngapain?"

"Kenapa tidak menonton pacarmu bertanding saja?" Suara yang sangat [Y/N] kenali terdengar sangat dekat, dibarengi pundak yang terasa dirangkul.

[Y/N] mencibir, "Jijay."

Karma tertawa ringan, "Sifatmu itu mudah berubah ya." Mereka akhirnya berjalan beriringan dengan tangan yang bergandengan.

"Kau tahu hal yang paling indah di dunia ini?" Karma memulai momen golden gombal yang membuat [Y/N] ingin meruqyah laki-laki disampingnya itu, sok Deny Cagur si Karma ini.

[Y/N] hanya menatap lurus tanpa berniat menjawab.

"Ayolah, aku sedang sangat mood." Karma memasang wajah memelas yang malah terkesan ekspresi sange di mata [Y/N].

"Aku tidak tahu, Karma-kun. Memangnya apa?" [Y/N] memasang senyum yang dipaksakan, hayoloh, biasanya yang dipaksa itu sakit. Tapi nantinya enak, eh.

Karma nyengir, "Do'a untuk orang tua dari anak-anak kita nanti."

Lagu ye tu hantu karya Ahmad Sawadi –yang juga pencipta lelaki kerdus—berputar tanpa aba-aba di kepala [Y/N]. Entah apa yang gadis itu pikirkan, sementara Karma tertawa-tawa sendiri melihat [Y/N] yang makin cemberut sambil menghentakkan kakinya namun wajahnya yang terlihat sangat merah.

"Kau tahu tidak?"

"Tidak."

"Hei kali ini serius," Karma kembali merangkul bahu [Y/N], mereka telah sampai di tribun penonton lapangan dimana akan diadakannya pertandingan merobohkan tiang.

Karma menghela nafas, "Aku benar-benar menyukai setiap ekspresimu. Bagaimana kau menekuk alismu saat cemburu, bagaimana kau tertawa lepas saat menghina titit Terasaka, bagaimana kau membesarkan lubang hidungmu saat berdebat dengan Nakamura, dan bagaimana kau tersipu saat sedang bersamaku. Kuharap aku bisa melihat lebih banyak ekspresimu yang lain," Karma mencium puncak kepala [Y/N] sekilas, "Aku terlalu terbiasa dengan kehadiranmu, jangan pergi."

[Y/N] mencibir, "Sok iyeh."

Dahi Karma terlipat, "Hee? Kau tidak pernah dicium telapak kakiku yang wangi ya?" Perempatan imajiner muncul di pelipisnya. [Y/N] mengangkat dagunya agak tinggi, "Kau tidak pernah mencium kakimu sendiri ya? Mau mencium kakiku dulu?"

"Tidak, kakimu bau."

"Terserah saja. Memang susah sih berbicara dengan anak hasil kondom bocor."

"Apa!?"

"Hei kalian berisik!" Terasaka menoyor kepala [Y/N] pelan dan tangannya hanya sampai setengah jalan sebelum menoyor kepala Karma. "Jangan membawa masalah rumah tangga kesini!"

[Y/N] memutar bola matanya, "Aku dan Gakushuu tidak pernah punya masalah, Terasaka. Alhamdulillah keluarga kami sakinah—"

"Terasaka, selangkanganmu nganggur tidak?"

"Kau mau menjualku!?"

~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro