Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

ENMESED | 21 - Bimbang

Kehidupan Heejin sudah kembali seperti biasanya, menjadi pemeran figuran dan mengikuti berbagai macam audisi. Heejin memutuskan untuk pulang setelah selesai syuting.

Begitu baru saja ingin masuk ke dalam gedung apartemen, sebuah mobil sedang berwarna hitam berhenti di dekatnya. Terlihat Gyuri yang baru saja turun dari mobil tersebut.

Matanya membelalak saat melihat Eunwoo juga ikut turun. Pria itu mengedipkan mata sebelahnya seperti ingin memberikan isyarat yang tidak dapat dipahami oleh Heejin.

"Kau baru pulang?" tanya Gyuri.

"Iya, baru saja." jawab Heejin yang masih bingung dengan situasi saat ini.

"Perkenalkan aku Cha Eunwoo." Eunwoo menjulurkan tangannya ke Heejin.

Dengan ragu-ragu, Heejin menerima uluran tangan itu. "Han Heejin."

Gyuri mendekatkan tubuhnya ke arah Heejin seperti ingin membisikkan sesuatu.

"Dia itu mantan direktur perusahaan Jung Jaehyun." Heejin melirik Eunwoo sekilas dan dibalas dengan senyuman pria itu.

"Apa anda ingin mampir terlebih dahulu, tuan?" ajak Heejin sopan.

Eunwoo tersenyum. "Lain kali saja. Aku perlu mengurus barang pindahan ku dulu."

"Pindah?"

"Iya. Kekasih anda sudah memecat saya."

"Maaf dia bukan kekasih saya." ucap Heejin sinis.

"Benarkah? Berarti saya salah berbicara."

"Apa anda benar-benar ingin pulang? Tidak mau mampir terlebih dahulu?" ajak Gyuri.

Eunwoo menggelengkan kepalanya. "Lain kali saja."

"Baiklah kalau begitu. Terimakasih sudah mau mengantar saya pulang."

"Tidak perlu repot-repot. Jika anda butuh sesuatu hubungi saya saja." Gyuri mengangguk paham.

Setelah berpamitan untuk pulang, Eunwoo masuk ke dalam mobil dan bergegas kembali ke kantor. Ia sudah mendapatkan alamat tempat tinggal Heejin, sekarang ia hanya perlu mengatakannya kepada Jaehyun.

"Bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Heejin setibanya di apartemen.

"Di salon."

Heejin meletakkan barang belanjaannya ke atas meja makan.

"Bagaimana bisa?"

"Katanya dia sangat suka mencari pengalaman kerja, jadi tadi dia bekerja di salon."

Heejin benar-benar bingung dengan apa yang ingin di rencanakan Eunwoo saat ini. Apakah ini juga ada hubungannya dengan Jaehyun? Kalau pun itu benar, kenapa ia sekarang memikirkan pria itu?

Tidak mau ambil pusing, Heejin lebih memilih untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Ia perlu menyegarkan kepalanya yang sakit.

Heejin memutar keran ke arah kanan hingga mengeluarkan air hangat. Kepalanya merasa segar sekali saat ini. Ia mulai membasahi seluruh tubuhnya dengan rata.

Setelah hampir sepuluh menit di kamar mandi, Heejin keluar dengan handuk yang masih ada di atas kepala dan bajunya sudah berganti dengan piyama. Begitu keluar, ia langsung di sambut dengan aroma makanan.

"Kau sedang masak apa?" tanya Heejin kepada Gyuri yang sedang meletakkan masakannya ke atas meja makan.

"Tteokbokki. Kau hanya membeli bahan makanan itu saja."

Heejin tersenyum. "Aku terlalu lelah sekali, makanya lupa."

"Duduklah. Ayo kita makan."

Keduanya menyantap makanan di hadapannya dalam diam. Sibuk memikirkan hal lain. Sampai akhirnya, Gyuri membuka topik pembahasan mereka.

"Bagaimana hubungan mu dengan Jaehyun?"

"Tidak ada."

"Tadi siang Eunwoo bertanya mengenai kau dan Jaehyun. Katanya Jaehyun tidak bersemangat wajahnya. Apa itu karena kau?"

"Karena aku? Memangnya aku salah apa coba? tidak sepertinya."

Gyuri berpikir sejenak. "Apa karena kau pergi dari rumahnya."

"Sudahlah. Makan dulu, nanti dingin ini." Gyuri kembali melanjutkan makanannya.

Heejin memakan makanannya dalam diam. Mendengar perkataan Gyuri tadi, membuat penasaran dengan keadaan pria itu. Tetapi untung apa dia peduli? Pria itu pasti tidak peduli dengannya. Tak mau ambil pusing, Heejin kembali menyantap makanannya.

"Bagaimana dengan pekerjaan mu hari ini?" tanya Gyuri.

"Sangat melelahkan. Tadi satu harian penuh aku sibuk sekali."

Heejin tadi lolos beberapa audisi dan jadi ia sangat sibuk sekarang. Gyuri sungguh tidak mengerti kenapa Heejin begitu menyibukkan dirinya seperti ini? Ia begitu berusaha demi menyelamatkan rumah peninggalan ibunya. Padahal ia harus memikirkan masa depannya sekarang.

"Kenapa kau tidak mau mencoba audisi dengan agensi khusus aktor?" Heejin menghentikan makannya.

Bukannya ia tidak mau mencoba lagi, namun rasanya ia sudah merasa lelah untuk audisi dan terus gagal. Jadi Heejin memutuskan untuk audisi peran-peran kecil saja.

"Aku sudah merasa lelah sekali."

"Halo? Dimana Heejin yang ku kenal dulu? Bukannya dia gadis yang pantang menyerah?"

"Tap-"

"Bagaimana kalau kau masuk agensi ku saja?" saran Gyuri.

"Tidak mau. Aku malas bertemu Yugyeom dengan kekasihnya itu."

Bukannya bekerja nanti ia di sana. Yang ada akan terus berkelahi dengan kekasih Yugyeom itu. Jadi lebih bagus tidak usah.

"Ah, aku tau. Bagaimana kau mencoba masuk perusahaan JJ saja?"

"Tapi itu perusahaannya Jung Jaehyun. Aku tidak ingin punya hubungan sama dia." tolak Heejin cepat.

Gyuri berpikir sejenak. Sebuah ide cemerlang muncul di kepalanya. Ia pun tersenyum bangga. Melihat itu Heejin jadi takut melihat senyuman Gyuri yang aneh ini.

"Kau kenapa?" tanya Heejin penasaran.

"Tidak ada."

ʕ·ᴥ·ʔ ʕ·ᴥ·ʔ ʕ·ᴥ·ʔ

Eunwoo memberhentikan mobilnya di basemant kantor. Tadi Jaehyun menyuruhnya untuk singgah ke kantor dulu, karena masih banyak pekerjaan yang harus di kerjakan. Ia menekan tombol lift menuju lantai tertinggi tempat kerjanya Jaehyun.

Pintu lift terbuka di lantai tujuh, terlihat Irene berdiri di depan pintu lift. Eunwoo tersenyum tetapi hanya di balas dengan tatapan dingin saja. Eunwoo langsung paham kalau saat ini Irene sedang tidak mood.

Setibanya di lantai sepuluh, keduanya keluar bersamaan. Tujuan mereka ternyata sama, menemui Jaehyun. Eunwoo membukakan pintu terlebih dahulu dan mempersilakan Irene masuk lebih dulu.

"Jaehyun." sang pemilik nama mendongakkan kepalanya. Ia terkejut saat melihat Irene dan Eunwoo ada di hadapannya saat ini.

"Ada apa?" Jaehyun meletakkan berkas yang ada di tangannya ke meja.

"Kau ya! Harus berapa kali aku bilang sama mu, HAH!? Kenapa kau masih mengizinkan Jiwon masuk ke dalam kantor ini?" ucap Irene kesal.

Jaehyun menghela nafasnya panjang. "Aku tidak menyuruhnya ke sini."

"Lalu bagaimana bisa dia ke sini, kalau bukan kau yang mengundangnya."

"Aku benar-benar tidak tau."

"Apa kau ingin kalau dia menjadi pemeran utama dalam proyek ini? Ingat satu hal, kalau kau ingin menjadikannya dia mengambil peran itu, aku akan membatalkan proyek ini."

Jaehyun tidak mau membantah omongan Irene lagi. Ia malas kalau permasalahan ini menjadi panjang dan pasti akan rumit untuk menyelesaikannya. Jadi lebih baik ia mengikuti perkataan Irene saja.

"Aku mau kau membujuk Heejin untuk mengambil peran ini."

Jaehyun menatap Irene tidak percaya. "Kenapa harus dia? Apa kau lupa? Dia tidak berbakat sama sekali."

"Sekali aku bilang Heejin. Harus tetap dia."

Jaehyun mengacak rambutnya kasar. "Sekarang mau mu apa, HAH!? Aku tidak habis pikir dengan mu."

"Terserah aku tidak peduli." Irene meletakkan berkas yang ada di tangannya ke atas meja Jaehyun dengan kasar. "Sampaikan salam ku padanya."

Irene keluar dari ruangan Jaehyun dengan kesal. Dibantingnya pintu ruangan itu sampai berbunyi cukup keras. Jaehyun hanya bisa terdiam seraya menggelengkan kepalanya heran. Ia tidak tau harus berbuat apa lagi.

Eunwoo tersenyum miring lalu duduk di hadapan Jaehyun.

"Jadi apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Eunwoo.

"Aku tidak tau." Jaehyun memejamkan matanya seraya memijat dahinya.

"Lakukan saja apa yang di mintanya."

"Besok saja aku akan menemuinya."

"Aku sudah tau dimana tempat tinggalnya." Jaehyun membuka matanya. "Dia tinggal di Yongsan-gu bersama sahabatnya itu."

"Lalu?"

"Gyuri bilang kalau Heejin menyukai seseorang, tapi dia tidak tahu siapa, yang pasti bukan kau."

Fei Mo langsung terdiam. Ia mencoba mencerna perkataan Eunwoo. Ia jadi teringat kejadian pesta waktu itu, Heejin mengatakan kalau dia masih mencintai Yugyeom.

"Lebih baik kau menyerah saja dan melepaskan Heejin dari pada mengejar tujuan yang tidak realistis."

Sebenarnya Eunwoo tidak tega mengatakan itu, tetapi lebih baik Jaehyun berhenti saja mengejar Heejin karena gadis itu menyukai pria lain. Meskipun Jaehyun belum mengatakan kalau ia menyukai Heejin.

"Biarkan saja situ." ucap Jaehyun dingin.

"Aku rasa kau sepertinya menyukai dia."

"Apa maksud mu?" tanya Jaehyun sinis.

"Mungkin sekarang kau belum mengakuinya, tapi percayalah pasti suatu saat hal itu akan terjadi."

Jaehyun bangkit dari kursinya, ia malas mendengar omong kosong Eunwoo lagi. Jika terlalu lama bersamanya akan membuat kepala Jaehyun jadi pusing.

"Kau mau kemana?" Eunwoo ikut bangkit dari kursinya.

"Pulang."

Eunwoo merangkul Jaehyun dari belakang. "Bagaimana kalau kita ke klub dulu. Sudah lama tidak minum."

"Aku tidak mau mengantar kau pulang."

"Oh ayolah. Aku tau kalau kau sedang stress saat ini."

Jaehyun menghela nafas berat."Hanya sebentar saja. Kalau kau sudah mabuk, aku tidak akan tanggung jawab."

"Deal." Eunwoo tersenyum penuh kemenangan.


Gimana gimana part ini? Makin seru gak? Semogalah ya. Jangan lupa tinggalkan komentar kalian tentang part ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro