02; strawberry milk
"Plis, kenapa seseorang seperti dia bisa seperhatian itu?"
***
"GUNTING, batu, kertas!"
Gunting. Gunting. Kertas.
"Hwaaa!!" (Name) mengacak rambutnya, dia menyesal memilih kertas.
"Artinya (Name), tolong belikan minuman untuk kami ya~" ucap sahabat (Name), Miyano Asuzawa. "Aku jus jeruk."
"Aku jus apel," ucap sahabat (Name) yang satu lagi, Eri Tamako.
"Iya, iya." (Name) bangkit dari bangkunya. Dia berjalan keluar dari kelas 1-4, berjalan menuju vending machine yang berada di depan gymnasium dimana klub voli berlatih. Kala jarinya telah menekan tombol untuk jus jeruk dan jus apel, dia teringat bahwa dompetnya tertinggal di kelas.
"Bagaimana ini? Apakah aku kembali ke kelas?" gumam (Name).
"(Name)-chan?"
(Name) menoleh, melihat ke arah Sugawara yang sepertinya sedang memungut bola yang menggelinding keluar gymnasium.
"Osu, Kou-senpai," sapa (Name).
"Sedang apa? Membeli minuman untukmu dan teman-teman?" tebak Sugawara.
"Tepatnya, membeli minuman untuk teman-temanku saja, senpai. Aku meninggalkan dompetku di kelas," kikih (Name). "Kalau begitu, sampai nanㅡ"
"Eh, tunggu," Sugawara melangkah mendekati (Name). "Kau suka stroberi, kan?"
"Tepatnya, aku cinta stroberi," (Name) menekankan.
"Kalau begitu," Sugawara memasukkan selembar uang, menekan tombol susu stroberi. Dia mengambil susu stroberi itu dari slot dan menyodorkannya ke hadapan (Name). "Untukmu."
"Waah, arigatou, senpai." (Name) menerimanya dengan senang hati.
"Kalau begitu, sampai nanti, (Name)-chan," Sugawara melambaikan singkat tangannya.
(Name) berjalan kembali ke ruang kelasnya, dimana kedua sahabatnya melihatnya dengan kikihan dan tatapan penasaran.
"Kami melihatmu loh, (Name)," ucap Miyako. "Kau tadi berbincang dengan Sugawara-senpai, kan?"
"Iya, trus?" (Name) meletakkan jus apel dan jus jeruk milik kedua sahabatnya.
"Lalu tadi dia membelikanmu susu stroberi itu 'kan?" ucap Eri.
"Ada apa dengan itu, memangnya?" (Name) menusuk sedotan kotak susu itu, dan mulai menghisapnya.
Miyako dan Eri saling berbagi pandang.
"Kau tak ada rasa kepada Sugawara-senpai?" tanya Eri.
"Dia manis, keren, baik hati, pintar, jago voliㅡlengkap!" Miyano menambahkan.
(Name) mengerutkan keningnya. "Suka? Tidak, aku tidak pernah memikirkannya."
"Seperti biasanya, (Name) sangat polos ya~" ucap Eri dan Miyano.
"Tunggu, aku tak mengerti maksud kalian," ujar (Name). "Maksud kalian suka itu, seperti perasaanku kepada stroberi 'kah?"
Miyano menggeleng. "Iie, bukan itu. Pikirkanlah sendiri."
***
(NAME) mengerutkan keningnya, memkirkan ucapan Eri dan Miyano sembari bergumam.
"Kalau perasaan suka yang mereka maksud itu bukan seperti perasaanku kepada stroberi, jadi apa? Mungkinkah seperti rasa sukaku kepada mereka? Hm... rasanya tak mungkin. Kalau pun iya pasti mereka akan menjawabnya dengan mudah. Jadi kenapa merekaㅡ"
"(Surname)-san!"
"H-Hai'i!" (Name) bangkit dari bangkunya kala sensei memanggilnya.
Seluruh perhatian kelas tertuju kepada (Name).
"Tolong terjemahkan kalimat ini," ucap sensei, menunjuk ke papan tulis.
When love feels like magic,
you call it destiny.
When destiny has a sense of humor,
you call it serendipity
"Ketika cinta terasa seperti sihir, kamu menyebutnya takdir. Saat takdir berubah menjadi sebuah humor, kau menyebutnya..." (Name) mengerutkan keningnya kala menatap kata serendipity.
Sensei menghelakan napasnya pelan. "Lainkali, perhatikan pelajaran ya, (Surname)-san, silahkan duduk supaya saya menerangkan ulang."
"Iya," (Name) lalu duduk kembali diatas kursinya.
"Semuanya perhatikan sensei, ya. Serendipity, bisa diartikan sebagai sebuah penemuan yang tanpa sengaja namun sangat menguntungkan. Contohnya seperti saat kamu sedang mencari celana jinsmu, dan tanpa sengaja menemukan uangmu yang hilang di dalam sakunya," ucap sensei.
"Sensei, jadi apakah terjemahan yang cocok untuk kalimat ini?"
"Pertanyaan bagus," ucap sensei. "Jika serendipity adalah penemuan yang tanpa sengaja, artinya itu sebuah kejutan menyenangkan. Maka terjemahan dari kalimat itu adalah; Ketika cinta terasa seperti sihir, kamu menyebutnya takdir. Saat takdir berubah menjadi sebuah humor, kamu menyebutnya kejutan yang menyenangkan."
Seluruh kelas 1-4 sempat heboh sejenak, sebelum mereka melanjutkan pembelajaran.
"Mungkin dalam masa muda seperti kalian, serendipity bisa diartikan seperti disaat kalian sesungguhnya mencari teman, justru mencari jodoh, bukan begitu?" ucap sensei.
Satu kelas lalu tertawa mendengarnya.
Mungkin hanya dua orang saja yang tak tertawa kala itu; (Name) yang sedang tenggelam oleh pikirannya, dan Tsukishima yang tenggelam melihat (Name).
***
"KENAPA kau bengong pada pelajaran Bahasa Inggris? Padahal kau biasanya sangat semangat dalam pelajaran itu."
(Name), yang sedang merapikan buku-bukunya, mendongak melihat sahabatnya yang lima belas senti meter lebih tinggi dibandingkan dirinya. "Ada apa memangnya?"
"Tsukki, ayo kita pergi ke klub!" seru Yamaguchi dari luar ruang kelas.
"Kau duluan saja, aku menyusul," balas Tsukishima. Dia kembali memusatkan perhatian kepada (Name). "Ada apa denganmu?"
"Kau terlalu mengkhawatirkanku, Kei," (Name) mengkibas-kibaskan tangannya. "Sudahlah, kau pergilah. Anggota klub voli yang lain akan menunggu-mu."
Tsukishima masih enggan untuk pergi karena tak menerima jawaban yang benar-benar dia inginkan. "Nanti malam, pastikan jendela kamarmu terbuka, ya."
(Name) hendak bertanya maksud dari ucapan tersebut, namun dia tak sempat bertanya karena Tsukishima sudah terlebih dahulu berlalu.
.
.
.
tbc.
.
.
.
a.n;
Tumben author rajin update :v
Gimana nih sama tampilan" baru ceritanya? Bagus tidak??
Kasih tahu pendapat kalian di komen yaa
-Mochii
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro