Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENMESED | 3 - DEAL

"Aku yakin pasti ada pengkhianat di perusahaan." ucap Jaehyun pasti.

"Tapi bagaimana bisa? Itu tidak logis."

Apa yang di katakan Eunwoo ada benarnya juga. Film mereka di-enkripsi dengan ketat, tidak mungkin bisa bocor begitu saja.

"Bagaimana kalau orang itu menempati posisi penting dalam perusahaan ini?"

"Jadi sekarang bagaimana?" tanya Eunwoo.

"Katakan saja pada orang bahwa aku sakit jadi tidak bisa datang. Akan ku pastikan untuk menemukan pengkhianat itu." Jaehyun mengeraskan rahangnya. Ia harus bisa menemukan pengkhianat di perusahaannya.

"Oh ya, tadi Irene menanyai ku tentang gadis yang kau cari itu. Bagaimana apa kau sudah menemukannya?"

Jaehyun menggelengkan kepalanya. "Lagian aku tidak terlalu memikirnya."

"Aneh sekali. Bagaimana bisa seorang gadis bisa mengabaikan seorang Jung Jaehyun. Kita harus bersulang untuk gadis itu." Eunwoo menambah wine ke dalam gelas Jaehyun yang kosong.

"Sudah tidak usah bahas itu. Yang terpenting menurut mu siapa yang pantas kita curigai." Eunwoo berpikir sejenak seraya meminum wine.

"Aku merasa ada yang aneh dengan manager Park." ucap Eunwoo asal.

"Tapi bagaimana bisa?" Jaehyun masih tidak percaya.

"Bukannya dia dari perusahaan W Group. Dan aku dengar dia itu memiliki kinerja yang sangat bagus. Jadi bagaimana bisa dia di pecat begitu saja."

"Siapa tau dia melakukan hal yang membuatnya di pecat."

"Kenapa malah membelanya? Tapi tadi kau bertanya tentang pendapat ku." ucap Eunwoo kesal.

"Aku juga merasa seperti itu. Ketika melihat berkas pendaftarannya tidak ada pelanggaran." Jaehyun mulai setuju dengan perkataan Eunwoo.

"Lalu kenapa kau malah berpura-pura sakit?"

"Kita tidak bisa langsung menuduhnya begitu saja. Akan lebih baik kita mengumpulkan banyak bukti. Karena itu aku cuti, bisa mencari tau."

Eunwoo tak percaya. "Kurasa kau ingin punya waktu luang untuk menemukan gadis itu."

Jaehyun langsung menatap sinis Eunwoo. "Itu bukan urusanmu."

"Sejujurnya, aku tidak pernah membayangkan kau akan peduli dengan gadis lain. Kupikir kau hanya peduli tentang Jiwon. Bagaimanapun dialah sang dewi yang menyelamatkan nyawamu dengan ciuman mesra." ejek Eunwoo.

"Tapi entah kenapa aku merasa bukan dia. Menurut mu bagaimana itu?"

"Apa kau tidak ingat lagi kejadian itu?" Jaehyun berpikir sejenak.

"Yang tertinggal hanya gelang saja." Jaehyun meminum wine-nya kembali.

Jam sudah menunjukkan jam sepuluh malam dan Heejin baru saja pulang. Ia lelah sekali, bahkan badannya terasa sakit sekali karena seharian bekerja. Tiba-tiba ponsel Heejin berbunyi. Ternyata bibi Min menelepon.

"Heejin bagaimana? Apa kamu sudah mendapatkan uangnya?"

"Sudah bi. Besok Heejin akan datang menemui bibi."

"Baiklah. Maaf bibi mengganggu?"

"Tidak apa, bi. Heejin akan datang." panggilan terputus yang menyisakan bunyi 'tut...tut...tut...'

Heejin mengambil buku tambungannya yang terletak di nakas. Uang yang di simpannya masih belum cukup untuk membeli rumah. Ia benar-benar bingung bagaimana harus membayar sisanya lagi.

Ah! Tiba-tiba dia ingat dengan perkataan Irene tadi siang. Irene akan membayar Heejin dengan bayaran yang cukup banyak. Hanya ini jalan satu-satunya supaya bisa mendapatkan uang.

Dengan sangat terpaksa Heejin harus menyetujui kontrak itu supaya bisa membeli rumah impiannya. Ia mengambil kartu nama milik Irene lalu menekan beberapa nomor.

"Yeobosyeo." terdengar suara Irene dari seberang sana.

"Ini saja, Han Heejin."

"Ada apa?"

"Ini tentang kontrak yang ada katakan tadi siang." Heejin meneguk ludahnya dengan susah payah.

"Bagaimana? Kamu menyetujui kontrak itu?"

"Iya, saya setuju."

"Baiklah kalau begitu besok pagi kita akan bertemu di tempat yang sama." panggilan terputus.

ʕ•ﻌ•ʔ ʕ•ﻌ•ʔ ʕ•ﻌ•ʔ

Heejin berlari. Tidak terlalu kencang takut nanti Ia akan terjatuh. Seperti janjinya, Ia akan membahas soal kontrak yang di tawarkan Irene kepadanya.

Sesampainya di kafe, Heejin langsung mencari keberadaan Irene. Wanita itu melambaikan tanganya membuat Heejin tidak perlu bersusah mencarinya lagi.

"Silakan duduk." Heejin mengambil tempat berhadapan dengan Irene. "Mau minum sesuatu."

"Americano Cappucino." Irene memanggil pelayan restoran lalu memesan apa yang di katakan Heejin.

"Aku sangat senang kau akhirnya mau melakukan ini." ucap Irene senang.

"Kenapa kau sangat ingin aku melakukan pekerjaan ini?" tanya Heejin penasaran.

"Aku punya alasanku sendiri, tapi kau tidak perlu mengetahuinya sekarang. Katakan saja kau mau atau tidak?"

"Tentu saja aku mau." Irene mengeluarkan map berwarna kuning lalu diberinya kepada Heejin.

"Kau bisa membaca kontrak ini terlebih dahulu." Heejin membulatkan matanya saat melihat bayaran yang akan diberikan kepadanya.

"8,5 juta won? Benarkah?" tanya Heejin tidak percaya.

"Bagaimana? Kau setuju?" Heejin mengangguk.

"Oke. Deal. Kau bisa menandatangani kontrak itu."

Setelah menandatangani kontrak itu, Irene memberikan sebuah berkas yang berisi biodata lengkap Jaehyun.

"Kau harus mempelajari ini semua dalam sehari. Bagaimana apa kau bisa?"

"Gampang. Saya bisa menghapalnya dalam waktu sebentar saja."

Irene pun semakin yakin kalau apa yang sudah di rencanakannya tidak akan sia-sia.

"Sekedar mengingatkan. Kalau Jaehyun punya masalah perut yang serius. Kau harus memperhatikan makanannya."

"Aku akan merawatnya." ucap Heejin santai seraya membaca biodata Jaehyun.

"Baiklah aku akan menjemput mu besok. Jangan lupa untuk mengemasi semua barang mu. Aku dengar kalau adik ku sedang sakit" Heejin mengangguk paham.

"Berarti aku harus menjadi perawatnya?"

"Ya, bisa di katakan begitu. Tapi seperti janji awal kita. Kau harus bisa membuatnya bisa merasakan cinta."

"Sebentar." baru saja Irene hendak beranjak langsung di tahan Heejin.

"Bisakah saya mendapatkan uang mukanya terlebih dahulu? Saya sedang membutuhkan uang." Irene tersenyum paham.

"Baiklah aku akan mengirimnya kepada mu." Heejin tersenyum senang.

Irene pun bergegas pergi dari sana. Ia mulai mencari nomor Jaehyun untuk memberitahu kalau Ia mengirim orang untuk Jaehyun.

"Aku tidak akan menyetujuinya."

"Bukan kau yang mengatur. Pokoknya besok gadis itu akan datang. Satu lagi. Awas kau mengusir gadis itu." Irene memutuskan panggilan tersebut padahal Jaehyun masih ingin berbicara.

Ya seperti itu lah Jaehyun. Tidak mau berurusan lagi dengan para wanita. Meskipun Ia sering menghindar, Irene tidak akan pernah tinggal diam mencari pasangan untuk adiknya itu.

Uang yang di minta Heejin tadi sudah terkirim. Setelah menerimanya, Heejin langsung bergegas pergi menuju rumah bibi Min.

ʕ•ﻌ•ʔ ʕ•ﻌ•ʔ ʕ•ﻌ•ʔ

Gimana? Gimana? Dah seru belum? Udah lah pasti.

Jadi inti dari segala inti jangan lupa
VOTE COMMENT serta SHARE ke teman-teman kalian semua.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro