Untoward
WARNING!!
•Karakter" Boboiboy hanya milik Monsta.
•Author hanya meminjam karakternya.
•Karakter lain ialah OC author.
•Alur cerita murni karangan author.
•Mohon maaf apabila ada perkataan yang menyinggung.
•Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang tidak pas ataupun kata yang tidak pantas.
~Selamat Membaca~
Di tengah perjalanan hidup yang penuh dengan kejutan dan tak terduga, terkadang kita juga dihadapkan pada kejadian yang sangat rumit. Seperti hal hal yang tidak sesuai dengan harapan atau bahkan mengganggu keseimbangan yang sudah tercipta.
Mungkin itu adalah pertemuan dengan seseorang yang tidak menyenangkan, atau kehilangan yang tidak terduga. Atau mungkin juga situasi yang memaksa kita untuk menghadapi kesulitan dan tantangan yang tidak diinginkan.
"Gue ngalamin waktu yang sangat sulit. Gak ada yang berjalan sesuai sama keinginan gue sekarang. Dan gue..ngerasa sangat kesepian"
"Jarang ada yang bertanya, apa gue baik baik aja selama ini?"
"Hhhh sial. Gue juga gak mau hidup kaya gini"
=Untoward=
Pemuda tampan berkacamata photocromic itu memasuki cafe yang penuh dengan aroma kopi segar. Ia mencari sudut yang tenang dan terpencil untuk dapat fokus sepenuhnya pada tugas yang harus diselesaikan.
Dikelilingi oleh instrument lagu tenang dan suasana yang nyaman, Solar akan segera menyelesaikan tugas kelompoknya dengan penuh dedikasi.
"Hhh, kukira Thorn bakal nyampe duluan" monolognya sambil menyalakan notebook "Minta wifi boleh kali ya"
Berjalan menuju kasir cafe, pelayan itu tampak melemparkan senyuman hangat pada Solar,
"Halo, selamat siang kak"
"Boleh minta password wifi disini?" to the point, terlihat enggan membalas sapaan itu
"Kamu harus beli minuman dulu" sahutnya dengan sabar dan sopan
Solar tersengih. Iya juga, dia kan sedang ada di cafe, minimal harus beli sesuatu dulu sebelum seenaknya ikut menggunakan fasilitas yang ada disana.
"Emm oke, aku mau..coffe cup kecil aja satu"
"Coffe cup satu ya, ada tambahan lagi?"
"Gak, udah itu aja"
"Totalnya jadi empat puluh lima ribu ya kak"
Solar mengangguk, mengambil lipatan kertas berwarna biru dari dalam saku celana, lantas memberikannya pada si pelayan yang langsung dengan cekatan menyiapkan pesanannya.
"Ini kak, selamat menikmati"
"Jadi, password wifi nya apa?" tanya nya lagi setelah menerima pesanan dan uang kembalian
Masih setia dengan senyum ramah tamahnya, beliau menjawab "Kamu harus beli minuman dulu. Tanpa spasi, semuanya kapital"
1 detik, 2 detik, 3 detik..
Lenggang. Solar terdiam cukup lama, menatap lekat pelayan tersebut yang memasang tampang tak merasa bersalah. Kemudian ia tersenyum amat tertekan sambil meminum sedikit dari coffe yang sudah ia pesan.
KAMUHARUSBELIMINUMANDULU
Kira kira begitulah maksud dari pelayan cafe itu.
"Teknik marketting huh?" batinnya kesal "Atau sengaja nih?"
"Hai Solar, maaf ya Thorn baru dateng"
Suara itu berhasil menarik atensinya, juga meredam emosi yang hampir memuncak dari yang disebut namanya.
Tersenyum kecut, Solar pun kembali berjalan menuju tempat awal, yang langsung diikuti oleh Thorn disampingnya.
"Hm, santai aja gue juga baru nyampe" memperhatikan Thorn dari atas sampai bawah "Lo baru mandi jam segini?"
"Oh enggak, kan tadi Thorn habis dari makam temen...sekolah, jadi pulang bebersih dulu baru kesini"
"Loh, temen lo ada yang meninggal? Gue tebak lo pasti nangis kejer, mata lo sembab banget soalnya" Thorn terkekeh ringan
"Eh bentar..hari ini kok rasanya banyak yang meninggal ya? Hari meninggal sedunia kah?" celetuknya, teringat dengan ucapan temannya yang lain.
"Nanti siangan atau sorean aja ya Lar, sepupu gue meninggal"
"Heh Solar, kok ngomongnya gitu? Mana ada hari meninggal sedunia??"
"Hm ya udahlah, yuk cepet kelarin tugasnya. Males gue kelamaan disini"
.
.
.
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu jam setengah, kedua pemuda itu segera mengemas kembali barang bawaannya lantas pergi meninggalkan cafe itu.
Selama di perjalanan pulang, mereka tak banyak berbicara. Mungkin karena belum terlalu dekat, kesunyian canggung pun jadi tak bisa dihindari.
Sebenarnya Solar tak masalah, karena dia juga memang lebih suka diam. Tapi melihat ekspresi Thorn yang masih sedih itu yang membuatnya jadi merasa tidak karuan.
"Habis ini lo mau ngapain lagi?"
"Hm? Entahlah..kayanya pulang"
"Kok ragu gitu?"
Tak lagi menjawab dengan perkataan, Thorn menggantinya dengan senyum canggung.
"Hhhh, mau ikut gue gak nemenin temen beli barang buat di sekolah. Yah, sekalian jalan jalan biar perasa-"
"Mauuu!!" potong Thorn sedekit memekik senang "Thorn mau ikut"
"Langsung berubah dong moodnya" Solar bergumam "Okelah ayo, gue bilang dulu nih"
"Yeyy, okey dokey"
Merogoh saku, lalu membuka ponsel ke media pesan, jari jemari Solar mengetik diatas layar benda itu dengan cepat. Sekedar memberitahu bahwa dia akan datang bersama teman lesnya yang satu itu.
Gue ngajak temen gpp?
Taufan
Temen?
Wah bagus tuh, gpp ajak aja
Akhirnya lo punya temen lg selain gue
Papa bangga sama kamu nak🤧
Aww putri kecil ayah🥺💛
Sinting🖕🏻
Setelah melakukan chat singkat yang sedemikian rupa tidak jelasnya. Kekesalan dihati pemuda bernetra silver itu kembali memuncak, bahkan perempatan imajiner terlihat membentuk dipelipis alisnya.
Yah, itu juga jadi mengingatkan dia dengan ucapannya dulu ketika melakukan via video call bersama dua sahabat karibnya.
"Gak ada kalian, kayanya gue bakal jadi si culun nolep deh"
"Si pahit lidah" selorohnya yang tak sengaja terucap secara nyata, padahal niatnya didalam hati
"Hm Solar bilang apa?" tanya Thorn disampingnya, sejenak dirinya lupa kalau tidak sedang sendirian
"Hah? Ah, enggak..bukan apa apa" menghela napas panjang, Solar malah jadi termenung sendiri
"Btw mereka apa kabar ya? Udah lama juga gak ketemu" untuk yang kesekian kalinya ia kembali bergumam
"Yaelah kaya anak cewek aja kamu Lar, ya enggak lah. Chill, kalau lagi ada waktu senggang kita kan bisa ngumpul lagi sepuasnya"
Solar masih ingat dengan perkataan naif yang terlontar dari sahabatnya yang satu itu. Ice dulu mengucapkannya dengan penuh percaya diri dan cukup meyakinkan. Tapi ia sudah bisa menebak bahwa itu akan menjadi omong kosong belaka.
Dan tebakannya terbukti sekarang. Sudah hampir satu tahun mereka lost contact.
"Khe, mana..susah ketemu kan? Apa gue bilang, gak gampang buat bisa kumpul bareng lagi"
Sebenarnya Solar bisa saja menghubungi mereka berdua kapan saja, karena ia masih menyimpan nomor ponsel Hallintar dan Ice. Namun rasa gengsinya terlalu tinggi untuk mendahului. Ia bahkan sempat berpikir kalau mereka tidak ada yang menyapa lebih dulu maka ia pun akan berbuat demikian.
Tapi ada dorongan kecil dari hati yang paling dalam, meminta Solar untuk menghubungi salah satu dari mereka sekarang juga.
"Hhh anjirlah oke fine, gue tanya nih. Dia dulu deh, hawanya suram kalau langsung ke si bocah merah itu"
8 Mei 20××
Ice
Semangat Lar
Hm, lo jg
6 Febuari 20××
Hai Ice, apakabar?
Solar kembali melangkah dengan fokus menuju tempat tujuan, namun perasaannya menjadi kalut setelah mengirim pesan singkat pada sahabat lamanya itu. Seperti angin yang tak terduga, pikirannya meledak dan dadanya terasa sesak entah kenapa.
Dalam keheningan langkahnya, ia tanpa sadar mengabaikan kehadiran orang yang berjalan bersamanya, terhanyut dalam gelombang emosi yang mengguncangnya.
03 Febuari 2024
=====
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro