Bab 5
Kevin tahu mobil bukan tempat yang layak untuk mencumbu seorang perawan tapi nafsu mengendalikan otak dan jarinya. Ia membuka kancing gaun, dan menurunkannya hingga pinggang. Membuka kaitan bra dan dalam sekejap dada yang membusung dengan puting tegak terhampar di depan mata. Segala macam pikiran mesum yang selama ini terlintas saat melihat dada Milea, kini seolah menemukan jalannya menuju kenyataan. Ia meremas dada secara bergantian sambil terus melumat.
"Milea, bisa-bisanya tubuh mungil menyembunyikan dada besar. Mana tegak menantang dan juga indah."
Bibir Kevin meninggalkan mulut Milea dan kini bergerak ke arah dada untuk menghisap puting yang menegang.
"Aaah, Pak," desah Milea dengan suara parau. Sebagian otaknya mulai bergerak, memikirkan kenikmatan yang dirasakannya sekarang. Ternyata jauh lebih indah dari semua tulisan yang selama ini hanya melalui bayangan belaka. "Ya, Pak. Saya sukaa."
Perkataan Milea yang tanpa malu-malu sempat membuat Kevin tertegun. Tidak biasanya seorang perawan bisa berujar demikian menggoda dan penuh tantangan. Sepertinya Milea sedang ingin dicumbu. Apakah karena tidak pernah punya pacar membuatnya menjadi bernafsu? Kevin mendesah dan kembali melumat puting yang tegang hingga basah.
Milea membuka paha, membiarkan berat tubuh Kevin bertumpu di atasnya. Rasanya sangat menyenangkan, dalam keadaan setengah telanjang dengan laki-laki yang sedang melumat puting serta bibirnya. Milea menginginkan lebih, jarinya menekan pinggul Kevin ke atas pinggulnya dan kakinya menjepit keras.
"Milea, kamu tahu apa yang kamu lakukan sekarang?" tanya Kevin dengan suara parau. Kejantanannya yang mengeras menekan area intim Milea. "Kamu membuatku bergairah."
Milea membuka mata, menggigit bibir dan mengangguk. "Iya, Pak. Saya juga penuh nafsu."
"Kamu yakin masih perawan?" tanya Kevin.
"Pak Kevin mau bukti? Ayo, kita bercinta sekarang."
Ajakan Milea membuat Kevin tercengang, tidak tahu apakah harus tertawa atau bersedih. Seorang gadis yang mengaku perawan mengajaknya bercinta. Ia mengangkat tubuh, menarik gaun Milea hingga sepenuhnya terlepas dari tubuh.
"Bersiaplah untuk pengalaman tidak terlupakan, Milea."
Kevin meletakkan tangan Milea ke atas tubuh, menarik celana dalam hingga selutut lalu mengusap kemaluan yang bersih dan tidak ada bulu. Sepertinya Milea suka mencukur bulu kemaluannya. Kevin membuka paha, memasukkan satu jari perlahan dan mulai menggerakkanya.
"Aaah, Paak."
Milea tidak dapat menahan teriakan saat selangkangannya disentuh dengan intim. Merasa ini sangat menggairahkan dan membuat nafsunya bangkit.
"Posisinya kurang bagus begini," ucap Kevin. Menarik Milea bangun, dan mendudukkan di atas pangkuan dengan posisi menghadap ke depan. Membuka paha lebih lebar dan kembali menyentuh. Satu tangan membelai kemaluan dan tangan yang lain meremas dada. Bibirnya mengecupi punggung serta bahu mulus, tersenyum sambil terrengah karena nafsu yang menguar di udara.
"Baru kali ini aku ketemu perawan yang binal. Milea, apa yang merasukimu?" bisik Kevin dengan jari masuk makin dalam.
Milea melenguh, menggerakkan pinggul mengikuti gerakan jari Kevin. Ia menegakkan tubuh hingga bersandar pada bahu yang kokoh dengan napas tersengal karena gairah. Siapa yang merasukinya hingga menjadi gadis binal? Tentu saja semua tulisan porno yang dibuatnya selama ini. Lady Erotica yang memberikan gambaran penuh hasrat pada diri Milea yang polos. Memang tidak semestinya seorang perawan menulis porno, karena membuat pikiranya menjadi mesum.
"Paak, yaa, aah, nikmatnyaa."
Melenguh dan mendesah tidak terkendali, Milea membumbung bersama nafsu yang naik ke otaknya. Ia mengerakkan pinggul, membuat dadanya bergoyang dan Kevin menghisap lehernya dengan intens.
"Jangan bercinta di sini. Ada banyak mata memandang. Kita tetap melakukannya di mobil tapi tidak di sini," bisik Kevin.
Mengangkat tubuh Milea dari atas tubuhnya dan membaringkannya di atas jok.
"Kamu tetap di sini, tutupi dada dan vaginamu dengan jari. Lebih bagus kalau kamu mainkan sendiri. Aku akan mencari motel."
Milea melakukan apa yang diminta oleh Kevin. Sementara mobil melaju kencang, ia meremas dada dan mengusap kemaluannya sendiri sambil mendesah. Kevin tidak hentinya menghela napas panjang, kejantanannya mengeras tidak terkira karena seorang gadis telanjang sudah siap untuk diajak bermain sex.
Kevin menghentikan mobil di sebuah motel yang cukup bagus dengan lokasi yang lumayan sepi dan aman. Ia menutupi tubuh Milea dengan jasnya yang tersampir di belakang kursi.
"Tunggu, jangan kemana-mana. Aku chek in dulu."
Kevin meninggalkan Milea untuk mencari kamar. Mendapatkan tempat di ujung yang penerangannya tidak terlalu terang. Motel ini mirip vila di mana mobil penyewa bisa parkir di samping atau depan kamar. Kevin mengendarai mobil ke samping kamar yang akan ditempati. Tetap menyalakan mobil, ia berpindah ke belakang. Melepas kemeja dan melorotkan celana. Kejantanannya menyembul keluar membuat Milea terbelalak.
"Dia ingin kamu sentuh."
Milea mengangguk, mengulurkan tangan untuk mengusap kejantanan yang menegang. Tidak percaya dirinya bisa menyentuh bagian tubuh yang selama ini hanya dilihat dalam gambar di internet. Kevin melenguh, meremas dada Milea yang tegak lalu membelai kemaluan.
"Udah basah sekali. Milea, kamu siap?"
Milea menggigit bibir, membelai-belai kejantanan yang tegak di tangan. Apakah dirinya siap untuk bercinta sekarang? Tentu saja sangat siap. Area intimnya basah, dadanya tegang sekali hingga terasa sakit. Semua membuktikan kalau dirinya siap diajak bercinta sekarang juga.
"Iya, Pak. Saya siap," bisiknya.
Kevin merebahkan Milea ke jok dan melumat bibir serta menghisap puncak dada. Terlalu bernafsu membuatnya tidak terpikir untuk pindah. Memastikan tidak ada yang melihat, ia membuka paha Milea dan mengusapnya.
"Saat tadi melihatmu mengusap kemaluan dan juga meremas dadamu sendiri, aku merasa kamu sangat nakal, binal, tapi juga sexy. Apa yang kamu lakukan membuatku sangat-sangat bergairah, Milea. Kamu harus tanggung jawab."
Milea mendesah, mengusap bahu serta dada yang berotot. Jarinya bersorak gembira karena membelai tubuh laki-laki secara langsung. Hal yang selama ini hanya ada dalam khayalan saja. Tidak tahan lagi ia mengangkat kepala dan menggigit bahu.
"Ya. Pak. Saya siap tanggung jawab."
Kevin tersenyum, meringis saat gigi Milea menancap di bahunya. Membuka paha lebih lebar, ia memosisikan diri di tengah dan menghujam perlahan.
"Tahan saja, akan sedikit nyeri."
Mengerang panjang dengan bibir mendesiskan rasa nyeri yang keluar dari kemaluannya, paha Milea menegang. Kevin menghujam awalnya lembut dan coba-coba lalu menjadi semakin keras dan cepat. Hingga akhirnya kejantanan Kevin terbenam sepenuhnya dalam tubuh Milea.
"Aaah."
"Tahaan, Milea."
Milea mencoba untuk menikmati rasa nyeri di pangkal paha saat Kevin mulau bergerak keluar masuk dari dalam tubuhnya. Ia tidak pernah menyiapkan diri untuk rasa nyeri yang seolah mencengkeram hingga akhirnya pergi perlahan bersama kenikmatan yang mulai menyerang.
"Sial! Kamu beneran masih perawan. Rapet dan ketat," bisik Kevin.
Milea mencoba mengingat-ingat tentang apa yang ditulisnya saat bercinta. Posisi apa yang memuaskan tapi nyatanya nafsu mengambil alih semua. Ia membiarkan Kevin yang membimbing, memberi jalan menuju titik hasrat yang tersembunyi dan menyebarkan hawa panas ke seluruh tubuh.
"Aaah, Pak."
Tidak ada kata yang keluar dari bibir Milea selain desahan dan rintihan penuh damba. Ia mencengkeram leher Kevin, menggigit bahu yang kokoh saat sesuatu yang panas menyentuh dirinya.
"Bergerak perlahan Milea. Nikmati semuanya."
Bisikan Kevin membuat Milea tersadar untuk menggerakan pinggul. Berusaha mengimbangi tubuh Kevin yang sedang memberinya pelajaran tentang rasa nikmat. Milea menyebut percintaan ini sebagai pelajaran dan juga jalan pembuka menuju petualangan selanjutnya. Ia menerima dengan suka cita, tanpa rasa sesal malah justru ingin mereguk pengalaman sebanyak-banyaknya bersama Kevin. Hanya dengan Kevin dan bukan orang lain.
"Dadamu besar, putingmu tegak menantang. Pinggulmu bulat dan wajahmu cantik. Milea, kamu menyembunyikan peson dirimu. Sial! Enaknyaa!"
Rentetan pujian dari bibir Kevin membuat Milea bergerak makin semangat dan intens. Pahanya menjepit pinggul Kevin sementara tubuh mereka bergerak makin cepat. Milea mencapai kepuasan lebih dulu saat hawa panas menerjang, membuatnya memekik lalu terkulai. Dua kali Milea mencapai orgasme yang memabukkan dan membuat ketagihan meski tubuh lemas sebelum disusul oleh Kevin.
"Aku nggak mau buang di dalam. Takut kamu hamil."
Kevin mencabut kejantanan dari tubuh Milea. Menggunakan jari Milea untuk mengocok kejantanannya hingga akhirnya orgasme. Menghela napas panjang, duduk dengan lemas di atas jok.
"Bercinta dengan perawan ternyata sangat menguras tenaga," gumam Kevin.
Milea tersenyum kecil, mengusap-usap punggung Kevin. "Tapi senengkan, Pak?"
Kevin tergelak sampai membuat dadanya turun naik. "Sangat senang. Makanya kita menginap malam ini di motel karena aku belum puas sama kamu."
Kevin memakai kembali celana panjang, sementara Milea tetap telanjang dan berbaring di jok. Aroma sex menguar di dalam mobil bercampur dengan parfum dan pengarum udara.
"Tunggu dulu, aku periksa baru masuk."
Milea mengangguk, menatap Kevin yang meninggalkan mobil untuk membuka pintu kamar. Laki-laki itu hanya memakai celana panjang tanpa kemeja. Membuatnya terlihat sangat tampan dan kokoh dengan otot terlihat di dada dan perut. Sepanjang mereka bercinta, rambut panjang Kevin yang dikuncir menjadi acak-acakan karena Milea meremas dan menarik kuncirannya. Rambut itu persis seperti bayangannya, halus dan lembut. Tidak menyangka kalau orang pertama yang memberinya kenikmatan dalam sex adalah Kevin yang tampan dan gagah.
"Ayo, kita masuk!"
Setelah memastikan kamar dalam keadaan aman, Kevin menarik kaki Milea. Mengangkat tubuh telanjangnya ke atas bahu dan membawanya ke dalam motel. Tidak ada protes yang terlontar dari bibir Milea. Pengaruh alkohol, sisa gairah, serta pengharapan akan petualangan baru membuat mulutnya terkunci.
.
.
.Di Karyakarsa update bab 40.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro