Four Flowers
Now playing: Ephemeral Flowers by Saki
Hari yang ditunggu tiba.
Aku menyewa mobil bak terbuka untuk membawa hadiah ini. Yah, [Name] mungkin bakal kebingungan waktu melihatnya.
Aku memarkir mobil di depan Sleepy Flowers. Jam-jam segini [Name] pasti sedang sibuk di kebun.
"[Name], ayo ikut aku!"
[Name] tidak berkata apa-apa waktu aku menariknya keluar penginapan. Tapi dari mukanya, aku tahu dia tercengang. Dan ekspresinya itu tetap bertahan sampai dia melihat mobil bak terbuka yang sudah diisi dengan bertangkai-tangkai bunga daisy biru.
"Wow. Ini sangat ... wow." Cuma itu yang keluar dari mulut [Name].
"Butuh selusin toko bunga buat mengisi satu mobil, lho," kataku.
[Name] menatapku. Ini saatnya, dia sudah menunggu lama.
Kutangkupkan kedua telapak tanganku sambil menekuk lutut agar tinggiku sejajar dengan dia. "Maaf, aku tidak bisa jadi pacarmu! Aku betul-betul minta maaf!" kataku cepat.
Tidak ada perubahan dalam raut muka [Name], dia pasti sudah menduga ini. "Hmm ... baiklah. Tapi boleh aku tahu mengapa?"
"Jadi begini." Aku berdeham. "Begini, [Name], apakah kau pernah melihatku bertambah tua selama beberapa tahun ini?"
Kening [Name] berkerut. "Hmm ... sepertinya tidak, tapi kalau kau sudah dewasa, pertumbuhan, kan, memang tidak kentara--"
Dia berhenti. Mungkin baru menyadari sesuatu.
"Aku tertarik padamu karena kelihatannya kita sepantaran. Tapi kalau diingat-ingat lagi, kau sudah begini sejak pertama kali datang. Kau selalu terlihat seperti remaja akhir belasan tahun." [Name] memberi jeda sejenak. "Aku ... aku pernah dengar tentang orang-orang seperti itu. Apa kau juga termasuk--"
Segera kuhentikan kata-katanya. "Yah, ceritanya panjang. Pokoknya, kau tentu paham kalau berpacaran denganku bukan ide bagus."
[Name] masih memelototiku. Raut wajahnya adalah campuran antara takjub, bingung, dan tidak percaya. Waduh, apa memang seaneh itu, ya.
"Tapi aku tetap bisa terus datang kemari, kok," kataku. "Malah lebih baik, aku bisa datang kemari sampai kapanpun, bahkan sampai kau sudah punya cucu!"
Akhirnya [Name] tersenyum kecil. Dia menghembuskan napas panjang. "Mau bagaimana lagi. Tapi jujur saja, aku agak merasa bangga karena orang sepenting dirimu malah memilih tempat terpencil seperti ini untuk berlibur. Padahal kau bisa pergi ke tempat manapun di negara ini."
Aku nyengir. "Soalnya Sleepy Flowers asyik banget, aku betah, kok, di sini."
[Name] beralih pada mobil penuh bunga daisy biru. "Tahu tidak, ini masih belum cukup untuk permintaan maaf. Kau harus datang ke pesta pernikahanku di masa depan nanti, baru aku mau memaafkanmu."
"Oke, akan kuusahakan," janjiku.
"Sekarang aku jadi penasaran." [Name] kembali memotong. "Temanmu si penyuka daisy biru, dia hidup bertahun-tahun lalu, kan?"
Aku mengangkat bahu. "Bisa jadi."
***
Apa kubilang, Sleepy Flowers itu tempat berlibur yang seru.
Sudah lewat bertahun-tahun, tapi keindahan tempat ini tidak berkurang. Mereka sudah membangun elevator dan mengganti kunci dengan id card, tapi kebun bunga dan kolam masih sama seperti saat aku pertama kemari.
Waktu aku tiba di teras utama, ada dua anak kecil di sana. Mereka melambaikan tangan heboh waktu melihatku.
"Oooh ... Alfred sudah datang!"
"Hei, Alfred!"
Kubalas sapaan riang mereka. "Yo, ada cerita baru apa hari ini?"
Kedua anak itu mendekatiku. "Tahu tidak, kami membuat taruhan dengan Nenek mengenai kapan kau akan datang."
"Dan yang menang adalah ...."
Anak-anak itu cemberut. "Nenek yang menang, seperti biasa. Kami kira kau akan datang kemarin."
Aku tertawa. Wow, dia selalu bisa menebak kapan aku akan datang.
"Semoga beruntung tahun depan. Sekarang, bisa tolong antar aku ke tempat Nenek kalian?Aku bawakan seikat bunga daisy biru buat dia."
Tamat
a/n: apa kau melihat Davie?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro