"Anjrit...!!! Gue doain lu mampuss secepatnya.....!!"

Kalian dengar sumpah serapah, ya itu keluar dari mulut gue. Kebiasaan memang kalau bicara asal  nyablak kalau bicara tanpa peduli ucapan itu pantas di dengar atau tidak.

Seperti kata pepatah tak kenal maka tak sayang, supaya lo-lo pada menyayangi gue maka lebih baik kita kenalan dulu.

Kenalin nama gue Anugerah Pratama, jangan bilang sebagian dari kalian menyangka gue laki. Maaf saja tebakan anda salah besar. Iyya gue ngerti emang kalau didengar seperti nama laki. Sebenarnya gue udah protes sama orang tua gue bahkan sampai minta ganti nama. Tapi sayang protesan gue sama sekali tidak ngaruh. Alasannya nama itu mengandung arti yang bagus, katanya gue  anak pertama mereka dan merupakan anugerah yang terindah jadi nama itu sangat cocok untuk gue. Memang sih kedengaran bagus kalau itu untuk laki nah gue perempuan kesannya jadi aneh. Tidak lucu donk kalau kalian memanggil nama panjang gue, so supaya lebih akrab panggil saja Era,kedengaran lebih aneh..?? iyya gue tahu tidak perlu protes. Daripada gue dipanggil Anug gue lebih milh Era.

Bicara masalah tampilan, mungkin pengaruh dari nama sekarang gue hampir seratus persen kaya' laki. Kenapa gue cuma bilang hampir seratus persen soalnya gue masih punya dada walaupun tidak sebesar punya cewek pada umumnya. Dan setiap harinya gue masih pake rok. Kok bisa....?? Ya bisa lah secara sekolah gue masih wajib pake seragam yang notabenenya untuk cewek ya pake rok. Tidak usah bayangin gimana gue pake rok, gue aja tidak sudi lihat penampilan gue. Alih-alih seperti cewek yang ada gue lebih mendekati banci. Nah...kalau diluar sekolahbarulah gue berpenampilan yang betul-betul membuatku nyaman.Gara-gara penampilan gue udah banyak orang yang tertipu mengira gue cowok. Secara di luar sekolah gue ga pernah pake rok, gue sukanya pakai pakaian cowok berasa enak aja udah gitu simpel banget.

Terus dari wajah, Hmmm...... stop jangan bayangin gue seperti cewek tomboy lainnya yang rata- rata keren dan kece-kece.  Wajah gue seperti wajah orang indonesia pada umumnya. Mata gue agak sayu jadi meskipun tidak mengantuk gue pasti dikira mengantuk. Mata gue dihiasi bulu mata yang panjang tapi tidak lentik dengan alis yang cukup tebal menyaingi alisnya sinchan. Bibir gue ga tipis tapi ga tebal juga tapi udah lumayan handal dalam soal ciuman..ops peace...:). Hidung gue memang tidak mancung tapi tidak pesek juga, kata teman gue sih kecil-kecil imut, gue ga tahu mereka hanya menghibur atau malah menghina gue. Gue paling bangga dengan tinggi badan gue yang di atas rata-rata untuk ukuran cewek indonesia. Bahkan beberapa teman cowok gue lebih pendek dari gue. Gue punya warna kulit yang kata orang seperti kulit sawo matang, tapi sayang punya gue seperti sawo matang yang udah tua banget alias coklat gelap. Oh ya hampir lupa, gue selalu potong pendek rambut gue ala-ala boyband korea gitu,tapi jangan salah paham gue bukan penggemar boyband. Gue cuma ikutin saran mba'2 yang gunting rambut gue di salon, katanya model rambut seperti itu cocok dengan model wajah gue.

Well, sudah cukup gue beberkan tentang gue. Sedikit banyak kalian pasti udah bisa ngebayangin donk  gimana bentuk gue. Yakin de pasti sekarang kalian udah pada imajinasiin gue tapi kalau tidak ada bayangan ya sudah anggap saja gue keren..:p

Setelah membeberkan bagaimana gue, yakin deh pasti diantara kalian sudah ada yang menebak kalau gue pecinta sesama jenis. Yup, seratus buat kalian yang telah menebak gue lesbian, Gue emang lebih suka dengan kaum hawa. Kenapa..??gue juga ga tahu kenapa yang pasti gue sadarin itu ketika gue masih SMP. Yang suka menampilkan tampang bego bila melihat cewek yang menurutku sayang kalau tidak di pandang. Oh ya...asal kalian tahu gue bisa jadi lesbian bukan karena gue pernah trauma sama cowok tapi emang ga ada rasa tertarik sedikitpun sama yang namanya kaum adam.

Ngomong-ngomong masalah keluarga, sekarang papa gue jadi orang tua tunggal semenjak mama pergi untuk selamanya. Sekarang papa gue tinggal diluar kota mengurus perusahaanya yang lagi maju pesat. Bisa jadi di luar sana dia sudah punya istri, gue sama sekali tidak peduli. Lain kali gue cerita kenapa bisa gue acuh tak acuh padanya. Jadi di kota ini gue tinggal dengan adik gue dan tentu saja para asisten rumah tangga yang telah ditugaskan papa untuk menjaga dan membantu kami.

Hal yang paling seru di ceritakan biasanya masalah asmara. Kehidupan asmara gue sama sekali tidak ada spesialnya. Gue juga pernah ngerasain yang namanya jatuh cinta dan patah hati. Namun yang paling menyakitkan tentu saja cinta pertama gue. Kalian bisa bayangin ga bagaimana rasanya ketika perasaan lo yang asli jatuh cinta banget sama seseorang memang dibalas tapi ternyata itu semua karena taruhan belaka. Asli gue ngerasain itu dan rasanya nyesek banget bahkan sampai buat guengurung diri untuk beberapa hari. Dia rela terima gue hanya untuk buktiin kalau gue emang lesbian. Dan berkat dia pula orientasi seksual gue yang menurut orang menyimpang di ketahui oleh orang tua gue, membuat gue kena damprat dari orang tua gue. Bukan hanya itu lebih paranya orang tue gue sempat ngebawa guae ke psikiater, menganggap gue mengidap penyakit jiwa. Tentu saja hasilnya nihil orang gue tahu ini bukanlah penyakit yang harus disembuhkan. Ini juga sebuah rasa layaknya rasa yang di alami antar lawan jenis. Mereka sebenarnya tahu hanya saja tidak mau mengakui kebenaran yang ada. Gue ga mau bahas masalah ini menurut agam, karena gue juga bukan orang yang pandai dalam ilmu agama. Kalau menurut orang ini dosa, biarlah aku saja yang berurusan dengan Tuhan karena jujur saja seandainya bisa memilih tentu aku tidak akan memilh sebagai lesbian. Gue juga udah berusaha yang menurut gue udah sangat maksimal, namun sama sekali gue tidak bisa merubahnya.

Hampir lupa...gue punya adik satu, umur kami hanya beda satu tahun. Nama adik gue Mutiara Bening. Tidak perlu merasa heran gitu, memang terdengar aneh tapi tentu saja orangnya tidak aneh. Sesuai dengan namanya, dia memang sebening mutiara. Kami berdua bagai langit dan bumi. Dia langitnya gue buminya. Kalau melihat kami tidak akan ada orang yang menyangka kalau kami bersaudara.