19
Pengumuman kelulusan SMA Nusa Cendekia tiba. Erlan sudah siap dengan seragam lengkap dengan jasnya. Dia gugup kali ini, bukan gugup takut tak akan lulus. Dia bahkan teramat yakin nilainya akan bagus sesuai perjuangannya belajar selama ini. Erlan gugup karena akan bertemu Lolita lagi tapi di sekolah dengan status baru mereka.
Lama Erlan mematut dirinya di depan cermin, berkali-kali merapikan dasinya. Hingga suara sang Mama terdengar barulah dia keluar kamar. Erlan menyapa orangtuanya dengan riang di meja makan. Dia bersyukur tak ada lagi Kian di rumahnya untuk beberapa saat, Kian pun akan mengikuti acara pengumuman kelulusan.
"Anak Mama cakep banget sih?" seru Mia.
"Karena Erlan anak Mama dan Papa. Makasih ya Pa, udah mau dateng ke acara lulusan Erlan."
"Tentu Papa harus datang. Papa kan mau maju ke podium buat terima penghargaan. Kamu masuk 10 besar kan?"
"Erlan jadi takut papa kecewa."
"Papa hanya bercanda. Apapun prestasimu, asalkan itu hasil perjuanganmu, Papa bangga. Yang terpenting kamu punya cita-cita dan usaha."
"Makasih, Pa."
"Lan..."
"Ya, Ma?"
"Apa Loli sekolah di Nuski?" tanya Mia.
"Iya, Ma. Loli teman sekelas Erlan."
"Berarti nanti ada?"
"Iya. Mama mau ketemu?"
Mia hanya tersenyum penuh arti. Sementara Erlan jadi khawatir.
***
Sesampainya di gedung dengan warna dominan merah bata, Erlan berpisah dengan orangtuanya. Dia berkumpul bersama teman sekelasnya. Duduk di barisan khusus XII IPA 4 di mana Lolita dan yang lain berkumpul. Dia menyapa beberapa temannya lalu memandang dari jauh cewek berponi pagar. Lolita tengah ngobrol dan sesekali tertawa dengan Lavina dan Widy.
Dulu tatapannya akan berfokus pada Lavina tapi kini Lolita memiliki magnet lebih kuat untuk membuatnya terus menatap. Dia tersenyum tanpa sadar saat melihat setiap perubahan ekspresi Lolita.
Cewek yang memiliki wajah jutek dan terlihat selalu kuat ternyata sangat manis saat merasa malu. Erlan kembali tersenyum sendiri mengingat ekspresi Lolita yang malu saat dia goda.
Kriteria orang boleh bermacam-macam, tapi hati terkadang jatuh pada seseorang yang menyamankan hati bukan menyamankan pandangan. Seperti perasaannya saat ini.
"Woi, bengong aja," seru Bani -sang Ketua Kelas.
"Hai, apa kabar lo?" tanya Erlan.
"Baik. Lo gimana kemarin SBMPTN?"
"Ya gitulah. Doain gue lolos."
"Yoi. Gue yakin lo lolos. Btw, lama nggak ketemu, lo jadian sama Loli? Ajegile, gercep amat lo."
"Gercep biar nggak disamber orang."
"Bulan lalu lo masih deketin Lavina, sekarang lo jadian sama sohibnya. Gile lo."
"Cinta emang gila," balas Erlan.
Meski banyak yang mempertanyakan keseriusannya, Erlan tak peduli. Yang penting Lolita percaya padanya. Erlan melangkah mendekati Lolita dengan senyum ditahan.
"Hai," sapa Erlan.
"Cie cie cie... yang baru jadian," seru Lavina.
"Di balik cie ada cemburu terselubung," balas Lolita.
"Ye, ngaco."
Suasana mendadak kikuk, Widy pun berinisiatif menarik Lavina menjauh. Tinggalah Erlan dan Lolita.
"Ngapain?" tanya Lolita pada Erlan.
"Nyapa pacar masa ditanya ngapain."
"Nyapa pacar apa Lavina?"
"Cemburu?" tanya Erlan to the point.
"Enggaklah."
"Masa?" Goda Erlan.
"Ish, apaan sih?"
"Jutek banget pagi-pagi. Mama mau kenalan."
"Hah? Sekarang?"
"Iya."
"Sekarang banget?"
"Banget-banget."
"Kalau mama lo nggak suka gue gimana?"
"Penting ya?"
"Itu lebih penting dari kadar perasaan lo ke gue."
"Kok jadi bahas kadar perasaan? Perasaan gue kan buat lo."
"Berapa persen?" tanya Lolita.
"Gue jawab 100% nanti lo bilang gombal," jawab Erlan.
"Karena memang nggak mungkin."
"Why?"
"Memang lo nggak sayang orangtua lo?"
"Hati gue seluas samudera, semua yang berarti buat gue pasti gue sayang 100%."
"Termasuk Lavina?"
"Kenapa jadi bawa-bawa Lavina."
"Jawab aja apa susahnya sih?"
"Bukan gue nggak mau jawab. Tapi..."
"Udahlah, males tengkar pagi-pagi. Jadi ketemu orangtua lo?"
Mereka saling diam sampai bertemu orangtua Erlan. Lolita tersenyum dan menyapa ramah kedua orangtua Erlan. Bukan dia tengah mencari muka. Lolita memang tipe orang yang akan baik pada mereka yang baik, akan jahat pada mereka yang jahat.
"Oh, jadi ini Lolita yang katanya jutek. Manis gini kok dibilang jutek," ucap Mia dengan senyuman.
Lolita melirik Erlan lalu tersenyum lebih lebar.
"Erlan sering cerita lho. Katanya Loli jago masak."
"Nggak jago, Tante. Cuma bisa aja karena belajar."
"Keren dong. Zaman sekarang cewek bisa masak itu jarang."
"Nah, bener, Ma. Makanya Erlan suka sama Loli," ucap Erlan, semangat.
"Cinta boleh tapi jangan menggebu-gebu. Santai aja. Menggebu di depan tapi nanti ujung-ujungnya nyakitin anak orang, Papa nggak suka yang model begitu." Geodino menepuk bahu Erlan.
"Iya, Pa."
"Baik-baik kalian. Pesan Papa cuma itu."
Erlan dan Lolita mengangguk. Meski hanya itu pesannya tapi Erlan sangat paham papanya. Di saat papanya berucap serius, Erlan tahu baik-baik versi papanya adalah memiliki hubungan yang baik bukan hanya soal perasaan tapi juga tentang semuanya.
Geodino adalah orang yang sangat menjunjung tinggi prestasi. Papanya pasti menginginkan hubungannya dengan Lolita yang saling mendukung untuk berprestasi lebih baik lagi. Dari dulu hingga sekarang Erlan tak pernah mengecewakan orangtuanya. Kali ini pun dia akan berusaha. Bukan hanya untuk menuruti kemauan orangtua tapi karena semua usahanya adalah untuk masa depannya sendiri. Bukan untuk orangtuanya atau pun orang lain.
***
Lolita tersenyum bahagia, pengumuman kelulusan hari ini adalah hari yang melegakan. Setelah acara selesai, anak kelas XII bebas. Mereka ada yang bergerombol saling cerita, ada juga yang sibuk foto-foto. Lolita tak akan merusak suasana hanya karena sedikit perasaan sedih mengusiknya. Lolita berusaha bersyukur hingga perasaan sedihnya terabaikan.
"Fotoin gue dong," seru Lavina, menyerahkan ponselnya pada Lolita. Pacar Arsenio Abrisam itu menarik Erlan untuk foto bersama.
"1, 2, 3, cheese...."
"Makasih ya, gue mau foto sama semua anak kelas kita satu persatu. Gue ke sana dulu ya," ucap Lavina menunjuk Widy yang tengah bicara dengan Bani.
"Oke, nanti gue susul," balas Lolita.
"Kenapa?" tanya Erlan selepas Lavina pergi.
"Kenapa apanya?"
"Ekspresi lo beda."
"Masa sih? Enggak ah, sama aja. Salah lihat orang kali. Lo kan baru lihat Lavina. Ya jelas aja beda."
"Di balik move on yang cepat, ada orang baru yang lebih hebat. Lo pernah denger kata-kata itu nggak?" ucap Erlan.
"Enggak. Gue tahunya di balik move on yang lambat ada mantan gebetan yang hebat," balas Lolita lalu mencibirkan bibirnya.
"Gue tetep deket sama Lavina itu kedewasaan bukan karena gue gagal move on."
Lolita tersenyum lebar. "Gue lagi meyakinkan diri gue bahwa itu benar. Dan itu nggak mudah. Gue harap lo ngerti."
"Lo cowok gue, dan belum lama ini lo masih suka sahabat gue. Lo tahu kan perjuangan apa yang perlu gue lakuin buat ngeyakinin diri gue sendiri?" sambung Lolita setelah diam sejenak.
Erlan mengangguk.
"Tiap lihat Lavina yang gue inget, pacar gue pernah cinta mati sama dia. Tiap lihat lo yang gue inget adalah perjuangan lo selama 3 tahun cinta sama sahabat gue," ucap Lolita dengan bibir bergetar yang diusahakan tersenyum. Dia masih belum terbiasa melihat lagi Lavina dan Erlan dalam zona yang sama. Kalau dulu mungkin dia akan biasa saja. Tapi kini berbeda rasanya.
"Thanks ngakuin gue jadi pacar lo," balas Erlan mencoba mencairkan suasana. Dia menarik kedua pipi Lolita, gemas.
"Ish, sakit tahu." Lolita menepis tangan Erlan di pipinya.
"Senyum dong." Kali ini Erlan merangkul bahu Lolita, santai. Tapi Lolita justru menepis dan menjulurkan lidahnya.
"Senyum situ sama Mba Melati."
"Sama lo aja."
"Ish... Erlan, malu tahu nggak." Lolita menutup wajah Erlan dengan tangannya, takkuasa dipandang intens oleh pacar sendiri.
Erlan memang paling bisa membuat dia terciduk malu karena tak bias menahan diri untuk tak tersipu.
"
***
Happy weekend. Waktunya liburan.
Oh ya, novel Lavina udah ada di seluruh Gramedia ya karena sudah cetak ulang.
Gimana cerita R-lan kali ini? Jangan dulu menebak-nebak akhir kisah Erlan dan Lolita, nikmati aja dulu kemanisan mereka. Jangan marah sama Loli ya, dia itu berhati besar lho. Dan kalau aku jadi dia, bisa dibilang aku tuh nekat abis macari mantan gebetan sahabat. Harus siap banget sakit hati. Wkwkwkwk Ada yang ngalamin hal yang sama?
Makasih untuk bintang dan komentarnya. Aku baca lho.
Jangan lupa follow instagram erlanadhyastha, lolitaadeeva, dan instagram aku ainunufus.
Makasih
Love, ainunufus
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro