Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9

Tidak tahu berapa lama mereka bercumbu, Milea terengah tiada henti dan terpaksa menggigit bibir untuk menahan erangan. Tubuh menggeliat, bibir terpaut, disertai desahan penuh damba. Otak Milea buram karena nafsu yang menyebar sempurna dari setiap kulit yang disentuh oleh Kevin. Mereka dipisahkan oleh dinding dan selembar pintu dari pegawai di luar. Setiap saat bisa saja ada orang datang memergoki tapi sepertinya Kevin tidak peduli, seakan ingin menguji Milea.

"Kenapa menahan desahan? Takut kepergok?" tanya Kevin perlahan. Mengangkat rok Milea dan mengusap selangkangan yang tertutup celana dalam. "Jangan bilang kamu malu, karena malam itu kamu yang merayuku tanpa malu-malu."

Milea menggeleng, berusaha menyingkirkan bayangan dirinya yang menggila di hadapan Kevin. Tidak ingin lagi teringat tentang nafsunya yang meninggi, hasrat membara untuk merasakan percintaan panas dengan laki-laki yang merupakan pimpinannya sendiri.

"Pak, saya bisa je-laskan," desah Milea di antara peluh yang kini mulai mengucur. Jari Kevin merambat perlahan melalui sela rok dan kini mengusap selangkangan. Gelenyar gairah merasuki hati dan kepala Milea. "Tolong, Pak."

"Oke, aku dengarkan penjelasanmu. Kamu ngomong apa?"

Bagaimana Milea bisa bicara kalau Kevin tidak berhenti menghisap puncak dadanya. Segala perkataan yang hendak meluncur keluar kembali tenggelam dalam tenggorokan. Bibir dan mulut yang bergerak lincah di dada, membuyarkan konsentrasi Milea yang ingin bicara. Belum lagi jari yang kini memasuki celana dalamnya. Milea merasa masuk ke ruangan ini hanya untuk mempersembahkan diri pada nafsu sex Kevin.

"Kenapa diam?"

Milea terengah, menghela napas panjang dan sekuat tenaga menyentakkan kepala Kevin dari atas dadanya. Menangkup wajah Kevin dengan kedua tangan.

"Pak, kita harus bicara!"

Kevin mengerjap, pandangannya mengabur karena gairah. "Ya, Milea."

Setelah Kevin tersadar, Milea buru-buru bangkit dari pangkuan Kevin dan merapikan pakaiannya. Mengeluh karena kemeja dan roknya kusut. Semoga saja tidak ada yang memperhatikan penampilannya karena terlihat sangat berantakan.

"Kenapa murung? Kurang ciumannya?" goda Kevin.

Milea mengangkat wajah lalu menyipit. "Nggak salah ngomongnya? Pak Kevin nggak mikir kalau di luar banyak orang? Mereka lihat saya masuk dalam keadaan rapi dan keluar kusut masai, entah apa yang akan mereka pikirkan nanti."

Kevin terkekeh, merasa Milea yang sedang mengomel sangat lucu dan menggemaskan. Baru saja mereka bercumbu dengan panas, ia bahkan berencana menelanjangi Milea dan mengajaknya bercinta di sini. Sepertinya bukan ide bagus karena Milea malu dan takut akan dicurigai.

"Milea, nggak apa-apa kalau mereka curiga. Semisalnya mereka anggap kamu pacarku, bukannya bagus buat kamu?"

"Pacar? Itu istilah yang terlalu manis buat saya. Gara-gara kiriman hadiah yang datang terus-terusan mereka pikir saya ini simpanan om-om."

Kevin terdiam sesaat lalu tertawa keras. Baru kali ini merasa sangat lucu mendengar perkataan Milea. Tidak menyangka kalau kiriman hadiah ternyata bisa menimbulkan desa-desus di kalangan pegawai. Padahal menurutnya hadiah itu bukan hal yang besar. Melihat wajah Milea yang muram sepertinya julukan simpanan memang hal yang tidak enak untuk didengar. Kevin menarik lengan Milea dan mendekatkan wajah mereka.

"Kamu memang simpananku, dimulai dari malam itu sampai batas waktu yang belum aku tentukan."

Milea mendesah. "Pak, saya belum setuju untuk jadi simpanan."

"Well, sayangnya tubuhmu sudah memberi persetujuan lebih dulu dari bibirmu. Gimana, dong, apa kamu nggak kasihan sama dadamu kalau lama nggak disentuh jariku?"

"Memalukan! Mana ada direktur besar mesum begini!" Milea mengomel sambil menyentakkan tangan Kevin dari lengannya. "Pak, sadaar!"

"Sayangnya aku menolak untuk sadar kalau sama kamu, Milea."

Apa yang dikatakan Kevin adalah sebuah kejujuran. Ia tidak ingin melepaskan Milea sekarang ini tidak peduli apa pendapat orang lain. Mengamati Milea yang cantik dan mungil membuat hati Kevin bergetar. Saat ini ia tidak tahu hal lain yang membuatnya menyukai Milea selain kecocokan dalam bercinta tapi akan mencari tahu lebih lanjut seiring berjalannya waktu.

"Aku sudah memberitahu sekretaris, mulai sekarang kamu adalah penerjemah pribadiku."

Milea melongo, belum selesai mencerna perkataan Kevin tentang kata-kata menolak sadar, kini ada hal lain yang tercetus.

"Menjadi penerjemah pribadi, Pak?"

"Benar, kamu harus ikut kemanapun aku pergi saat bertemu klien. Sekarang ini proyekku banyak dikerjakan dengan orang Tiongkok. Selain itu dokumen penting kamu yang menerjemahkan. Tentu saja posisi istimewa ini membuatmu mendapatkan kenaikan gaji dan juga jadi pegawai area dua. Bagaimana, kamu senang Milea?"

Sejujurnya dalam hati Milea sangat sangat senang dengan jabatan barunya. Terlebih dengan kenaikan gaji maka niat untuk menabung akan semakin cepat tercapai. Masalah lain yang mengganjal adalah penilaian orang-orang sini padanya. Sekarang ini mereka sangat membencinya karena dianggap menjilat sekretaris Kevin, apalagi sekarang dengan menjadi penerjemah pribadi?

Dalam dunia kerja, rasa iri dan persaingan pasti selalu ada. Dua hal itu tidak bisa dihindari pasti terjadi dan ujung-ujungnya akan timbul permusuhan. Milea selama ini diam karena tidak ingin menimbulkan keributan dan gesekan. Mendadak menjadi pegawai area dua dan meninggalkan ruangan itu, ada dua macam perasaan yang berkecamuk. Senang dan juga takut.

"Kenapa diam, Milea? Harusnya kamu senang bukan?"

Milea mengangguk. "Tentu saja saya senang, Pak. Sudah diberi kepercayaan yang begitu besar. Tapi, apa Pak Kevin nggak salah? Maksud saya adalah dua senior lain jam terbangnya jauh lebih banyak dari saya. Karena itu, saya—"

"Kamu menolak perintahku?"

"Bukaan, tolong jangan salah sangka. Saya senang, benar-benar senang hanya merasa takut kalau tidak bisa menjadi yang Pak Kevin inginkan."

Kevin mengulum senyum, menarik tangan Milea dan meremas jarinya dengan lembut. Tanpa dijelaskan panjang lebar mengerti apa isi hati Milea yang sesungguhnya. Seorang pegawai naik jabatan tiba-tiba setelah tidur dengan direktur, semua orang akan merasa ada udang di balik batu. Kevin tidak masalah dengan penilaian orang-orang tapi sepertinya Milea terganggu.

"Menjadi penerjemah pribadi berarti tanggung jawab yang lebih besar. Kalau kamu nggak ambil kesempatan ini berarti kamu bodoh. Kenapa aku bilang begitu? Karena kesempatan baik tidak akan datang dua kali."

Milea menatap Kevin lekat-lekat, mendengarkan perkataannya dengan cermat. Menyadari kalau kedua jari mereka terkait mesra tanpa ada tanda-tanda sexual seperti biasanya. Hanya sentuhan biasa yang menenangkan dengan Kevin menjelaskan secara rinci apa yang diinginkannya.

"Kamu boleh berpikir mendapatkan jabatan ini karena sudah bercinta denganku. Anggap saja begitu tapi satu hal yang harus kamu tahu, Milea. Jangan memandang rendah dirimu sendiri dan juga diriku. Menurutmu aku akan memberimu kepercayaan yang besar kalau kamu tidak layak mendapatkannya? Justru karena aku percaya kamu mampu, makanya jabatan ini untukmu. Bukan hanya karena kita tidur bersama, pengaruh sex hanya sekitar dua puluh persen saja dari keputusan ini. Sisanya karena memang kamu bisa dan kamu mampu. Klienku juga memberikan pujian serta apresiasi yang tinggi untukmu."

Sebuah wejangan yang panjang dan lebar yang membuat Milea mengerti. Tertuang sedikit rasa malu karena memerlukan penjelasan lebih dalam untuk jabatan yang semestinya harus diperjuangkan. Ia mendapatkan kepercayaan ini, bukannya berterima kasih tapi malah membuat Kevin harus memberikan keterangan. Rasanya sungguh lucu dan kurang ajar.

"Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha untuk menjadi pegawai yang baik."

Kevin mengangguk. "Nah, begitu baru benar. Jangan melulu memikirkan orang lain sampai kamu lupa dengan dirimu sendiri."

"Iya, Pak. Saya akan coba."

"Semoga berhasil dan selamat untuk jabatan barumu, Milea."

Milea tersenyum, mengucapkan terima kasih bertubi-tubi pada Kevin setelah menyingkirkan perasaan gundah. Jabatan didapatkan setelah tidur dengan Kevin. Pekerjaan dengan gaji yang tinggi ditukar dengan keperawanan. Masalahnya adalah Milea juga menginginkan percintaan itu dan tidak ada orang yang memaksanya untuk bercinta. Keduanya sama-sama saling suka dan tidak ada salahnya melakukan percintaan saat tubuh dilanda gairah.

Persis seperti dugaan Milea, saat dirinya keluar dari kantor direktur semua mata tertuju padanya. Milea mengabaikan semua pandangan itu dan berpura-pura tidak melihat. Ledakan iri akan terjadi kala mejanya dipindah dan ia bersiap dari sekarang.

Kehebohan melanda seluruh pegawai saat Milea mendapatkan meja baru yang ditempatkan di samping sekretaris Kevin. Bukan di area dua seperti dugaannya semula. Bisik-bisik terdengar di kalangan pegawai lain saat seorang pekerja yang masih dianggap baru bisa melesat tinggi dengan posisi baru. Semua orang punya dugaan dan kecurigaan tapi tidak ada yang bisa membuktikan.

"Aku dan Haris jelas lebih mahir dan lebih senior dari pada Milea. Kenapa malah dia yang naik lebih dulu?" Atika berujar penuh kemarahan yang didukung sepenuhnya oleh Haris.

"Anak baru, kerjaan juga masih berantakan tapi bisa mendapatkan posisi istimewa. Jangan-jangan dia ada hubungan istimewa dengan Pak Direktur?"

"Nggak mungkin, Haris! Tuan Kevin nggak akan minat sama gadis kampungan gitu. Lagi pula kamu nggak lihat kalau dia itu simpanan seseorang?"

"Iya, juga. Tuan Kevin nggak akan mau sama cewek culun gitu. Kalau pun punya pasangan minimal yang sama-sama kaya."

"Paling nggak cantik dan berkelas. Milea punya apa?"

Mendengar percakapan dan celaan mereka membuat Milea tanpa sadar tertawa. Ternyata dirinya dianggap sangat rendah di mata orang-orang itu. Saking rendahnya bahkan tidak ada yang percaya kalau dirinya menjalin hubungan pribadi dengan Kevin.

"Kalian nggak tahu aja kalau Tuan Kevin yang kalian bangga-banggakan itu suka sekali dada besarku. Sialan!"

Milae memaki dalam hati, mengangkat kotak berisi barang-barangnya ke lantai atas. Meninggalkan Atika dan Haris. Pandangannya bersirobok dengan Danton dan Milea mengangguk kecil. Tidak peduli kalau sapaannya tidak dibalas oleh laki-laki itu. Sekarang waktunya untuk maju demi masa depan, selalu mengalah tidak selamanya baik untuk dirinya.
.
.
.versi lengkap tersedia di Karyakarsa dan google playbook.

Penyuka buku akan open PO awal bulan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro