Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kakak yang terbuang

Saat ini gue lagi pingin melow-melow dulu. Rasanya dunia ini terlalu tega sama gue. Kadang gue udah tidak sanggup lagi, terlalu lelah dengan segala drama dalam hidup ini. Hanya sepuntung rokok lah yang bisa membuatku lebih rileks. Kenapa bukan alkohol atau obat terlarang....?? tidak munafik gue sering dapat ajakan dari teman gue tuk make. Awalnya gue memang sempat pingin coba apalagi menrut teman gue kedua benda itu bisa buat lupain segala masalah namun gue masih ingat tujuan hidup gue. Senakal-nakalnya gue sampai sekarang gue berhasil menghindari benda terlarang tersebut. Meskipun kalau lagi nongkrong benda itu kadang jadi menu utama buat teman-teman gue.

Di temani semilir angin malam dan hamparan bintang di langit membuatku masih enggan meninggalkan bangku yang ada ditaman bunga milik mama yang berada di samping rumah. Ketika gue rindu berat sama mama atau lagi ada yang membebani pikiranku gue selalu ke sini menghirup aroma wangi dari bunga-bunga kesayangan mama. Gue akan menghirup wangi bunga yang tercium dalam-dalam sambil memejamkan mata merasakan seakan-akan ada mama di samping gue. Membayangkan pelukannya yang begitu hangat mampu mengusir kesepian yang selama ini kutanggung sejak kepergiannya. Gue memang punya banyak teman namun gue tetap merasa sepi yang tak berujung. Biasanya gue bisa duduk disini sampai berjam-jam hingga rasa kantuk menyerang.

Suara gerbang yang berderit membuat gue tersadar dari lamunan. Gue memicingkan mata melihat sebuah mobil masuk yang tentu saja itu punya adik gue. Dia memang sudah terbiasa pulang malam entah itu dari belajar kelompok atau sekedar hang out bareng temannya. Namun baru kali ini dia pulang terlalu larut membuatku merasa penasaran.
ku langkahkan kakiku menuju pintu yang menghubungkan antara halaman dan ruang keluarga.

"Dari mana aja...tumben pulangnya larut...??" tanyaku sambil pura-pura asyik nenonton. Gue udah tahu dia tidak bakalan menjawab pertanyaan gue. Jangankan menjawab melihat gue aja itu udah keajaiban. Meskipun begitu, gue tidak pernah jera untuk menegurnya. Gue berharap aja suatu saat dia akan luluh dan akan menjawab pertanyaan gue. Sebagai kakak sudah sewajarnya rasa khawatir selalu menyelimuti apalagi dia masih muda dan tentunya masih labil. Gue tidak mau kalau diluar sana dia kenapa-kenapa.
Mendengar pertanyaan gue dia hanya melengos menuju kamarnya. Bila sudah begitu gue hanya bisa diam saja meredam rasa nyeri yang tiba-menyerang. Apa salah kalau gue hanya ingin seperti orang lain, bisa bertukar cerita dengan saudara sendiri...??

"Oh Tuhan rasanya gue ga sanggup lagi.." keluhku dalam hati

"Non kenapa......??" hanya bi Sari yang selalu perhatian dan khawatir sama gue. Gue tidak menganggapnya sebagai asisten rumah tangga lagi kadang gue merasa dia jadi pengganti mama gue. Memang tidak semua masalah gue cerita sama dia.

"Ga apa-apa ko' bi..cuma agak cape' aja..." gue berusaha tersenyum padanya untuk memastikan kalau gue baik-baik saja

"Masalah non Mutia lagi...?? Ujarnya dengan nada prihatin, dia memang sudah tahu perang dingin yang terjadi di antara kami. Gue tidak bisa berkata apa-apa lagi selain hanya menganggukkan kepala

"Yang sabar Non...bibi yakin suatu hari nanti Non Mutia akan kembali seperti dulu lagi.." di rengkuhnya tubuhku dalam pelukannya dan sesekali memngelus pundakku

"Makasih ya bi'....." ujarku setelah melepas pelukannya, kulihat senyum tulus menghiasi wajahnya.

"Oh ya bi'...tolong ya tanya Mumut dia udah makan apa belum..." gue menghentikan langkahku sejenak sebelum ke kamar. Meskipun kemungkinan besar dia udah makan namun gue hanya ingin memastikannya. Ku lirik pintu kamarnya yang sudah tertutup rapat

"Good night mut...." gue berbisik di pintu kamrnya yang bersebelahan dengan kamar gue seakan-akan dia bisa mendengar ucapan gue. Dulu udah kebiasaan sebelum tidur gue pasti berkunjung ke kamarnya hanya untuk memberi ucapan sebelum tidur. Coba bayangkan betapa anehnya hubungan persaudaraan kami sekarang, dulu apapun kita akan lakukan bareng sekarang gue tidak menyangka hubungan kami seperti ini.

Sudah kebiasaan setiap pagi sebelum berangkat sekolah pasti ku sempatkan diriku untuk sarapan. Namun semenjak Mumut benci sama gue, gue sudah neninggalkan kebiasaan itu. Gue sengaja, soalnya apabila dia lihat gue di meja makan maka dia lebih memilih untuk tidak sarapan daripada harus satu meja dengan gue. Daripada dia yang ga sarapa mending gue yang mengalah. Sebelum dia menuruni tangga, biasanya gue akan bergegas keluar dan pura-pura ingin memanaskan mesin motorku. Gue hanya tidak ingin merusak moodnya gara-gara lihat muka gue di pagi hari. Jadi sebisa mungkin gue yang berusaha menghindarinya.

"Pagi cupu....." sapa salah satu siswa yang kalau tidak salah namanya Marko. Dia salah satu cowok terkeren di sekolah. Perempuan manapun sepertinya bertekuk lutut di depannya bahkan ada yang tidak segan-segan menyatakan cinta padanya.

Tanpa menghiraukan sapaannya gue segera berlalu melewatinya. Namun dengan sigap dia menarik tasku. Dia memang sangat suka mengganggu siswa yang menurutnya masuk kategori cupu dan gue salah satu korbannya. Merasa terusik gue menatapnya tajam menahan amarahku yang membuatnya melepaskan tasku, mentang- mentang dia cowok populer dia pikir gue tertarik dengannya.

"Wetsss...si cupu berani juga beb..." salah satu teman perempuan yang dari tadi duduk didekatnya maju selangkah ke depanku. Menurut gue sebenarnya dia cantik namun sayang kecantikannya luntur akibat sikapnya yang angkuh dan sombong.
Karena merasa jengah dengan tingkah mereka, secara sengaja gue menabrak bahu perempuan itu dan berjalan secepat mungkin. Gue cuma tidak ingin membuat keributan, selama ini gue sudah berusaha semampu gue menahan amarah karena tingkah mereka yang sangat suka cari gara-gara denganku. Bulannya gue takut, gue cuma tidak ingin jadi pusat perhatian. Rasanya menghindar akan lebih baik daripada harus melawan..

"Ra...kamu diganggu lagi ya sama Marko and the gank...???" belum sempat gue menyimpan tas di meja, gue udah disambut dengan pertanyaan Ria. Dari segelintir orang yang kenal denganku hanya dia yang cukup akrab denganku. Karena malas membahas masalah yang menurutku ga penting gue hanya mengangguk menjawab pertnyaanya. 

"Dengar-dengar katanya Marko lagi dekatin Mutia...wah..mereka memang serasi ya....!!" ucapan Ria berhasil mengalihkan perhatianku dari buku yang kubaca.

"Dari mana lo dengar gosip murahan itu...??" ujarku sedatar mungkin nerharap dia tidak mencium rasa penasaranku

"Gosip murahan...?? Itu sudah jadi rahasia umum kali'...." ujarnya yang sekarang duduk di depanku.

"Makanya sekali-kali lo ganbung sama kita-kita jangan ngedate sama buku trus...btw tumben lo tertarik...??" terlihat raut keheranan di wajahnya yang sedang memamerkan senyum menyelidiknya

"Siapa yang tertarik....gue cuma nanya doang..." gue berusaha secuek mungkin dan segera fokus kebuku yang tadi kubaca

"Lo cemburu ya...??" Dia kembali merecokiku dengan tatapan curiga

"Cemburu..gila kali lo..." ujarku sontak membuatnya hanya mangguk-mangguk kaya ayam lagi matok (kaya' lagu ya...biarin)

"Ya kali aja,apalagi selama ini Marko kan sering gangguin lo...so bisa jadi lo tiba-tiba jatuh cinta melihat ketampanannya setiap hari..." ujarnya sambil cengir kuda

"Terpesona gundulmu....yang ada gue terpeleset..cowok kaya Marko tampang aja ok..sikapnya itu bikin gue mau hajar dia aja..." gue memukul kepala Ria dengan buku yang gue pegang. Cuma dengannya gue merasa nyaman bicara meskipun kadang dia nyebelin.Gue hanya tersenyum elihatnya masih meringis kesakitan sambil mengelus-ngelus kepalanya yang gue pukul.

Siaaallllll...ucapan Ria membuat gue kepikiran, sampai-sampai  selama jam pelajaran berlangsung gue ga konsentrasi dengan apa yang di jelaskan oleh guru. Jangan salah paham ya...bukannya gue cemburu dengan  Marko yang  mau dekatin adik gue. Gue justru khawatir sama Marko, gue takut dia bakal mainin gue. Bukan tanpa alasan gue separno ini, bila kepopuleran yang dimilikinya dia bisa dengan mudah menggaet perempuan manapun. Untuk menjawab rasa khawatirku, gue akan menyelidiki bagaimana Marko yang sebenarnya.

Setelah jam sekolah usai, gue tidak langsung pulang melainkan menemui teman gue di basecamp tempat kami sering ngumpul

"Rik tolongin gue dong...." pntaku pada Riki yang tengah asyik mengepulkan asap rokoknya melalui hidung

"Hm...minta tolong apaan asal jangan masalah duit aja...." dia menaikkan sebelah alis tebalnya

"Kampreet..lo pikir gue orang tak mampu apa....!!" gue langsung saja menjitak kepalanya

"Ya kali aja......lo sekarang udah bangkrut.."

"Ga lah...gue serius ini menyangkut ade' gue......" jawabku agak segan, soalnya gue tahu dia tidak suka dengan ade' gue soalnya dia mengetahui perlakuan Mutia ke gue selam ini

"Ha....lo masih perhatian sama orang yang tidak mengaggap lo sama sekali....!! suara Riki mulai meninggi, sikapnya pasti begitu kalau gue sebut ade' gue.

"Ya elah Rik....biar gimana dia tetap ade' gue....Kalau bukan gue siapa lagi Rik...."

"Ya udah.....asal lo tahu gue bantu bukan karena ade' lo tapi demi lo..."

"Thanks bro......gue mau minta tolong lo selidikin ini orang...." gue menyerahkan foto Marko yang kuambil secara diam-diam. Melihat foto yang kuserahkan Riki  melihatku seakan ada tanda tanya besar yang tertulis di wajahnya

"Gue mau tahu orang ini kaya' gimana...soalnya dia lagi dekatin ade' gue...." gue menyandarkan kepalaku di sandaran kursi

"Oh...begitu...ini ma gampang....asal ada ini..." ujarnya sambil menggesekan ibu jari dengan telunjuknya

"Lo itu..sama teman aja perhitungan banget sih..."ujarku pura-pura marah

"gue cuma bercanda kali Ra'...." uajarnya sambil merangkul leherku. Kami memang sangat dekat, dia udah tahu semua baik buruknya gue. Bagi gue dia sudah seperti kakak gue sendiri.

"Kalo gitu gue cabut dulu ya..." gue segera beranjak dari kursi dan menuju ke motorku, sebelum menjalankan motorku tak lupa gue lambaikan tanganku kepada Riki sebagai tanda pamit yang di balas dengan lambaian tangan juga.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: