Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3- Ringer Laktat

"Ini cairan infus, Dok?"

Si Siswi menatap gue dan Narnia penuh curiga.

"Iya, cairan infus. Coba diminum. Katanya enggak mau diinfus. Ya udah, kami isi di dalam gelas."

Gue mencoba menahan ketawa. Wajah Narnia antara cemas dan panik bercampur satu. Pasien meminum seteguk, lalu menatap gue dan Narnia dengan tatapan mata yang masih sama. Penuh curiga.

"Kok rasanya kayak Pocari Sweet? Dokter bohong ya?"

"Itu memang cairan infus. Sebenarnya dia punya nama, Ringer Laktat. Kenapa ada manis-manisnya? Karena itu ditambahkan vitamin kok. Sekarang habiskan, kalau lo enggak minum habis. Gue infus, nih?"

Sengaja mengacam dengan gertak sambal. Di luar dugaan, dia menurut. Saking bahagia, gue menoleh pada Narnia yang berdiri di sebrang bad.

Wajahnya itu, terus memerah sejak tadi. Semoga saja, enggak ada koas yang menyadari bahwa gue sedang menipu pasien.

Sebenarnya enggak ada yang salah. Kandungan minuman kaleng tersebut, sama-sama menggantikan cairan tubuh yang hilang. Sebelas - dua belas dengan fungsi ringer laktat sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang dan untuk membantu prosedur intravena tertentu.

Ringer laktat dinilai lebih bermanfaat daripada larutan garam. Ringer laktat tidak bertahan lama di dalam tubuh, sehingga kecil kemungkinannya menyebabkan kelebihan cairan.

Setelah pasien meminum habis Pocari Sweet berkedok ringer laktat. Dia pun memutuskan untuk berbaring. Kalau dalam beberapa menit ke depan, kondisinya stabil. Dia bisa segera pulang. Tapi kalau dia banyak gaya, terpaksa harus diinfus.

"Nia," panggil gue. "Kita biarkan dia istirahat. Lo kenapa? Wajahmu tadi memerah loh. Lo demam?"

"Eh, enggak kok Moes. G- Gue baik-baik saja."

"Uang lo nanti gue ganti soal minuman tadi."

"Enggak usah."

"Kenapa?" Alis gue bertaut bingung.

"Minumannya gratis kok. Itu, itu gue ambil dari kulkas ruang staff."

"Ah, begitu?"

Narnia mengganguk. Lalu melesat pergi ke meja resepsionis IGD tempat Bu Anna bekerja.

Ringer Laktat

Menjelang jam 11 siang. Kondisi IGD berangsur sepi. Kendati demikian, kata-kata keramat ini tidak akan gue dan koas lain ucapkan. Kok sepi? Tumben sepi?

Percayalah, jangan pernah mengucapkannya kalau tidak mau kena karma. Karena kami tidak memiliki pekerjaan lain. Dokter Athena menyuruh kami berenam duduk melipat kasa di ruang jaga bagian belakang.

Gue, Arok dan Kai satu meja. Narnia, Noell dan Elle di meja lain. Terlihat seperti tongkrongan biasa. Tapi Kai malah seperti ingin melakukan kompetisi melipat kasa dengan cepat.

"Arok," panggil gue yang mulai bosan dengan dua rekan tim gue. "Habis shiff pergi ke mall yuk?"

"Gue ikut." Kai yang menjawab, bukan Arok.

"Boleh." Arok menjawab santai setelahnya. Tampak serius melipat kasa demi kasa. Gue menatap heran pada Kai.

"Perasaan lo enggak diajak."

"Gue ketua tim Eritrosit. Gue punya hak untuk ikut."

Sepertinya gue salah dengar sesuatu. "Maksud lo? Perasaan, belum ada yang melakukan pemilihan suara tentang ini."

Sejujurnya gue enggak terima, kalau Kai yang jadi ketua. Kesan awal, dia menyebalkan dan gue enggak mau dipimpin sama orang menyebalkan macam Kai.

"Dokter Athena yang tadi menunjuk gue. Benar, 'kan Raga?

Gue menoleh begitu dramatisis pada Arok yang mengganguk kalem. Sejenak, dia mendongak dengan seringai paling menyebalkan.

"Ya, Dokter Athena tadi yang menunjuk Kai. Katanya Kai cocok jadi ketua. Narnia, Noell dan Elle setuju."

"Kok gue enggak diajak? Ah, maksud gue. Kenapa gue enggak tahu?"

Raga menghendikkan bahu dengan wajah seolah itu bukan salahnya. Kesal, gue memutar bola mata malas.

"Enggak adil." Gue udah kehilangan minat melipat kasa. Inginnya menghajar sesuatu. Wajah Kai atau Arok.

"Argh!!!"

Jantung gue hampir berhenti berdetak. Suara Elle yang membuat gendang telinga pecah membuat gue kaget bukan main.

Arok mendadak berdiri. Sorot matanya begitu dalam menatap ke arah Elle. Tidak, bukan Elle. Sesuatu yang janggal di belakang Elle. Lemari buku-buku kedokteran dan keperawatan ada di dalam sana.

"Ada sesuatu?" bisik gue pada Arok.

"Ya."

"Oke." Gue mengganguk takzim.

"Ada apa?" Kai yang kepo bertanya. Sambil memukul lengan gue.

"Biasalah," sahut gue pada Arok. Lalu beralih pada kelompok ciwi-ciwi. "Kenapa El?"

"Kakik gue tadi kayak ada yang pegang." Elle berseru dengan wajah masih panik. "Dingin banget rasanya."

"Perasaan lo aja kali," seru Noell ketus. "Masih terlalu siang buat setan hadir untuk bersenang-senang."

Elle menggeleng. Dia sangat yakin akan sentuhan tadi. Seolah ingin meminta dukungan dari anak-anak cowok. Gue hanya mengganguk setuju dengan pendapat Noell, sedangkan Kai. Gue agak bingung mengatakannya. Wajahnya mendadak pucat. Tetapi gerakan tangannya sedikit tidak beraturan.

Ringer Laktat

Jam dua siang, shiff para koas berakhir. Namun sebelum itu, kami dihadapkan pada dokter residen yang sedang diperkenalkan pada kami. Sebut saja, dr. Alka Dian Malik.

"Walau saya sebagai dokter penanggung jawab kalian. Dokter Alka akan saya tugaskan sebagai pembimbing kalian. Nanti, Alka akan melaporkan ke saya mengenai kinerja dan penilaian kalian. Mungkin hanya itu saja yang bisa saya sampaikan hari ini. Mulai besok, akan ada pembagian tim. So, persiapkan diri kalian. Sekarang, silakan bubar."

"Terima kasih, Dok."

Kami semua menjawab dengan serempak, sesaat setelah Dokter Athena pergi, giliran Dokter Alka yang ambil alih.

"Siang semua. Seperti yang sudah disampaikan Dokter Athena. Gue akan menjadi pengawas kalian. Akan gue lihat, sekompeten apa kalian menangangi pasien."

Firasat gue buruk. Jalan menuju masa depan bersama Dokter Alka tidak akan baik-baik saja. Rambutnya dikelimis rapi belah samping. Walau lebih ganteng dan mapan dari gue. Gue harus enggak boleh kalah di depannya.

"Tolong tulis nama kalian dan nomor WA dan tinggalkan di meja gue sebelum pulang. Sekian dan terima kasih."

Wah, kami berenam serempak menghela napas. Sepertinya, semua orang sama-sama merasa tertekan di dekat Dokter Alka.

"Tampan banget." Elle tiba-tiba menyelutuk. Dibandingkan dengan Noell yang sok tidak peduli dan dingin dengan sekitar dan Narnia yang kalem dan ayu. Elle termaksud tipe paling absurb, heboh dan gokil di antara kedua kawannya. "Mirip cogan fiksi favorit gue."

Gue dan Alka hanya tersenyum samar. Memilih tidak mempedulikan Elle yang masih heboh bersama Noell dan Narnia.

"Kita cabut duluan, ya?" kata gue pada Narnia yang wajahnya kembali memerah semu. Meskipun merasa aneh dengan perubahan-perubahan tersebut, gue tetap melambai pada Narnia dan mengikuti langkah Arok dan Kai.

Ringer Laktat

Di bilang mau ke mall, pada akhirnya kami bertiga malah mampir di sebuah cafe buku bernama Veorovia Cafe and Book.

Kai sibuk dengan gadgetnya, sedangkan Arok sibuk dengan novel fiksi berjudul Kuanta di tangannya. Jangan tanya gue ngapain, karena gue memang enggak ngapa-ngapain. Hanya duduk mengaduk minuman yang namanya aneh untuk disebut. Cokelat Elf, padahal hanya campuran cokelat dan beberapa pilihan rasa dan toping yang kremes-kremes di dalam mulut.

"Kalian tahu, enggak?" Kai tiba-tiba membuka topik obrolan.

"Napa?" jawab gue santai. Arok mendengarkan seperti anak manis.

"Soal kejadian tadi siang."


"Yang mana? Banyak kejadian."

Berbicara soal tadi siang. Gue baru ingat sama pasien gue yang gue suruh minum Pocari Sweet. Bisa mati gue ketemu Dokter Alka besok.

"Elle. Masa siang-siang ada setan?"

Gue tertengun sebentar. Gue pikir, dia bakal mau bahas soal tindakan menangani pasien pertama dia. Namun rupanya. Ini sangat berbeda jauh dari ekspetasi.

"Mana gue tahu, gue bukan indigo. Jangan tanya gue. Ya elah, gue pikir. Lo mau ngomong apaan tadi."

Sambil menikmati cokelat yang konon katanya dari negeri Elf. Arok menutup bukunya tiba-tiba.

"Lo penasaran?" tanya Arok dengan seringai khas menyebalkannya.

"Enggak juga. Hanya kepo kok." Kai berusaha mengelak pertanyaan Arok. Tapi gue menduga, dia ini tipe-tipe sangar di luar. Helo Kitty di dalam.

"Hanya arwah iseng sih. Udah gue usir tadi."

Sesuatu muncrat ke wajah gue. Kai tersedak jus alpukatnya. Berasa pulang harus mandi densifektan. Mata cokelat Kai terbelalak, bukannya minta maaf. Dia malah melotot ke arah Arok.

"Lo indigo?"

"Kata orang. Kenapa? Enggak percaya?"

Gue masih diabaikan. Bersabar dengan cara membersihkan wajah dengan tisu dari atas meja.

"Jadi, walau masih siang. Mereka bisa tampak?"

"Iya. Mereka selalu ada kok. Mungkin malam jadi lebih aktif sih. Cabut yuk, Moes."

"Wajah gue!" ngerutu gue pada Arok. Lalu berpaling pada Kai. "Napas lo bau, sumpah!"

"Maaf. Ayo pulang."

Hanya begitu saja dan tiga makhluk fana ini bergerak meninggalkan meja. Gue mencium-cium adanya bau kudeta dari Arok yang akan bekerja sama dengan Kai.

Ringer Laktat Done


Ya, kejadian kayak gini selalu aja. Pasien menolak diinfus dan memilih diberi dalam minuman bergelas.

Ya, sejauh yang gue tahu, pelajari dan pengalaman. Biasanya, ada beberapa pasien yang dalam masa perawatan di rumah dan kadang kurang cairan tubuh direkomendasikan minum pocari sweet sih.

Soalnya, waktu kecil gue pernah kek gitu. Enggak ada nafsu makan. Enggak bisa minum obat. Di rekomendasi minum air aqua yang paling gede minimal satu botol sehari.

Minum buavita, minum pocari sweet. Lagipula, kata dosen gue waktu kuliah. Susuna RL itu kurang lebih sama dengan Pocari Sweet. Kenapa ada manis-manisnya? Ya, seperti yang dikatakan Moes.

Oma yang seorang perawat juga bilang. Ya udah, kalau enggak mau di infus, minum Pocari Sweet banyak. Jangan mengeluh pusing dan lain-lain kalau enggak minum obat.

Tapi kalau ada yang bisa sharing mengenal masalah ini. Monggo, mungkin agak salah atau gimana dan mau meluruskan.

Gue sangat terbuka lebar mengenai ini. Sama-sama belajar dan bertukar informasi sih.

Lagipula, gue juga punya pengalaman buruk waktu urus stok RL. Oh, ya, mitos soal kok sepi?

Itu benar guys. Gue pernah kesal banget sama perawat yang baru pindah dan jaga dan dia ngomong. Di sini sepi ya? Enggak pakai satu jam, lima menit kemudian, pasien membludak parah.

Kata-kata keramat anak nakes mah ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro