Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENMESED | 22 - Penolakan

Di pagi hari yang cerah ini, Jaehyun mendapatkan berita yang mengejutkan. Ia mendapatkan email tentang surat lamaran kerja Heejin. Ia jadi tidak perlu repot-repot membujuk gadis itu bekerja sama dengannya.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Eunwoo yang kebetulan memberikan kabar itu kepada Jaehyun.

"Aku akan menemuinya. Atur jadwal ku."

"Baiklah." baru saja melangkah keluar, Jaehyun memanggil Eunwoo lagi.

"Buatkan aku kontrak eksklusif untuk gadis itu."

Eunwoo menatap Jaehyun tidak percaya. "Apa kau yakin?"

"Ini hanya untuk kesenangan Irene saja."

"Baiklah akan ku buatkan."

Jaehyun berjalan menuju jendela yang memperlihatkan pemandangan sungai han yang tidak jauh dari kantor. Ia tersenyum penuh kemenangan. Sebentar lagi proyeknya akan berhasil. Hanya menunggu beberapa waktu lagi semua keinginannya akan terwujud.

Eunwoo masuk ke dalam ruangan Jaehyun lagi, tapi kali ini ia tidak sendirian. Ada Irene juga.

"Untuk siapa kontrak ini?" Irene meletakkan map berwarna biru ke hadapan Jaehyun.

"Bukannya kau ingin Heejin menjadi pemeran utama dalam proyek ini?"

"Kau? Ingat Jaehyun kau tidak boleh terlalu memaksanya hanya karena kau ingin proyek ini berjalan, ya. Aku tidak suka."

"Untuk apa aku memaksanya? Tidak ada guna juga."

"Awas saja kalau aku mendengar kau memaksanya!" Jaehyun mengangguk paham. Irene pun keluar dari ruangan Jaehyun. 

"Ini kontraknya. Dia mengatakan akan bertemu dengan mu siang nanti di kafe dekat kantor."

Jaehyun mengambil kontrak itu dan membacanya dengan seksama.

"Apa kau yakin dia akan menerima ini?"

"Aku rasa dia mau, asalkan kau bersikap baik kepadanya."

Jaehyun menatap Eunwoo sinis. "Apa maksudmu?"

"Ya kau taulah, jangan terlalu dingin kepadanya."

"Sudahlah kau kembali bekerja sana. Tidak ada gunanya berbicara dengan mu." Eunwoo terkekeh, lalu ia pergi keluar dari ruangan Jaehyun.

Di lokasi syuting, Heejin tadi mendapat telepon dari Eunwoo yang mengatakan kalau Jaehyun ingin bertemu dengannya. Ia heran buat apalagi pria itu mau bertemu dengannya. Padahal mereka sudah tidak ada urusan lagi.

"Heejin." seorang pria menyadari Heejin yang sedang melamun.

"Eh, oppa. Kenapa?" Heejin tersadar dari lamunannya.

"Kenapa kau melamun? Apa kau sedang mengalami masalah?"

Heejin menggeleng. "Ah tidak. Aku sedang menghafal naskah saja."

"Kau tau, tadi setelah kau mendapat telepon wajah mu langsung berubah bingung. Apa kau sedang ada masalah?"

"Tidak. Bukan begitu."

"Baiklah aku tau kau masih belum mau cerita. Tidak masalah juga." pria itu tersenyum.

"Baiklah."

"Bersiaplah sebentar lagi kau akan syuting." Heejin mengangguk.

Pria itu pun pergi meninggalkan Heejin sendiri supaya bisa lebih fokus lagi menghafal naskahnya.

ʕ·ᴥ·ʔ ʕ·ᴥ·ʔ ʕ·ᴥ·ʔ

Jaehyun memberhentikan mobilnya begitu sampai di kafe tepatnya dan Heejin akan bertemu. Ia pun bergegas keluar dari mobil karena tidak ingin membuang waktu yang berharga ini.

Begitu masuk, ia bisa melihat Heejin sedang duduk sambil menikmati minuman yang ada dihadapannya. Jaehyun menghampiri gadis itu dengan membawa kontrak yang ada di tangannya.

"Apa sudah lama di sini?" Heejin mendongakkan kepalanya ke atas.

"Eh, tidak juga. Aku baru datang."

Jaehyun langsung mengambil tempat  duduk yang berhadapan dengan Heejin.

"Apa anda juga ingin memesan sesuatu?" tanya Heejin sopan.

"Tidak perlu. Aku akan langsung ke pointnya." ucap Jaehyun tanpa basa-basi.

"Baiklah. Apa yang ingin anda bicarakan?"

"Bacalah ini." Heejin mengambil dokumen yang berwarna biru yang berisi kontrak.

Begitu membuka isi dokumen itu, Heejin langsung membelalakkan matanya terkejut. Lalu ia menatap ke arah Jaehyun dengan bingung.

"Itu untuk mu?"

"Maksudnya bagaimana ini?"

"Aku mau kau menandatangi kontrak itu."

"Tidak aku tidak mau." Jaehyun menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa?"

"Kontrak inikan biasanya dikhususkan untuk artis top. Sedangkan aku hanya artis pemula yang tidak memenuhi syarat." jelas Heejin.

"Ya aku tau itu, tapi bukannya kau sudah mengirimkan resume milikmu ke kantor ku?"

"Hah? Aku tidak melakukan itu."

Jaehyun langsung mengeluarkan ponselnya untuk menunjukkan bukti kalau Heejin sudah mengirimkan resume ke kantornya.

"Aku tidak pernah mengirimkan ini kepada anda." Heejin menatap ponsel Jaehyun tidak percaya.

Beberapa saat kemudian, Heejin langsung tersadar ia tau siapa pelakunya. Pasti Gyuri.

"Kau tidak bisa mengelak sekarang. Resume ini di kirim memakai email mu."

"Tuan Jaehyun, asal kau tau tidak semua orang tertarik pada perusahaan mu. Jika kau datang padaku untuk masalah ini, maka maaf, aku harus mengecewakanmu."

Heejin benar-benar tidak berani menatap wajah Jaehyun saat ini. Ia yakin kalau pria itu sedang marah ke arahnya. Lihat saja nanti, sampai rumah ia akan balas dendam kepada Gyuri karena sudah membuatnya berurusan dengan Jaehyun lagi.

"Kalau begitu, beritahu aku. Kenapa kau tidak tertarik untuk bergabung?"

"Karena kau. Aku tidak ingin bekerja sama dengan anda."

"Dasar bodoh." Gumam Jaehyun.

Heejin menyipitkan matanya ke arah Jaehyun dengan sinis. "Maksud anda apa mengatakan saya bodoh?"

"Jadi kau tidak ingin melihat wajah ku, begitu?"

"Yap benar sekali. Aku kesal dengan sikap anda yang begitu dingin dan tidak pernah menghargai perasaan orang." Heejin mengeluarkan seluruh keluh kesahnya.

Jaehyun hanya diam seraya menatap manik mata Heejin dengan lekat.

"Katakan saja kalau anda ingin menemui saya dengan cara menawarkan kontrak itu kepada saya." ucap Heejin percaya diri.

Tiba-tiba Jaehyun tertawa mendengar ucapan Heejin dengan penuh percaya diri itu. Sampai membuat kedua menjadi pusat perhatian di kafe.

"Baru sehari tidak bertemu dan kau sudah percaya seperti ini." Jaehyun menggelengkan heran.

Heejin memanyunkan bibirnya. "Terserah pada anda."

"Bukankah kau butuh uang? Kenapa kau tidak tanda tangani kontrak ini. Jadi kau tidak perlu repot-repot mencari kerjaan seperti ini."

"Keputusan saya sudah bulat. Maaf saya tidak akan menandatangani kontrak ini." Heejin menutup dokumen itu dan memberikannya kepada Jaehyun.

Keputusan Heejin sudah bulat. Hubungan mereka memang berawal dari kontrak. Jadi Heejin mau mengulangi hal yang sama lagi.

"Maaf sekali. Saya sangat menghargai usaha anda." Heejin bangkit dari kursinya namun tangannya di tahan oleh Jaehyun.

"Beri aku alasan kenapa kau menolaknya?"

"Bisa dikatakan kalau aku belum siap menerima kontrak itu. Karena aku ingin menjadi aktris dengan usaha sendiri."

Jaehyun melepaskan tangan Heejin dan mempersilahkan gadis itu pergi. Ia tidak punya hak untuk menahan gadis itu. Usahanya gagal untuk kali ini.

Tapi siapa sangka kalau ia juga menyimpan rencana cadangan. Karena Jaehyun paham sekali kalau Heejin akan menolak kontrak ini. Gadis itu sangat keras kepala.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro