[01] Samudra, Agustus
Monthly Prompt Agustus
[Nature]
Week 1: Samudra/Ocean
.
.
Entry: Kumi
NikishimaKumiko
Tiap kali menatap iris sebiru samudra itu, Reo seolah terhisap ke dalamnya. Dengan dada yang berdebar-debar, pipi memanas dan keringat dingin mengucur dari pelipisnya, ia mencoba menahan semua rasa yang seketika menghantamnya.
"Reo?"
Namun, saat mendengar suara menggemaskan itu memanggil namanya, lekas saja ia memeluk dengan sigap. Gadis berambut biru muda tersebut kebingungan, petir mana lagi yang menyambar teman sekelasnya ini. Lantas, Kumiko bertanya sembari menatap lekat pada sang pemuda, "Kau lelah, ya? Butuh minuman?"
"Hm, ya ... sepertinya begitu. Aku perlu mengisi kembali energiku yang telah hilang," ujarnya masih mendekap Kumiko dengan erat. Meski kebingungan akan tingkah sang pemuda, gadis itu tidak mempermasalahkannya. Dipeluk seperti ini oleh Reo, toh, adalah hal yang biasa baginya.
.
.
Entry: Raine
RaindeAlthera
Samudra itu luas, melebihi jangkauan pandangan. Samudra itu dalam, melebihi tingginya gunung tertinggi di dunia. Samudra menyimpan misteri yang tak bisa terbayangkan.
Di kedalaman samudra, sesosok makhluk ilahi berenang tak beraturan. Dia seekor naga, keturunan penguasa lautan dan merupakan calon penguasa selanjutnya.
"Nie Mingjue!" Sura bariton tertangkap oleh pendengaran si naga muda.
Dia menolehkan pandangan ke sumber suara, melihat ayahnya yang menunggu di ambang pintu.
"Apakah dia sudah lahir?" tanya Nie Mingjue dengan penuh pengharapan.
Ayahnya mengangguk, membuat Nie Mingjue mengulas senyum lebar. Dia menjelma menjelma menjadi sosok manusia dan masuk ke dalam istana.
Mingjue menatap lamat ibunya yang berada di ranjang sembari menggendong bayi mungil. Remaja itu mendekat, melihat adiknya yang baru saja dilahirkan. Tanpa sadar dia mengernyit.
"Duyung?" tanyanya.
"Mm-hm. Adikmu bukan naga, tetapi duyung seperti ibu." Sang Ibu menunduk, mengecup kening bayinya yang tengah tidur.
"Kau ingin mencoba menggendongnya?" Wanita itu melanjutkan.
Nie Mingjue menganggukkan kepala. Dia mengambil alih adiknya dari sang ibu. Melihat sang adik dalam gendongan, Nie Mingjue tertegun.
"Dia cantik ... sangat rapuh. Bolehkah aku memberinya nama?" tanya Nie Mingjue tanpa mengalihkan pandangan.
Kedua orang tuanya saling berpandangan. Mereka tersenyum kemudian mengangguk.
"Tentu."
Nie Mingjue tersenyum.
"Nie Huaisang. Namamu Nie Huaisang."
.
.
Nama: Leeya
azaleeiya_kirmizi
Beribu ucap, rasa yang sangat melimpah. Tidak tahu lagi bagaimana harus mengungkapkan yang sedalam samudra.
Semua itu hanya sejumlah kecewa yang tidak bisa diubar. Tidak tahu lagi bagaimana membebaskan diri dari sesak yang begitu kuat ini.
Ditinggalkan begitu saja tanpa penjelasan yang jelas. Mencari kehadiran di antara kehampaan tidak berujung ini.
Sungguh, tolong jangan permainkan hati serapuh kaca tipis ini. Mencari kebenaran yang tidak mungkin ditemukan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro