Duet Maut
"Mendokusai." Keluh Hazama –yang biasanya diucapkan seorang titan dari anime basket sebelah—disusul [Y/N] yang menguap (?) cukup menjelaskan situasi kali ini.
Kelas 3E mengadakan kemping.
[Y/N], Hazama, Sugino dan Nagisa mendapat tugas untuk berjaga saat menjelang tengah malam, sementara murid lain tengah terlelap tidur untuk mempersiapkan diri saat menghadapi uji nyali.
"Ne, bagaimana kalau kita memainkan sesuatu? Atau membahas sesuatu? Agar tidak mengantuk!" Sugino yang nafsunya sudah sangat tinggi, nafsu tidur, memberikan usulan. Disusul permainan truth or dare dan salah satu pemain dipaksa menyatakan perasaannya pada orang yang dia suka, jika saja buku ini kurang cliche.
Nagisa garuk-garuk rambut bawah, rambut kaki. (Gini-gini betis Nagisa oke punya!) "Apa ya?"
"[F/N]-san," Hazama buka suara. "Kenapa kau tidak menceritakan pengalamanmu saat sekolah di Inggris?"
Sugino yang sedang membakar batang miliknya, batang jagung, ikut menimpali. "Nah, boleh juga tuh! Aku juga penasaran."
"Selama kau disini kau hanya berbicara pada beberapa orang," Hazama memangku dagu, "Saat pertama melihatmu kau terlihat seperti orang yang menyenangkan sih."
"Kan aku disini baru seminggu lebih," [Y/N] meraih gitar Gakushuu yang sengaja ia bawa dari rumah. "Boleh saja, tapi aku tak tahu harus mulai darimana. Bagaimana kalau kalian saja yang bertanya?"
Jari yang biasanya dipakai untuk berbuat maksiat kini perlahan memetik senar gitar yang membentuk sebuah melodi.
'Cause i don't know how to love someone else, i don't know how to forget your face. Oh love, god i miss you every single day. And now you're so far away.'
Alis [Y/N] terangkat, mendapati ketiga orang di depannya yang hanya menatap tanpa berkata apapun. "Kalian kenapa?"
"Suaramu bagus!"
"Teruskan nyanyianmu!"
"Aku jadi tidak mengantuk!"
[Y/N] tertawa ringan, "Terima kasih loh."
"Kau bisa alat musik?" Nagisa ikut-ikutan membakar batang miliknya, batang jagung. [Y/N] mengangguk mengiyakan. "Diajari Gakushuu."
"Coba nyanyikan satu lagu!" Hazama terlihat sedikit bersemangat, "Aku penggemar boyband dari negeri tetangga. Kau tahu? Yang salah satu personelnya bernama Jongkok."
Dahi [Y/N] mengernyit samar, "Jungkook maksudmu?"
"Nah itu!"
[Y/N] geleng geleng disko, "Itu Jungkook." Lalu gadis itu kembali memetik gitar secara asal, "Maaf sih, kiblat musiku condong ke barat."
"Lalu bagaimana kau bisa tahu?"
"Di Inggris banyak sekali teman sekelasku yang menggemari bangtan boys. Jadi ya aku sering mendengar hal yang seharusnya tidak ku dengar." Pandangan [Y/N] menatap lurus.
"Aku boleh request tidak?" Sugino bertanya sambil menepuk-nepuk pipinya yang baru saja jadi korban prostitusi nyamuk.
"Sebelumnya aku ingin bertanya," [Y/N] menatap Sugino, "Namamu itu Sugino atau Sugiono?"
"Jangan samakan aku dengan kakek cabul itu!" Sugino menekuk kedua alisnya sementara Nagisa dan Hazama menahan tawa.
[Y/N] nyengir, tidak sadar baru saja melecehkan harga diri Sugino dengan menyamakannya denga seorang aktor terkenal Jepang. "Okelah, kau mau request lagu apa?"
"Story Of My Life," Sugino berkata mantap, "Aku mendengar lagu itu saat sedang di warnet, pulang shalat jumat. Jadinya penasaran, aku tidak tahu siapa penyanyi-nya sih."
"Oh, Siji Direksyen." [Y/N] mulai memetik intro lagu yang disebutkan Sugino.
'Written in these walls are the stories that i can't explain,'
[Y/N] mengangguk-ngangguk sendiri menikmati irama yang terikat dengan suaranya saat bernyanyi.
'I leave my heart open but stays right here empty for days,'
'She told me in the morning she don't feel the same about us in her bones, '
'Seems to me that when i died these words will be written in my stone,'
Sayup-sayup terdengar suara seseorang yang bersenandung dibarengi langkah kaki yang terdengar mendekat, [Y/N] berhenti bernyanyi dan saling tatap dengan ketiga orang dihadapannya.
"Kuhamil duluan, sudah tiga bulan, gara-gara pacaran seringnya berduaan."
Saat Itona sampai, tatapan [Y/N], Sugino, Nagisa dan Hazama langsung terkunci kearahnya. Cowok bermulut pedas itu hanya menatap balik, "Ada apa?"
Hazama melempar batu, ia teringat yang dikatakan guru ngaji-nya bahwa saat naik haji ada proses melempar jumrah; yaitu melempari setan dengan batu. Untungnya kali ini Itona bukan setan, dia hanya meringis sakit saat dilempari batu, bukannya menghilang.
"Apaan sih!"
"Kau mengangetkan, boke!" [Y/N] meniru bahasa Kageyama seraya memukul bahu Itona saat cowok itu menghamipiri mereka dan duduk disampingnya, bau bau modus. "Terlebih apa-apaan lagu yang kau nyanyikan?"
'And i'll be gone, gone tonight. The ground beneath my feet is open wilde, the way that i've been hold too tight, with nothing in between,' Itona duduk bersila seraya menatap [Y/N], "Itu yang tadi kau nyanyikan bukan? Coba lanjutkan."
"Suaramu juga bagus!" Sugino dan Nagisa menunjuk Itona bersamaan, Hazama hanya menguap bosan. "Wajar, waktu kecil ia sering ikut marawis."
"Coba berduet!"
[Y/N] terperangah, suara Itona terdengar lumayan untuk ukuran cowok. "Baiklah,"
'The story of my life, i take her home, i drive all night, to gime her warm and times is frozen.' [Y/N] menyanyikan bait pertama dan selanjutnya disambung oleh Itona.
'The story of my life, i give her hope, i spend the love, until she's broke inside. The story of my life.'
[Y/N] mengubah petikan gitarnya sedikit melambat, ia melompati beberapa bait lagu itu dan langsung menuju bridge. "Langsung saja, aku sangat suka bagian Bridge."
Itona mengangguk.
'And i've been waiting for this time, to come around.' [Y/N] menghentikan petikan gitarnya pertanda sudah sampai pada bagian bridge, Itona menyambung lirik yang [Y/N] nyanyikan.
'But baby running after you, is like chasing the clouds.'
Nagisa dan Sugino bertepuk tangan mendengar suara [Y/N] dan Itona yang terdengar sangat merdu dan cocok, apalagi bagian highnote yang pada lagu aslinya dinyanyikan oleh personil bernama Zainal. Hazama hanya tersenyum tipis seraya memangku dagu.
"Nurufufufu~ Ada apa ini?" Korosensei tiba-tiba datang dengan sejumput air kehidupan yang mengalir dari ujung mulutnya, "Kalian sedang main mikrofon pelunas hutang?"
"Hiraukan saja dia," [Y/N] menghela nafas, sambil menyembunyikan gondok tiga kilo.
"Kau jahat sekali, [F/N]." Suara Korosensei tiba-tiba memberat, dibarengi klit wajahnya yang berwarna putih.
"Kalian bisa tolong bangunkan yang lain?" Tak lama kemudian gurita itu berwarna kuning seperti biasa, setelah [Y/N] nyengir seraya menggumamkan kata maaf.
"Sudah mau mulai?" Hazama menepuk-nepuk pantatnya yang kotor oleh –dosa, bukan—dedaunan kering yang menempel. Sugino, Nagisa dan Itona ikut berdiri dan mulai berjalan memasuki tenda yang ditempati kelas 3E.
[Y/N] masih memetik gitar seraya menggumamkan sebait lirik lagu.
'Get out get out get out of my mind. And come on coming to my life, i don't i don't don't know what it is, but i need that one thing.'
"Kau hafal lagu itu?" Korosensei ikut duduk disamping [Y/N]. "Aku tidak menyangka kau salah satu penggemarku. Yah meskipun aku sudah keluar dari boyband itu sejak lama sih."
[Y/N] memukul kepala Korosensei agak keras, "Berhenti mengaku-ngaku! Kau tidak mirip Zainal!"
"Kau tak tahu saja. Luistiawan, Heri, Na'il dan liyem benar-benar down tanpaku."
"AKU TIDAK PEDULI!"
Korosensei tertawa ringan. Tidak, bukan tawa cabul yang biasa, kali ini ia tertawa dengan suara yang agak lembut. Seperti manusia pada umumnya.
"A-ano, sensei?" Suara Nagisa membuyarkan lamunan [Y/N] yang baru saja tercipta kala mendengar tawa gurita itu. "Kami sudah siap!"
"Wakatta," Korosensei berdiri, "Kalau begitu kita mulai pembagian kelompok."
Dahi [Y/N] mengkerut samar, "Shin, kau tidak berbicara apapun soal kelompok sebelumnya."
Warna kepala Korosensei berubah menjadi merah muda, tak lupa seringaian jahil yang sudah terpasang. "Kalian akan dipasangkan. Satu kelompok dua orang dan terdiri atas satu laki-laki dan perempuan."
"Cara menentukan pasangannya bagaimana? Dengan undian?" Kayano yang berdiri disamping Nagisa nampak penasaran.
"Ah, tidak usah menggunakan undian. Berpasanganlah dengan seseorang yang benang merahnya terikat pada kelingking kalian berdasarkan festival akaiita kemarin."
🐪🐪🐪
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro