Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7

Seminggu berlalu setelah kencan mereka di motel, Milea tidak pernah melihat Kevin. Laki-laki itu sibuk di kantor utama dan kantor yang di sini masih dalam taraf renovasi. Hal yang membuat Milea sedikit lega karena tidak tahu bagaimana sikapnya bila bertemu dengan Kevin. Ia masih belum siap melihat laki-laki itu setelah bercinta dengan panas dan brutal. Kata-kata yang paling membekas dalam pikiran Milea adalah Kevin mengatakan nafsu yang besar mengendap di dalam tubuhnya. Tidak salah memang, kenyataannya dalam satu kali sentuh dirinya terkapar tidak berdaya oleh rawa panas.

Pengalamannya dengan Kevin menjadikan imajinasi Milea menjadi semakin luas dan tidak terbendung. Dengan niat ingin mengumpulkan banyak uang demi membeli apartemen, ia menulis porno lebih rajin dari sebelumnya. Terutama setelah merasakan dasyatnya percintaan secara langsung. Penggambaran akan hubungan laki-laki dan perempuan menjadi lebih detil dan lebih nyata dari sebelumnya. Terbukti akan komentar beberapa pembaca yang didapatkanya.

"Makin lama cerita Lady Erotica makin hot."

"Gambaran cowoknya kayak nyata."

"Aku suka cerita panas gini!"

"Lady Erotica, sering-serng update, ya."

Milea tanpa sadar tersenyum membaca komentar-komentar ini, banyak koin yang dihasilkan dalam beberapa hari ini. Pundi-pundi uangnya bertambah tapi masih kurang banyak untuk biaya tempat tinggal baru.

Ada satu penggemar dan pembaca yang menarik perhatiannya, menamakan dirinya Quen dan sering mengirim pesan untuknya. Tidak hanya itu, Quen juga sering memberi bonus atau tips saat membeli karyanya. Mengatakan dengan antusias sebagai penggemar nomor satu.

"Semoga kamu sehat selalu Lady Erotica. Karya-karyamu menemani hari sepiku."

Milea sangat tersentuh dengan pesan-pesan dari Quen. Membuatnya menjadi lebih semangat dalam menulis. Tidak ingin mengecewakan pembaca yang sudah setia dengannya.

Sebenarnya kalau masalah uang Milea bisa meminjam, dengan senang hati Laura akan memberikan uangnya. Tidak peduli berapa banyak yang Milea inginkan, sahabatnya itu akan memberi dengan senang hati. Dari dulu Milea yang enggan meminta bantuan Laura bila tidak terjepit. Selama masih bisa berusaha, ia akan mengusahakan dengan tangannya sendiri. Tulisan di aplikasi bukan hanya soal uang tapi juga demi kebahagiaan para pembacanya. Terdengar berlebihan tapi memang begitu kenyataannya.

"Lady Erotica bisa menulis dengan sangat panas. Pasti pengalamannya banyak!"

Kata-kata dari pembaca membuatnya teringat akan pergumulan yang panas. Kenangan akan pengalamannya bersama Kevin tanpa sadar membuat wajah Milea menghangat. Ia masih tidak percaya kalau orang yang merenggut keperawanannya adalah Kevin. Sering kali saat mengenang masa-masa indah dan panas itu, Milea tanpa sadar mengerang. Kevin adalah laki-laki dengan stamina luar biasa dan merupakan dambaan banyak perempuan. Mengerti bagaimana caranya menyenangkan perempuan, selalu menyentuh dan mencium di tempat yang sensitif dan membuat gairah naik dengan cepat.

"Mantan kakak ipar yang selalu membuat Lady kecanduan akan sex, selain karena tampan tapi juga kekar dengan rambut sedikit gondrong. Lady ingin sekali bercinta tanpa henti bila perlu hingga tubuh lunglai. Johan yang perkasa dan berotot, perut tanpa lemak dengan kejantanan yang panjang dan besar. Lady tergila-gila dengan mantan kakak iparnya."

Milea sedang mengatur baris demi baris kalimat yang akan ditulis dalam ceritanya hingga tidak sadar ada yang mengamatinya dari jauh. Ia sedang tenggelam dalam lamunan tentang cerita erotis Lady dan Johan.

Terdengar suara langkah mendekat dan ketukan di permukaan meja membuat Milea mengangkat wajah. Menatap Atika yang mendekat ke mejanya bersama Haris. Keduanya adalah seniornya di area satu dan sama-sama penerjemah.

"Iya, Kak. Ada apa?" tanya Milea sambil merapikan letak kacamata.

Atika, perempuan bermata sipit yang bertubuh kurus dan tinggi, sementara Haris adalah laki-laki gempal yang gemar berolah raga. Terlihat dari story WA yang selalu posting tentang tempat olah raga.

"Minggu lalu kamu yang temani Tuan Kevin ketemu klien?" tanya Atika.

Milea mengangguk. "Benar, laporan sudah aku buat dan serahkan ke sekretaris."

"Tanpa memberitahu kami?" sela Haris.

Milea mengernyit. "Apa yang aku harus kasih tahu kalian?"

"Hei, kami ini juga penerjemah. Semua urusan di kantor ini kami harus tahu!" ujar Atika dengan keras.

Untungnya ruangan dalam keadaan sunyi karena para karyawan sedang makan siang. Milea membawa bekal nasi dari rumah dan tidak perlu repot-repot keluar. Sekarang ini Milea menyesal kenapa tidak makan di luar, jadi tidak perlu menghadapi dua seniornya yang sedang mengamuk.

"Aku tahu kalian penerjemah senior di sini. Bukan berarti semua hal kalian harus tahu. Tanpa perintah dari boss, aku akan merahasiakan pekerjaanku," bantah Milea tidak mau kalah.

Atika dan Haris saling pandang, wajah keduanya mengeras dalam rasa kesal. Atika menunduk, hingga wajahnya kini sejajar dengan Milea lalu melontarkan ancaman sekali lagi.

"Di mana-mana yang namanya anak baru harus tahu diri. Jangan mentang-mentang dikasih kerjaan penting kamu diam saja. Harusnya kamu nolak malam itu dan biarkan aku atau Haris yang menangani."

"Kenapa aku harus nolak kalau bisa mengerjakan?" tanya Milea balik.

Haris yang menjawab. "Kamu masih baru, pengalamanmu belum teruji sepenuhnya. Bagaimana kalau kamu salah menerjemahkan? Bagaimana kalau kamu membuat berantakan? Apa tanggung jawabmu, Milea."

Kali ini Milea benar-benar kesal. Sudah berusaha dan bekerja dengan baik malah kena tegur dari orang-orang yang cemburu dengan pekerjaannya. Ia tidak tahu apa yang diinginkan Atika dan Haris dari dirinya. Apakah keduanya ingin memonopoli pekerjaan penting dan hanya memberikan dokumen pada Milea untuk diterjemahkan? Dengan begitu kemampuan bekerja Milea tidak akan pernah meningkat.

Milea bersidekap, menolak untuk memalingkan muka dari dua seniornya. Ia tidak bersalah dalam hal ini, pekerjaan diberikan langsung oleh sekretaris Kevin jadi bukan dirinya yang memaksa atau menawarkan diri. Kenapa harus melaporkan masalah pekerjaan pada dua orang ini? Milea merasa sangat aneh.

Di samping itu Milea juga merasa dejavu. Pernah mengalami perseteruan serupa dengan seniornya di kantor lama. Mereka juga tidak terima kalau dirinya mendapat pekerjaan penting. Kenapa sekarang terulang lagi? Ia hanya ingin bekerja dengan baik dan bukan mencari musuh.

"Apa tanggung jawabku dengan pekerjaan? Tentu saja aku akan bertanggung jawab sepenuhnya dengan apa yang aku lakukan. Selama Pak Kevin tidak komplen, kliennya juga tidak mempermasalahkan berarti nggak ada yang salah sama kerjaanku. Kalian nggak ada hak menuntut tanggung jawabku."

Milea terkesiap saat Atika menyapu tumpukan dokumen di atas mejanya hingga berhamburan ke lantai. Ia melongo untuk sesaat lalu berdiri sambil berkacak pinggang. Tubuhnya yang mungil hanya mencapai dagu Atika.

"Apa-apaan ini? Ngamuk karena kalah saing atau gimana?" bentak Milea.

Atika mencibir. "Aku? Kalah saing sama kamu? Jelas nggak!"

"Nggak ngerasa kalah saing tapi ngomel-ngomel nggak jelas. Hebat sekali kamu ini?"

"Kurang ajar! Nggak ada sopan santun!" bentak Haris.

Milea menghela napas panjang, mencopot kacamata dan mengucek pelupuk yang lelah. Tidak hanya lelah dalam melakukan pekerjaan juga lelah menghadapi kedua temanya.

"Aku nggak mau cari ribut sama kalian, mengingat kaliana adalah seniorku. Yang aku inginkan hanya satu, tolong saling bantu dan saling jaga aja."

Atika mencibir tidak puas. "Siapa yang mau jaga kamu? Anak baru tapi kurang ajar. Entah apa yang kamu lakukan sampai-sampai Tuan Kevin milih kamu buat temani kerja."

Milia ingin sekali meneriakan jawaban pada Atika kalau dirinya menggunakan tubuh dan sex untuk merayu Kevin. Dengan senang hati ingin bercerita kalau yang diincar Kevin darinya adalah keperawanannya. Otaknya masih jernih untuk tidak melakukan hal gila itu. Meskipun sangat tertarik melihat reaksi mereka.

"Ehm, jam kerja udah mulai. Kenapa mejamu berantakan, Milea?"

Danton, cowok dari area IT mendatangi meja Milea, membuat Atika dan Haris terdiam. Tanpa kata mereka membalikan tubuh dan bergegas pergi. Kali ini keduanya terpaksa mengalah karena tidak ingin dibilang telah membuli junior. Milea menghela napas lega, menunduk untuk mengambil dokumen yang berserak di lantai dibantu oleh Danton.

"Makasih udah selametin aku dari mereka."

Danton mengangguk kecil. "Mereka lapar, makanya mau santap kamu."

"Kayaknya gitu."

"Lain kali pakai pengaman di sekitar meja, biar nggak ada yang sembarangan masuk."

"Kerangkeng?"

"Jangan dong, masa kamu mau ngerangkengin diri sendiri."

Milea tergelak dan menggumamkan terima kasih pada Danton sekali lagi. Tidak menyangka meskipun terlihat acuh tak acuh tapi Danton cukup perhatian juga padanya. Para karyawan mulai berdatangan dari makan siang mereka, Milea mengutuk Atika dan Haris dalam hati. Tadinya ia berencana makan di pantry tapi gara-gara mereka membuat bekalnya masih utuh dan tidak tersentuh. Terpaksa hanya menyeduh teh manis untuk menghangatkan perut.

Menjelang pulang kerja, terjadi sesuatu yang membuah heboh seluruh kantor. Sebuah buket bunga yang besar dan indah dikirim seseorang untuk Milea. Tidak ada pesan atau pun kontak person pengirim. Semua perempuan memandang buket bunga dengan iri.

"Milea, cowok kamu pengertian sekali. Buket bunga ini mahal, loh?"

Kata-kata itu menimbulkan dampak hebat bagi Danton. Kepalanya tegak dan menatap Milea dengan was-was.

"Eh, aku nggak punya pacar. Nggak tahu ini dari mana?" sanggah Milea dengan bingung.

Danton yang mendengar sanggahan itu bernapa lega dan kembali menekuni komputernya.

"Masa nggak ada pacar? Siapa yang ngirim?"

"Temanku," jawab Milea cepat.

Ia teringat akan Laura dan Devon yang sering membeli buket bunga. Dirinya juga pernah mendapatkan satu dari Devon juga dari Danistri saat berulang tahun. Ia menyempatkan diri untuk memfoto buket bunga dan mengirim pesan pada Laura.

"Laura, buket ini lo yang kirim atau Kak Devon?"

Milea menghidup aroma mawar merah yang harum. Ada banyak sekali kelopak yang mekar dan juga masih kuncup. Dirangkai dengan indah bersama tangkai dan juga ranting buatan.

"Hah, gue sama laki gue nggak kirim buket bunga buat lo. Hayo, dari siapa itu?"

"Serius lo?"

"Iya, serius. Buat apa bohong?"

Milea menatap buket bunga dengan kebingungan. Kalau bukan Laura lalu siapa yang mengirim ini padanya. Ia tidak punya banyak teman terutama para laki-laki. Tidak punya kekasih juga jadi tidak mungkin ada yang mengirim buket bunga tanpa alasan. Milea berpikir jangan-jangan salah kirim tapi ada namanya di alamat penerima lengkap dengan nomor meja dan jabatan. Pertanyaan Milea terjawab saat satu pesan masuk ke ponselnya.

"Milea, udah terima buket bunga dariku? Semoga kamu suka. Kenapa hari itu kamu pergi dari motel tanpa pamit?"

Buket bunga ternyata dikirim oleh Kevin, hal yang sungguh di luar dugaan Milea.
.
.
.
Di Karyakarsa sudah ending.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro