Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fisik itu Tidak Sama

Seolah tersentak kaget, oleh pernyataan yang aku lontarkan kepada dia. Ia pun menoleh ke arahku, seraya menggelengkan kepala pelan.

Kemudian bertanya, "Tidak apa-apa. Hanya kejadian baru saja terjadi, aku jadi memikirkan ... Um, maaf kalau cukup sensitif. Namun, apakah Arta tidak terlalu bisa bertahan dengan sentuhan fisik ...?"

Terdiam sejenak. Aku melukis senyum pahit disana. Rupanya ia mengatakan hal tersebut, atau ia mengkhawatirkanku? Ah, sudah jangan terlalu bermimpi. Tidak baik untuk percaya diri terlampau tinggi.

Tangan aku layangkan tuk mengusap leher belakang. Sejujurnya kondisi inilah yang menyebabkan aku sering diperbicarakan oleh banyak orang. "Ahh, aku mengerti sekarang. Aku kira dirimu kenapa. Rupanya sedang memikirkan hal tersebut ..., iya tapi tergantung sentuhan fisik yang seperti apa juga."

Aku menjelaskan, yang benar saja! Mengapa mulut ini tak pernah diam sekali, malah mengumbar hal yang tidak begitu penting seperti ini.

Terkelu ketika tidak mendapatkan balasan, namun untuk apa terlalu berharap banyak? Mulai diri sesekali menenangkan agar tak terlalu terbawa suasana hingga menyebabkan hal yang dijauhi.

"Oh, Arta! Senang berjumpa denganmu kembali, lalu rupanya dirimu sedang menemaninya untuk berkeliling sekolah ya, Ciao?" Terdengar suara membuat kami berdua menoleh, bermaksud seperti gerangan.

Ciao yang sepertinya sama denganku merasa tidak asing dari suara tersebut, seketika kaget. "Kakak?" Ah, malah sekarang aku yang kaget, bingung merespons seperti apa.

Banyak kalimat pertanyaan yang muncul dalam kepala, tuk melampiaskan rasa penasaranku. Tetapi, sebisa mungkin berpikir kalau saja mereka tak terdapat hubungan saudara. Tidak, bukan seperti yang dipikirkan!

Aku menatap kedua perempuan di hadapan. Salah satunya menepuk kepala Ciao. Hm, kalau tidak salah dia yang aku maksudkan menepuk kepala Ciao itu Kiera, ya? Seorang kakak kelas kami, huh?

"Omong-omong, aku tadi mendengar pembicaraan kalian tentang fisik. Apa ada sesuatu yang terjadi? Atau kalian terjatuh dan luka?"

"Ugh, tidak seperti itu! Akh, sudahlah. Jangan dipikirkan lagi," Ciao dengan cepat menjawab.

Aku tersentak karena dia mengatakan hal seperti itu. Mengulum senyum, apakah ia sedikit terganggu perihal tadi.

"Oh? Maafkan aku. Tetapi, bicaralah yang sopan!"

Ciao terlihat memalingkan wajahnya. Aku tak sadar tertawa kecil, mengundang perhatian Kak Kiera.

"Arta, kau jangan seperti Ciao. Dia ini tak pernah menghargai seseorang berbicara, apalagi terhadap yang lebih tua, astaga."

Mengusap leher belakang, sejujurnya jika aku mengatakan hal itu, apakah aku akan dianggap tidak sopan. "Aha, sepertinya aku pernah melakukan hal seperti itu."

Keduanya mungkin terlihat bingung akan masalah seperti ini, namun mereka memilih untuk tidak membahas lebih lanjut, kurasa.

"Oh, sudah waktunya kembali ke kelas. Sampai jumpa kalian~" ujar Kak Kiera, seolah sadar bahwa rupanya memang benar waktu telah banyak berjalan.

Kami pun memutuskan untuk kembali kekelas. "Arta ...." Mendengar suara pelan Ciao, aku menoleh sekilas ke arahnya, diikuti langkah kaki yang mulai terhenti.

"Mengenai jawaban tadi ..., apakah kejadian itu yang menyebabkan fisikmu, um," tidak kuasa, seolah pertanyaan yang akan dilontarkan mulai menghilang, tidak diketahui penyebabnya.

Ya, meski kenyataan menamparku. Itulah kenyataannya, fisik menjadi taruhan. Hari itu pula ketika aku masih kecil, dikala aku masih lemah terhadap sentuhan apapun.

"Ya. Lagi pula, setiap orang memiliki fisik yang berbeda, dan tidak sama, kata kakakku demikian." Aku mengulas senyum tipis, entah Ciao menyadarinya atau tidak. Aku tak terlalu berharap.

"Ah, aku mengerti ..., ucapan yang pernah dirimu katakan. Meskipun setara, belum tentu sama," balas Ciao, mengerti. Aku hanya mengangguk karenanya.

Tamat

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro